Pada saat itu lah kesalahan terbesar telah mereka lakukan. Harusnya, lebih baik mereka hanya tinggal di mesin perang mereka. Meskipun mereka mahluk cerdas nan digdaya, mereka mungkin lupa untuk memakai APD (Alat Perlindungan Diri). Atau mungkin APD mereka minim. Beberapa saat atau hari kemudian, beberapa mesin ditemukan muter-muter gak jelas, bahkan ada yang tumbang tergeletak tak berdaya. Hidup segan, mati pun segan. Apa alasannya?Â
Ketika salah satu mesin perang dihancurkan (lebih tepatnya digoyang jatuh, karena tidak sepenuhnya hancur), muncul adegan menjijikkan. Alien keluar dari mesin bersamaan dengan muntaber (muntah dan ber**ak) mereka. Nafas mereka juga sesak ngos-ngosan. Entah apa yang merasuki alien.Â
Di akhir film, sang narator dengan suara fenomenal, yaitu Morgan Freeman, membeberkan alasan hal itu terjadi. Ya sudah diberikan di awal tulisan kok.Â
Dari saat alien tiba, menghirup udara bumi, makan makanan bumi dan minum air bumi, mereka telah ditakdirkan untuk mati. Setelah semua senjata dan peralatan manusia gagal, alien digagalkan dan dihancurkan oleh makhluk terkecil yang Allah berikan dalam hikmatnya di bumi ini. Dengan korban satu miliar kematian, umat manusia telah mendapatkan kekebalannya, haknya untuk bertahan hidup di antara organisme tak terbatas di planet ini. Dan hak itu adalah hak kita melawan semua tantangan. Karena manusia tidak hidup atau mati dengan sia-sia.Â
Artinya, yang paling berperan mengalahkan serbuan alien dan mesin perang mereka bukanlah manusia, rudal, bom, F-15, atau F-16. Melainkan bakteri dan virus yang ada di setiap sudut planet bumi. Bakteri dan virus yang ada di udara, air, dan benda apapun. Microba everywhere. Udara yang mereka hirup, air yang mereka minum, tanah yang mereka pijak, manusia yang mereka temui, dan bahkan debu yang mereka sentuh. Segala mahluk sel dan mikroba yang sudah 'open-house' di bumi sejak jutaan tahun lalu.Â
Nah, kenapa judul tulisan ini 'Ada di Sini dan Ada di Sana'?Â
Masih berkutat di bakteri, saya tersadar akan beberapa tulisan yang pernah saya baca. Bahwa hati (perasaan, mood) dan pikiran manusia juga dipengaruhi oleh mikroba yang ada di dalam tubuh kita. Ok, sebentar, mungkin kejauhan. Kita mulai pelan-pelan. Bagi kita yang pernah nonton iklan Yakult, pasti tahu dong kalau di perut manusia ada mahluk hidup lain seperti contohnya bakteri. Konon kabarnya bakteri ini sudah ada sejak manusia berada di dalam kandungan ibunya dan konon katanya, bakteri yang membantu pencernaan itu telah diimpor dari si ibu hamil yang mengandung bayi manusia. Jangankan untuk bakteri miksroskopis tak kasat mata, buat yang pernah mengalami cacingan dan minum obat cacing, pasti paham kalau cacing parasit juga dapat bersemayam di perut manusia. Mungkin ketika ada orang yang lapar dan berkata "cacing di perutku udah manggil" ada benarnya. Mungkin bukan cacing, lebih tepatnya, tapi bakteri yang ada di dalam perut sana.Â
Menurut saya, selain aktifitas asam lambung yang bereaksi ketika beberapa jam belum makan, ada juga faktor 'panggilan' dari para bakteri. Bisa saja bakteri mengeluarkan zat tertentu atau 'kentut' enzim tertentu yang menyebabkan kita merasa lapar, karena mereka juga lapar. Atau mungkin ketika bakteri mulai bermatian karena tidak ada yang mau dikonsumsi dari dalam perut, terdapat zat-zat yang berkurang dari perut kita dan mengakibatkan sensasi rasa 'kosong' pada perut. Alhasil kita pun merasa lapar dan jadi marah-marah.Â
Lalu ketika kita telah kenyang dan merasa 'bego' dan ngantuk, apakah serta merta oleh tekanan darah dan kelelahan di siang hari saja? Kita merasa kenyang 'bego' dan ngantuk di saat yang bersamaan ketika bakteri di dalam perut kita punya sesuatu untuk diolah dan mereka pun beraktifitas. Apakah cuman kebelutan?Â
Nah itu masih di area usus. Apakah usus satu-satunya bagian tubuh tempat bakteri hinggap? Apa hanya perut yang dipengaruhi oleh aktifitas mahluk lain?Â
Bagaimana dengan pemikiran dan perasaan kita?Â