Mohon tunggu...
Samurai Jagoan
Samurai Jagoan Mohon Tunggu... Penulis - Tukang Makan Enak

Seorang Entrepreneur, Tukang Jalan, Tukang Makan Enak, Praktisi & Owner Wenmit Pecel Bento, Penulis Buku, Provokator Entrepreneur, Pembicara Seminar, dan Workshop Tingkat Nasional di bidang Entrepreneurship \r\n\r\n> HP 0818377811\r\n> FB Samurai Jagoan\r\n> Twitter @sa_murai

Selanjutnya

Tutup

Money

Bunga yang Menyebalkan

9 Oktober 2012   16:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:01 424
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bunga adalah sesuatu yang indah dan wangi, enak di pandang dan nikmat di cium baunya. Oleh karenanya bunga sangat disukai oleh banyak orang terutama oleh kaum hawa. Tapi bunga yang saya maksud ini berbeda, bunga yang satu ini tidak disukai oleh orang kebanyakan. Bahkan cenderung untuk di hindari dan itu gak peduli lagi dengan jenis kelamin, pria atau wanita rata-rata tidak menyukainya dan cenderung menghindarinya. Bunga yang saya maksukan adalah bunga bank.

Kenapa saya teringat sama bunga yang nyebeliin ini. Sebabnya adalah suatu pagi saya di telepon seorang senior saya dari luar kota, beliau meminta pendapat saya tentang penawaran kredit dari suatu bank bumn. Beliau ini tertarik untuk mengambilnya sebab beliau sadar sekali tanpa bantuan kredit perbangkan bisnis yang sedang dikelolanya akan sulit untuk diajak berlari. Sedangkan untuk mengambil kredit itu beliau merasa sangat sakit hati saat menghitung jumlah bunga yang dibebankan kepada beliau, selama masa angsuran yang sekitar tiga tahun. Padahal beliau ini sudah mendapatkan fasilitas spesial rate,  yaitu gak sampai satu persen bunga perbulannya. Hal itu disebabkan beliau termasuk nasabah binaan bank tersebut yang terbaik.

Saya cuman bisa ngasih saran sama beliau, bahwa prinsip utama saya kalo minjem duit or ngajuin kredit ke bank adalah tidak pernah sekali-kalinya  yang namanya ngeliat dan ngitung bunganya. Ngelirik aja gak pernah! Yang saya selalu liat adalah jumlah angsurannya. Kalo jumlah angsurannya menurut otak dan hati saya mampu saya bayar, maka saya ambil kredit tersebut. Tapi jika saya rasa saya tidak mampu maka saya batalkan pengajuan kredit tersebut.

Saya ikuti intuisi saya, karena saya yakin kalau intuisi saya bilang bisa maka insyaallah saya benar-benar bisa. Saya selalu ikuti intuisi positif saya. Total jumlah bunga selalu saya tidak hitung karena pasti bikin sakit hati. Saya hanya cukup mengetahui besaran prosentase bunga yang harus saya tanggung. Itu saja sudah sangat cukup buat saya.

Kenapa begitu?

Pikiran saya biasanya simple aja, besaran bunga bank berkisar antara 1% sampai 2,75%. Yang sekitar satu persen biasanya pinjaman dengan jaminan, jaminannya biasanya property dan yang diatas itu biasanya pinjaman tanpa agunan alias kta atau kartu kredit.

Sedangkan margin keuntungan dari suatu bisnis antara 3% sampai 10% untuk jasa dan perdagangan (ini hitungan versi saya sendiri lho, kalo gak setuju ya monggo kerso) bisa sampai 12,5% atau bahkan lebih tinggi dari itu  bila produknya makanan atau minuman.

Jadi menurut saya selisih dari bunga dan margin keuntungan masih cukup jauh. Bila bisnis kita dikelola dengan baik dan benar, maka margin keuntungan sangat bisa untuk menutup pembayaran bunga plus pokok pinjaman yang menjadi beban kita setiap jatuh tempo.

Itu saja cara yang saya selalu gunakan buat ngeboongin atau membodohi otak pintar saya. Jika otak pintar saya bilang, dengan besaran prosentase sekian yang musti saya tanggung saya mampu membayar maka otak pintar itu akan bikin hati saya tenang dan kemudian saya bisa bekerja tanpa beban untuk menutup semua tanggung jawab tadi. Tapi jika otak pintar ini bilang saya gak akan mampu dan saya tetep nekad melakukannya dijamin saya pasti bener-bener gak mampu.

Ada lagi cara saya buat ngeboongin otak pintar saya. Saat saya mengetahui besaran prosentase bunga kredit usaha maka saya selalu membandingan dengan bunga kredit kepemilikan rumah (kpr) atau mobil (kpm).

Saya bilang sama otak saya, “tidak ada satupun manusia yang menyesal telah mengambil kpr selama lima belas atau bahkan dua puluh tahun dengan bunga yang besarannya sama ataupun diatas satu persen,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun