Mohon tunggu...
Sanah Sanah
Sanah Sanah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

Manjadda wajada

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar Matematika Melalui Lagu Membuat Pembelajaran Menjadi Menyenangkan

9 Agustus 2019   16:59 Diperbarui: 9 Agustus 2019   17:00 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi beberapa (bahkan banyak) siswa, matematika masih menjadi salah satu mata pelajaran yang menyeramkan, memusingkan, tapi juga menantang. Penuh dengan hitung-hitungan dan rumus sering kali jadi pencetus utamanya. Menurut Johnson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan keruangan sedangkan fungsi teoritsnya adalah untuk memudahkan berpikir.

Peserta didik tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia masing-masing, maka sudah sepantasnya mereka dibantu untuk menjadi senang belajar dengan cara menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Kesan suasana pendidikan yang menyenangkan akan membentuk pada pola pikirnya, yaitu ternyata belajar itu memang menyenangkan. Berbeda halnya jika dari awal ia masuk PAUD sudah disuguhi dengan sistem pembelajaran yang penuh ketegangan, membosankan, bahkan mungkin menakutkan. Dalam pikiran anak itu akan tertanam kesan bahwa sekolah itu menyeramkan.

Berkaitan dengan keadaan tersebut, guru wajib menciptakan pembelajaran yang menyenangkan (joyful learning). Menurut Zuroidah dalam E. Mulyasa (2009:36) Joyful learning dapat mengatasi kebosanan peserta didik dalam belajar, karena peserta didik terlibat langsung sebagai subjek belajar sehingga mereka selalu senang dalam belajar. Guru dapat mengemas pembelajaran yang menyenangkan dengan cara "Belajar Melalui Lagu "

Meurut Joan Freeman dan Utami Munandar (1996) bermain sebagai suatu aktifitas yang anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional.

Banyak teori pendidikan yang menyatakan bahwa materi pelajaran akan bertahan lama dalam ingatan jika proses pembelajaran dikaitkan dengan emosi positif yang kuat. Disamping itu, perlu diingat bahwa stres, kebosanan, kebingungan, motivasi rendah, dan kecemasan dapat menggagnggu proses belajar. Pendekatan joyful learning menciptakan suasana yang segar dan jauh dari perasaan tertekan. Dengan kepiawaiannya, guru mampu menghadirkan kegemaran dalam proses pembelajaran, guru dan peserta didik juga saling support dan saling transfer energi positif.

Menurut Karl Buhler dan Schenk Danziger, bermain adalah "kegiatan yang menimbulkan kenikmatan". Dan kenikmatan itu menjadi rangsangan bagi perilaku lainnya. Salah satu cara membawa peserta didik pada suasana menyenangkan, menarik, serta menebarkan energi positif adalah belajar dalam kemasan lagu. Bernyanyi sesuka hati, bahkan bila perlu bernyanyi bersahut-sahutan tentang materi pelajaran. Otak akan terasa ringan tanpa beban, padahal mereka sedang berusaha memasukkan materi pelajara, namun otak dalam keadaan rileks.

Dengan menggunakan lagu-lagu yang sedang tren atau digemari peserta didik, kemudian syairnya diganti dengan materi pelajaran, dan kebahagiaan dalam belajar menjadi tercipta. Meskipun saat ini anak-anak lebih menyukai lagu dewasa yang tidak sesuai dengan usia mereka, tetapi dalam hal ini yang terpenting adalah iramanya bukan makna syairnya.  Karena sebenarnya mereka tidak mengetahui makna''cinta'',''patah hati'',''cemburu'',dan istilah --istilah lain yang sering digunakan dalam syair lagu orang dewasa.

Pada prinsipnya,irama/musik itu bersifat universal. Setiap orang boleh menikmati tanpa adanya batasan, usia, jenis kelamin, bahasa, dan bangsa. Anak-anak yang dibiasakan menikmati irama atau musik,hatinya jauh lebih peka dan mudah disentuh. Hal inilah yang menjadi dasar bagi guru untuk memberi nasihat, menanamkan karater atau nilai-nilai baik dalam diri peserta didik, serta menanamkan pemahan suatu materi melalui lagu.

Hasil penelitian Herrry Chunagi dan Siegel, yang didasarkan atas teori neuron dalam sistem syaraf menjelaskan bahwa semakin banyak rangsangan irama diperdengarkan maka akan semakin kompleks jalinan antarneuron. Dengan begitu, kemampuan matematika, logika, bahasa, musik, dan emosi pada anak akan saling bertautan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun