Mohon tunggu...
Sanam
Sanam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa | Penulis

Memiliki minat dalam kepenulisan dan kreativitas, baik dari segi isu-isu sosial, ekonomi, pemberdayaan masyarakat, inovasi teknologi dan sebagainya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masyarakat yang Dinamis: Usia Bukan Penentu Sukses atau Gagal

16 Agustus 2023   10:15 Diperbarui: 16 Agustus 2023   10:19 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Ageisme: freepik.com

Ketika membicarakan usia dan kesuksesan, banyak orang masih tertinggal dalam pandangan klasik bahwa usia adalah penentu utama bagi keberhasilan atau kegagalan seseorang. 

Namun, pandangan ini semakin terbantahkan oleh fakta-fakta dunia nyata. Sebagai seseorang yang telah mengalami dinamika karir dan perkembangan di usia muda, saya percaya bahwa masyarakat yang dinamis mengakui bahwa usia bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan sukses atau kegagalan.

Dalam perjalanan hidup, saya banyak belajar dari inspirasi tokoh-tokoh sukses yang membuktikan bahwa usia hanyalah angka. Ada banyak contoh nyata dimana usia bukanlah halangan bagi mereka meraih prestasi. 

Dari seorang pebisnis muda yang berhasil mengembangkan startup hingga menjadi unicorn, hingga atlet muda berprestasi yang mengharumkan nama Indonesia di panggung internasional, semuanya menggambarkan betapa masyarakat yang dinamis semakin terbuka terhadap kesempatan dan potensi di setiap usia.

Jika kita merenung lebih dalam, banyak faktor lain yang lebih berpengaruh daripada usia dalam meraih sukses. Kreativitas, semangat pantang menyerah, kemauan untuk terus belajar, dan kemampuan beradaptasi menjadi elemen-elemen penting. 

Dalam era globalisasi ini, kemajuan teknologi dan akses informasi membuat pembelajaran dan pengembangan diri tidak lagi terbatas oleh usia. Saya pribadi mengalami bagaimana belajar daring membuka peluang untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan, tanpa harus bergantung pada batasan usia.

Begitu pula, perdebatan mengenai pengaturan batasan usia dalam berbagai konteks seperti seleksi pekerjaan, pengajuan beasiswa, atau peluang dalam berbagai bidang harus dihadapi dengan bijak. 

Saya percaya bahwa batasan usia seharusnya bukanlah kendala yang menghalangi individu untuk berkontribusi dan meraih kesempatan yang setara. 

Sebaliknya, pengambilan keputusan harus didasarkan pada kriteria yang lebih holistik, seperti kompetensi, motivasi, dan potensi yang dimiliki oleh setiap individu.

Dalam kaitannya dengan diskusi ini, perlu dicatat bahwa adanya keragaman usia dalam suatu kelompok atau tim justru dapat membawa manfaat. Berbagai lapisan usia membawa perspektif yang berbeda-beda, pengalaman hidup yang beragam, dan wawasan yang berbeda. 

Kolaborasi antara generasi muda dan generasi yang lebih tua dapat menghasilkan ide-ide segar, solusi inovatif, dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap berbagai masalah. Masyarakat yang dinamis menghargai kontribusi dari semua anggota, tanpa memandang seberapa tua atau muda mereka.

Namun, di tengah perkembangan dunia yang terus berubah, beberapa tantangan terkait dengan peran usia masih tetap relevan. Ada kemungkinan adanya persepsi negatif atau stereotip terhadap usia tertentu, yang dapat mempengaruhi peluang dan perlakuan seseorang. 

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menghormati dan memperlakukan setiap individu dengan adil, tanpa memandang usia. Pendidikan mengenai inklusivitas dan penghapusan diskriminasi usia harus ditanamkan sejak dini. 

Tentu saja, perubahan pandangan ini tidak datang tanpa tantangan. Meskipun banyak masyarakat yang mendukung gagasan bahwa usia bukanlah penentu sukses atau gagal, kita masih bisa menemukan skeptisisme dari beberapa individu atau kelompok yang masih memegang pandangan lama. 

Bagi mereka, melihat seseorang muda meraih prestasi besar bisa menjadi hal yang sulit dipahami, dan terkadang bahkan mendapat reaksi negatif. Namun, dengan pendekatan yang bijaksana dan pemahaman, kita bisa berkontribusi dalam mengubah pandangan tersebut.

Dalam kesimpulan, masyarakat yang dinamis mengajarkan kita bahwa usia bukanlah penentu utama sukses atau kegagalan. Setiap individu memiliki potensi yang unik dan berharga, yang dapat memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai aspek kehidupan. 

Pengaturan batasan usia seharusnya didasarkan pada pertimbangan yang lebih mendalam, dengan mengedepankan kriteria yang relevan seperti kemampuan, kompetensi, dan motivasi. 

Melalui pendekatan yang inklusif dan terbuka, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan setiap individu, tanpa memandang seberapa tua atau muda mereka. 

Dengan demikian, masyarakat akan semakin menyadari bahwa usia hanyalah angka, dan potensi sejati seseorang dapat diukur dari semangat dan dedikasi yang diberikan.

Oleh karena itu, sebagai individu muda, saya merasa penting untuk terus membuktikan bahwa usia hanyalah salah satu faktor di antara banyak hal lain yang dapat mengarahkan kita pada jalan sukses. 

Melalui dedikasi, kerja keras, dan semangat untuk terus berinovasi, kita bisa membuktikan bahwa masyarakat yang dinamis mampu mengakui potensi dan prestasi tanpa melihat berapa usia seseorang. 

Saya percaya, dengan semakin meluasnya kesadaran ini, masyarakat kita akan semakin terbuka dan mendukung perjalanan setiap individu menuju sukses, tanpa memandang berapa tahun yang telah mereka jalani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun