Dalam serangan phishing, penipu mencoba membuat email atau pesan palsu yang menyerupai layanan atau institusi resmi dengan tujuan mengelabui korbannya agar mengungkapkan informasi pribadi atau mengklik tautan berbahaya. Dengan bantuan AI, penjahat siber dapat menyesuaikan pesan phishing mereka dengan lebih baik, mencocokkan preferensi dan perilaku korbannya, sehingga meningkatkan kemungkinan korban tertipu.
3. AI dalam Serangan Ransomware
Serangan ransomware menggunakan teknologi enkripsi yang canggih untuk mengunci akses data korban dan meminta tebusan untuk melepaskannya. Dengan AI, penjahat siber dapat memantau data dan perilaku korban, mengidentifikasi data yang berharga, dan menyesuaikan jumlah tebusan berdasarkan nilai informasi tersebut.
4. Peran AI dalam Penipuan Suara dan Video
Fenomena deepfake, yang menggunakan teknologi AI untuk menciptakan video palsu yang sangat meyakinkan, semakin mengkhawatirkan. Penjahat siber dapat menggunakan deepfake untuk menyamar sebagai orang lain, termasuk tokoh terkenal, untuk menyebarkan informasi palsu atau meminta tebusan.
5. Teknologi Anti-Penipuan AI
Sementara AI menjadi alat utama dalam serangan penipuan, juga dapat digunakan sebagai benteng pertahanan. Perusahaan dan organisasi yang berupaya melindungi diri dari penipuan dapat menggunakan AI untuk mendeteksi pola perilaku penipuan, menganalisis data secara real-time, dan meningkatkan keamanan secara keseluruhan.
Menghadapi Ancaman Penipuan AI
Dalam menghadapi ancaman penipuan AI yang lebih cerdas, penting bagi pengguna internet untuk selalu waspada dan berhati-hati dalam berinteraksi dengan teknologi AI. Beberapa langkah yang dapat diambil untuk melindungi diri dari penipuan AI antara lain:
1. Verifikasi Identitas: Selalu verifikasi identitas seseorang atau asisten virtual sebelum memberikan informasi pribadi atau melakukan tindakan yang diminta.
2. Periksa Tautan dan File: Jangan mengklik tautan atau membuka file yang mencurigakan, terutama jika datang dari sumber yang tidak dikenal.