Mohon tunggu...
Nur Hasanah
Nur Hasanah Mohon Tunggu... -

MIN I P, MTsN. SMAN 3

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

curahan emosi

30 Oktober 2011   13:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:16 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia ini panggung sandiwara ceritanya mudah berubah, kisah MahaBrata atau tragedi dari Yunani, Setiap Insan dapat satu peranan yang harus kita mainkan.......................................benar adanya bersyukur jika dapat peran yang baik dalam hidupdi dunia, namun tak ada manusia yang hidupnya sempurna karena tak bisa mengendalikan nafsu yang sebagian besar adalah musuh manusia sehingga manusia terjerumus karena mengumbar nafsunya, sementara hidup terasa hampa jika nafsu tidak ada lagi dalam diri manusia hidup seperti menunggu waktu sampai kematian menjemput, sungguh dirasakan betapa tidak enaknya jika hal tersebut terjadi pada kita, merasakan detik demi detik  terasa baga ikan tak sampai karena tujuan hidup tak lagi mau dicapai, terlalu banyak kekecewaan dan kemonotonan yang dijalani dalam hidup, variasi hidup susah diambil karena keputusan tidak pada diri sendiri, terkadang ingin brontak namun masih belum ada keberanian, karena masih ada keterikatan, terkadang ingin meminta kematian cepat menjemput untuk menyelesaikan perasaan dan emosi yang dirasakan, betapa nista dirasakan bila semua itu terjadi, berserah diri kepada Yang Kuasa atas alam semesta apa yang akan terjadi namun tetap berdo'a akan kebaikan dalam hidup jikadiberi kesempatan untuk hidup lebih lama di dunia, mohon cepat dijemput oleh kematian jika hanya menjadi beban dunia, akhir hidup adalah dunia yang kekal dan penuh dengan kenikmatan, ketakwaan.

Betapa ingin memjadi manusia yang bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain terutama orang-orang yang kita sayang, namun terkadang pemberian tersebut akan menbuat yang diberi menjadi terlena dan lemah, namun untuk kekuar dari semua yang berlangsung lama sangatlah sulit, terkadang bukan lagi menjadikan rasa aman bagi pemberi kebahagiaan, benarkah manusia biasa bisa disebut pemberi kebahagiaan bagi manusia lainnya, ataukan yang disebut pemberi kebahagiaan bagi manusia lainnya merupakan peran baginya dalam panggung sandiwara ini, karena tanpa Sang Pencipta memberikan peran tersebut tak mungkin si pemberi kebahagiaan akan merasa tersiksa karena ketergantungan bagi penerima kebahagiaan pada dirinya, keterbukaan, pendekatan, keinginan sangatlah perlu dalam menjalin silaturahim sehingga kita tidak menyakiti dan merasa tersakiti, diakhir hubungan kita, jangan melakukan kesalahan berulang kalau tidak akan mendapat julukan yang tidak mengenakkan bahkan keputusan terburukpun akan terjadi, jangan sepelekan perasaan karena ketidakberdayaan, dunia bak roda yang selalu berputar menurut kehendakNya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun