Untuk pertama kalinya saya naik bis antar kota antar propinsi yang bernama Sumber Kencono, dari kota Jombang di Jawa Timur menuju kota Solo di Jawa Tengah. Saya sungguh penasaran dengan bis ini. Berita di berbagai media yang membahas tentang polah pengemudi bis ini sungguh sering saya baca, belum lagi cerita dari mulut kemulut yang saya dengar tentang bis ini.
Saat menumpang bis ini menempuh perjalanan menuju tujuan, pikiran saya berputar-putar dan teringat pada petuah-petuah para mentor dan motivator bisnis. Bahwa situasi seperti ini (berita di berbagai media yang membahas tentang polah pengemudi bis ini ditambah lagi cerita dari mulut kemulut tentang bis ini) merupakan sebuah sarana promosi gratis yang luar biasa.
Walaupun cerita yang saya dengar dan saya baca bukan cerita yang positive bahkan lebih banyak negativenya, seperti pengemudi yang ugal ugalan di jalan raya, kecepatan bis yang selalu ngebut dan nggak mau ngalah dijalanan, di suatu sisi bikin ngeri tapi dilain sisi bikin penasaran. Dan saya akhirnya termakan menjadi korban penasaran dari semua berita tentang bis ini, saya bener-bener niat nunggu sampai bis ini datang dan harus merasakan sendiri kenikmatan menjadi penumpang bis ini.
Saya naik bis Sumber Kencono dan saya duduk tepat di belakang supirnya agar saya bisa menikmati perjalanan saya dengan maksimal.
Saya melihat sendiri persis seperti yang saya dengar dan saya baca, bis ini bener-bener konsisten dengan gelarnya raja jalanan, selalu ngebut dengan kecepatan penuh yang bisa dilakukan dan nggak pernah mau mengalah pada pengendara lain. Saya sangat salut dengan konsistennya, bener-bener salut, crew bis ini sama sekali nggak bergeming walaupun banyak protes dan kritikan yang melandanya.
Malahan mungkin dengan berbagai kritikan dan cercaan diberbagai media itu yang bikin bis ini selalu penuh dengan penumpang, bukannya dijauhi penumpang malahan ditunggu penumpang (begitu pikiran saya berputar saat saya melaju di dalamnya)
Dan ternyata dengan duduk tepat di belakang sopir saya juga bisa melihat kesibukan dari awak bis ini, terumatama sopir dan kernetnya. Saya nggak ngerti apakah ini sebuah kebudayaan yang berlaku ddalam bis ini atau pun bis-bis lain tapi yang saya lihat sungguh bikin saya pingin mencatatnya menjadi sebuah bahan yang bisa selalu menginspirasi saya.
Sering saya liat sopir menanyakan posisi bis Sumber Kencono yang lain pada kernetnya, entah yang ada di depannya atau yang ada di belakangnya. Atas pertanyaan si sopir maka kernet lalu menghubungi bis-bis yang ditanyakan sopir dengan langsung telepon atau via sms, begitu mendapatkan jawaban dimana posisi bis-bis yang dimaksudkan maka si kernet melaporkannya langsung pada sopir.
Jika posisinya jauh maka sopir langsung menancab gas apalagi jika di sekitarnya ada bis-bis lain yang merupakan kompetitor, namun jika tidak ada bis lain yang merupakan kompetitor maka si sopir agak menjadi santai. Sering juga si sopir memerintahkan pada kernet untuk meminta bis di depannya agar lebih cepat melaju atau meminta si kernet menghubungi awak bis di belakangnya agar memperlambat dan menjaga jarak.
Di sini saya merasakan mereka semua bekerjasama sebagai suatu team yang solid agar bener-bener menguasai jalur yang mereka tempuh dan agar penumpang semua dapat terangkut serta tidak diambil oleh bis kompetitor mereka. Si kernet saya liat juga nggak sayang pada pulsanya padahal menurut perkiraan saya mestinya untuk ukuran seorang kernet ndak mungkin begitu boros menelepon setiap saat jika mendapat perintah dari sopirnya.
Saya hanya menduga karena nggak sempat bertanya, saya rasa mereka mendapat jatah pulsa untuk setiap perjalanan yang ditempuhnya.
Saya juga liat si kernet cukup repot dengan tugasnya, selain menaikkan dan menurunkan penumpang, memandu bis dijalur sempit atau saat bis berusaha melewati kendaraan lain yang ada di depannya, kernet itu juga sibuk menelepon dan mengatur serta berkoordinasi dengan team di bus lain yang ada di depan atau belakangnya. Si kernet selain juga menelepon atau mengirim sms dia juga cukup sibuk menjawab telepon dan sms yang masuk.
Pengamatan singkat saya selama perjalanan ini cukup bikin saya berani menyimpulkan, bahwa sekelas sopir dan kernet bis saja untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam bekerja, disini bisa saya artikan agar mereka bisa memperoleh banyak penumpang, memerlukan diri untuk saling bekerja sama dan berkoordinasi satu dengan yang lainnya.
Mereka jalin team work yang bagus sebagai awak di dalam bis yang sama untuk memperoleh target penumpang yang maksimal dengan saling berkomunikasi satu dengan lainnya. Bahkan bukan hanya itu, mereka juga membangun team work yang kuat dengan team lain di bis yang lain agar antar team dalam perusahaan yang sama bisa saling memperoleh hasil yang maksimal.
Semua team yang terdiri dari kernet, sopir dan kondektur disitu di dalam perusahaan bis ini berdasarkan kesibukan yang saya liat dan saya perhatikan sungguh-sunguh rasanya masing-masing berusaha untuk kompak dan saling bekerjasama untuk merebut penumpang dari perusahaan bus kompetitor.
Ternyata sebuah perusahaan bis yang selalu menuai berita negative di berbagai media setelah saya perhatikan walaupun hanya sekilas (sekitar 4-5jam perjalanan saya bersama bis ini) masih tetap ada juga unsur positive-nya.
Mereka tetep konsisten terhadap yang menjadi ciri khas mereka yaitu kecepatan apapun yang terjadi dan apapun tanggapan orang lain dan untuk mencapai konsisten terhadap ciri khasnya mereka juga bikin team work yang solid.
Mereka juga selalu dapat promosi gratis dari berbagai media, liputan gratis dari berita-berita yang mungkin adalah berita negative, mereka juga terkenal sebab dengan semua berita itu maka semakin banyak juga orang yang bercerita dari mulut kemulut.
Akibat dari hal-hal yang sudah saya tulis tadi itu, semuanya, rasanya bikin penasaran banyak orang dan orang-orang yang penasaran itu lantas pingin mencoba untuk menggunakan bis ini, lalu kemudian mungkin seperti saya juga dari mulai penasaran akhirnya jadi ketagihan pingin lagi dan terus lagi.
Seep dah konsisten sajalah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H