Mohon tunggu...
Sayyaf Nasrul Islami
Sayyaf Nasrul Islami Mohon Tunggu... Desainer - Perindu syafaat

Peramu sejarah realita dan mimpi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Istana dan Peradaban

10 Desember 2020   06:05 Diperbarui: 10 Desember 2020   06:12 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Titian dari "tsaqofah"ke" hadharah"sampai pada "tamaddun" Menyata paripurna per-adab-an. Tidak hanya tersangkut pada ritual-seremonial terangkut juga dalam moralitas kehidupan manusia. Diajarkan memadu bumi demi kehidupan hakiki, namun terkadang candu panggilan jiwa untuk merebah justru acap kali menggiurkan. Padahal hakikatnya itu 'trial' kematian. Begitulah, tafakkur adalah kerja fikir abadi. Untuk menyambung premis-premis kehidupan sebagai sumber pengalaman. Begitu alur budaya tercipta sebagai partikel peradaban.

Manusia tidak berperan sebagai sepercik noktah dalam ruang yang bernama semesta. Ia lebih dari itu. Sejalur dengan sintesa teori kebangkitan peradaban, Malik bin Nabi, selain faktor tanah dan masa, dalam pandangannya manusia juga musabab rampungnya peradaban ideal.

Peradaban identik dengan gagasan tentang kemajuan sosial, baik dalam bentuk kemenangan akal dan rasionalitas terhadap dogma maupun doktrin agama. Jika peradaban adalah emas, maka kilaunya adalah ilmu. Peradaban- peradaban besar selalu disanjung oleh karena sumbangsih ilmu pengetahuannya. Peradaban Yunani tersohor karena kontribusinya melahirkan filsafat yang menjadi rahim bagi perkembangan ilmu pengetahuan berabad- abad selanjutnya.

Sebagai contoh, di persimpangan jalan dipenuhi bincang gagasan atau setidaknya berkomentar tentang isu terhangat sekitarnya. Menyeloteh tentang paradoks negerinya, juga mengutip teori untuk menyampaikan hasrat dan juga harapannya. Bersebab ia ingin negerinya lebih baik lagi. Maka itulah proses peradaban.

Anugerah berfikirlah yang mengantarkan manusia mendominasi makhluk lainnya. Ilmu adalah hasil panen dari kebun yang bernama fikiran. Maka dari itu, jika peta kebangkitan Islam itu memang benar-benar ada, maka hal pertama yang mesti kita tuju adalah ilmu ; karena peradaban Islam adalah peradaban ilmu bukan peradaban bangunan.

Berperadaban tidak ditentukan dimana istana kokoh megah nan jumawa dibangun. Dipindah atau tidak, itu bukanlah ejawantah mau dan akan berperadaban. Dalam hal ini, sejatinya konstruk gagasan harus berlandas pada prioritas dan realitas. Karena berperadaban mengantar pada keadilan. Menempatkan sesuatu pada tempatnya. Tidak hanya tentang titik dan letak, juga tentang masa yang tepat. Bak membuat roti dengan komposisi yang pas, namun dipanggang pada suhu oven yang kurang panas. Pasti jauh dari kata 'delicious'.

Banyak persona mengatakan bahwa jantung dari semua peradaban adalah agama. Hatta, peradaban barat pun ditengarai berakar dari agama, walau nyatanya sekularistik yang sekarang menjadi ujungnya. Tak ayal, Islam nyaring mengkampenyakan membangun peradaban dari masjid. Sebagai pusat doktrinal, spiritual dan berharap menyata dalam moral pribadi muslim.
Sudah sepatutnya upaya mengingatkan dan menyadari dari diri sampai mengitari; dari sanubari sampai negeri dan bahkan alami.

Ketika itu menjadi kesadaran berjamaah umat Islam, bak air mengalir, Islam akan menjelma menjadi sokoguru dunia dengan kematangan peradaban yang menginspirasi dunia. Ketika berkumandang nama besar Islam, maka yang akan jelas terdengar adalah kesimpulan Franz Rosenthal menggambarkan keagungan ilmu dalam Islam, kata dia, "ilmu adalah Islam".

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun