Mohon tunggu...
Samuel Yudhistira Susanto
Samuel Yudhistira Susanto Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

Saya suka teknologi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Indonesia dan Media

17 Februari 2023   22:10 Diperbarui: 17 Februari 2023   22:15 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Media merupakan sarana bagi masyarakat untuk mendapatkan serta mengetahui informasi yang berguna. Menghubungkan satu dengan yang lain melalui informasi umum yang diberitakan melalui media. 

Dari koran, televisi, radio, hingga internet perkembangan media menjadi sangat pesat dan cepat. Tentu, banyak orang yang akan menggunakan perkembangan ini untuk memuat media yang bermanfaat dan berguna, tapi tidak sedikit juga informasi tidak berguna yang dimuat ke dalamnya. Naasnya, informasi yang tidak berguna lebih menarik minat dibandingkan yang bermanfaat.

Fenomena seperti "Fajar sadboy" atau gossip mengenai artis justru lebih menarik hati masyarakat. Bandingkan dengan Nono, seorang anak umur 7 tahun dari NTT yang memenangkan kejuaraan matematika internasional (1). Banyak orang yang tidak mengetahui keberadaan anak kecil berprestasi tersebut, namun sangat mengenal artis-artis yang sedang terkena masalah. 

Selain itu, kebiasaan masyarakat yang jauh lebih tertarik mengetahui kehidupan artis, mengomentarinya, serta menghubung-hubungkan dirinya dengan tokoh publik menjadi suatu hal yang normal. Secara logika, kita pasti berpikir bahwa fenomena ini merupakan hal yang aneh.

 Faktanya, insting dan naluri manusia sudah diatur dari dulu untuk cenderung ke hal-hal yang buruk (2). Kebiasaan ini, datang dari kebiasaan nenek moyang dalam menanggapi hal-hal buruk karena otak menganggap itu dapat mengancam keselamatan kita. Fenomena ini sendiri disebut sebagai "Negativity Bias". Dari fakta yang sudah ada, maka tidak salah jika masyarakat memang lebih tertarik terhadap media yang memberikan topik berhawa negatif serta tidak berguna.

Dengan menggunakan "Negativity Bias", banyak media masa kini yang cenderung memilih untuk mengangkat informasi negatif dibandingkan positif. Hal ini cukup mengkhawatirkan, dikarenakan walaupun lebih menarik, berita negatif pasti akan mempengaruhi alam bawah sadar kita. Berita tersebut dapat secara tidak langsung dapat membuat perasaan was-was serta kekhawatiran.

Media yang menggunakan "Negativity Bias" seperti ini dapat dianalogikan seperti makanan cepat saji. Makanan cepat saji yang berada di mana-mana, serta menawarkan produk yang murah dan enak, sehingga banyak masyarakat yang mengonsumsinya secara rutin. Walaupun begitu, banyak penyakit yang mengintai dikarenakan kualitas gizi makanan yang kurang diperhatikan. Media massa kini yang hanya menawarkan berita kualitas rendah yang hanya bisa menarik perhatian, tentu akan membuat dampak buruk tidak hanya bagi pembaca tetapi juga masyarakat.

Masyarakat yang sadar akan fenomena yang terjadi di Indonesia pasti akan memilah berita yang dibaca. Hal ini tentu akan berpengaruh ketika seluruh masyarakat Indonesia benar-benar memilih apa yang mereka ingin baca. Media akan mengikuti, beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga, kualitas media juga merefleksikan kualitas masyarakat, apakah lebih tertarik pada berita informatif atau sekadar mencari perhatian agar dibaca.

Kedepannya, saya berharap bahwa Indonesia sebagai negara yang masih berkembang, turut menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam menyebarkan informasi. Media harus menjadi tempat yang berguna, tidak hanya tempat adu gengsi. Informasi dipilah dan disampaikan agar menjadi bermanfaat serta menginspirasi pembaca. Masyarakat juga saya harap sadar akan tipu muslihat media yang menggunakan "Negativity Bias" dalam penulisannya, sehingga mau tidak mau, lambat laun pasti media akan mengikuti keinginan masyarakat yang menginginkan informasi serta berita positif dan berkualitas.

(1): https://www.liputan6.com/hot/read/5193536/6-fakta-sosok-nono-bocah-asal-ntt-juara-dunia-matematika-berprestasi-sejak-kecil

(2): https://www.umy.ac.id/secara-insting-kita-lebih-tertarik-dengan-berita-buruk

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun