Mohon tunggu...
Samuel Valentino
Samuel Valentino Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung

Sebagai individu yang berdedikasi dengan pengalaman dalam pekerjaan saya serta terbiasa bekerja dalam lingkungan yang dinamis. Dengan kemampuan komunikasi yang kuat, pemecahan masalah, dan manajemen waktu yang efisien, saya selalu berorientasi pada pencapaian hasil terbaik. Keinginan untuk terus belajar dan berkembang menjadikan saya cepat beradaptasi dengan teknologi dan tren baru, sehingga mampu memberikan kontribusi strategis dalam setiap tim. Saya percaya bahwa kolaborasi, inovasi, dan kerja keras adalah kunci menuju kesuksesan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peristiwa Koseismik Gempa Bumi dan Implikasinya

2 Desember 2024   14:30 Diperbarui: 2 Desember 2024   14:36 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Koseismik dan Infrastruktur

Jika pada saat koseismik teridentifikasi jalur sesar tepat di suatu bangunan, maka bangunan yang rusak haruslah direhabilitasi atau dibangun kembali di tempat lain untuk menghindari risiko kolaps progresif dan memprioritaskan keamanan publik, seperti yang dicontohkan oleh peneliti BRIN yang menyarankan untuk menghindari pembangunan infrastruktur di jalur sesar aktif dan membangun zona sempadan sesar untuk meminimalisir dampak gempa bumi. Contohnya, setelah gempa Palu 2018, pemerintah mengeluarkan Peta Zona Rawan Bencana yang mengkategori daerah-daerah rawan bencana, sehingga perencanaan rehabilitasi dan pengembangan infrastruktur harus dipertimbangkan dengan hati-hati untuk menghindari lokasi-lokasi yang rawan gempa

Pada paper "Kajian Struktur Geologi Patahan Palu--Koro" oleh Sumarlin memberikan analisis detail tentang zona-zona sesar di Palu--Koro dan implikasinya bagi perencanaan tata ruang berbasis bencana. Paper ini secara spesifik membahas tentang zona inti, zona pengaruh, dan zona luar dari patahan, serta bagaimana kondisi ini mempengaruhi keseluruhan infrastruktur di Daerah Kabupaten Donggala. Implikasi dari studi ini dalam perancangan tata ruang wilayah yang aman dari risiko bencana, termasuk strategi pembangunan ulang bangunan di dekat zona sesar aktif setelah identifikasi koseismic, meskipun tidak spesifik disebutkan dalam judul.

Indonesia menggunakan Standar Nasional Indonesia (SNI) 1726:2019 untuk perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung dan non-gedung. Ini merupakan standar nasional yang dirilis oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan mulai berlaku efektif pada Februari 2022. Dokumentasi SNI 1726:2019 ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan struktur bangunan terhadap gempa bumi dengan memberikan pedoman teknis untuk perencanaan dan desain struktur bangunan yang dapat menahan beban gempa. Dokumen ini mencakup metode perhitungan, klasifikasi situs, dan evaluasi kegempaan untuk menjamin kinerja struktur bangunan selama gempa. Retrofit untuk bangunan yang sudah berdiri

Koseismik dan Dampaknya terhadap Lingkungan

Selain dampak terhadap infrastruktur, peristiwa koseismik juga bisa memengaruhi lingkungan secara drastis. Salah satu contoh[2] nya adalah perubahan pada sungai dan aliran air saat terjadi gempa. Gilberto Binda dkk pada publikasinya berjudul "Testing the waters in Italy: Identifying co-seismic groundwater changes" membahas perubahan yang terjadi pada air tanah akibat peristiwa gempa, khususnya di wilayah Apennine, Italia. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perubahan dalam kimia air, suhu, dan laju aliran dapat terjadi setelah gempa, dan sebagian besar perubahan ini bersifat sementara. Ketika terjadi gempa, variasi mendalam dalam tingkat air dan komposisi kimia dapat menyebabkan perubahan dalam aliran sungai yang terhubung dengan akuifer tersebut. Peningkatan aliran dari mata air karst atau variasi dalam kualitas air sungai dapat terjadi sebagai respons terhadap perubahan tekanan dan pergerakan tanah. Hal tersebut menunjukkan kompleksitas interaksi antara aktivitas gempa dan sistem hidrologi. Dengan demikian, pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana gempa memengaruhi aliran air dapat membantu dalam pengelolaan sumber daya air dan mitigasi risiko bencana di masa depan.

Gilberto Binda pada tulisannya yang berjudul "The Role of Earthquakes in River Diversion and Formation of Natural Dams", menyatakan bahwa gempa besar dapat menyebabkan tanah di sekitar sungai bergeser atau terangkat, sehingga aliran sungai bisa berubah. Dalam beberapa kasus, gempa bahkan bisa menyebabkan bendungan alami terbentuk ketika tanah bergeser dan membendung aliran air, yang kemudian bisa menimbulkan risiko banjir.

Gempa juga dapat mengakibatkan longsor di daerah pegunungan, terutama jika tanah di lereng bukit melemah akibat pergeseran koseismik. Longsor ini tidak hanya bisa merusak lingkungan sekitar, tetapi juga berpotensi menghancurkan desa-desa dan kota-kota yang berada di bawahnya. Contoh nyata dari longsor yang dipicu oleh gempa di Indonesia adalah kejadian gempa Cianjur tahun 2022. Pusat Studi Gempa Nasional pada bukunya yang berjudul "Kajian Gempa Cianjur, Jawa Barat 21 November 2022 (M5,6)", Menggarisbawahi bahwa longsoran yang dikontrol oleh kondisi alami, yakni morfologi, litologi penyusun lereng, adanya struktur geologi, kondisi hidrologi geologi, dan penggunaan lahan pada lereng tersebut. Lereng juga rentan terhadap longsor karena proses deforestasi, pelapukan massif batuan, erosif, dan pengikisan pada kaki lereng. Selain itu, aktivitas manusia seperti pemotongan tanpa penahan lereng, bebanan lereng oleh timbunan material, dan aliran air tak terkendali pun dapat menyebabkan terjadinya longsor. Sementara itu, faktor-faktor pemicu merupakan elemen yang mempengaruhi stabilitas lereng dari kondisi stabil menuju labil. Ketika proses pemicu terjadi pada suatu lereng, maka stabilitas lereng akan terganggu dan akhirnya longsoran terjadi. Faktor-faktor pemicu longsor antara lain gempa, curah hujan ekstrem, letusan gunung api, aktivitas geoterma, proses pengikisan, dan erosi.

Di sisi lain, gempa besar juga bisa menciptakan peluang bagi lingkungan untuk berubah. Misalnya, gempa bisa menciptakan danau-danau baru ketika tanah tertekan dan cekungan terbentuk di daerah datar. Ini menunjukkan betapa dinamisnya Bumi kita, di mana gempa bumi dan peristiwa koseismik dapat membentuk ulang lanskap dalam hitungan detik. Xuanmei Fan pada tulisannya berjudul "Characteristics and Classification of Landslide Dams Associated with the 2008 Wenchuan Earthquake" membahas tentang longsoran yang terjadi akibat gempa dan menyebabkan pembentukan bendungan longsor dan danau-danau baru. Penelitian tersebut mencatat bagaimana pergerakan tanah dapat menghalangi aliran sungai dan menciptakan danau sementara, serta dampak lingkungan yang ditimbulkan.

Memetakan Potensi  Koseismik di Masa Depan

Salah satu alasan mengapa fenomena koseismik menjadi fokus penelitian ilmiah adalah karena peristiwa ini membantu kita memahami lebih baik terkait sumber penyebab gempa dan bagaimana Bumi mengalami deformasi. Dengan mempelajari pola deformasi yang terjadi saat gempa, para ilmuwan dapat melakukan analisis potensi gempa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun