Saya GAK bahas ncovid-19 di sini.
Pastinya, saya bukan PhD. di bidang corona dari universitas whatsap.
Stay safe, for everyone whom I love and hate. #jagajarak #physicaldistancing #socialdistancing
Let's start...
'From the moment the invaders arrived, breathed our air, ate and drank, they were doomed. They were undone, destroyed, after all of man's weapons and devices had failed, by the tiniest creatures that God in his wisdom put upon this earth. By the toll of a billion deaths, man had earned his immunity, his right to survive among this planet's infinite organisms. And that right is ours against all challenges. For neither do men live nor die in vain' (Morgan Freeman, War of the Worlds, 2005).
Gugel translet: Dari saat penyerbu tiba, menghirup udara kami, makan dan minum, mereka ditakdirkan untuk mati. Mereka dibatalkan, dihancurkan, setelah semua senjata dan peralatan manusia gagal, oleh makhluk terkecil yang Allah berikan dalam hikmatnya di bumi ini. Dengan korban satu miliar kematian, manusia telah mendapatkan kekebalannya, haknya untuk bertahan hidup di antara organisme tak terbatas di planet ini. Dan hak itu adalah hak kita melawan semua tantangan. Karena manusia tidak hidup atau mati dengan sia-sia.
Tulisan ini saya buat setelah menonton cuplikan dari sebuah film yang menurut saya adalah yang terbaik pada masanya. Film berjudul War of the Worlds yang diluncurkan tahun 2005. Hanya cuplikan loh ya, bukan full film nya. Pemeran utamanya juga yang terbaik dan cocok, yaitu Tom Cruise. Genre nya yang bagi saya gak jelas malah membuat saya suka pada film ini. Dibilang sci-fi iya, dibilang alien juga benar, ada horor dikit, ada thriller dikit, dibilang action juga iya karena banyak pertarungan, bahkan dibilang sport juga bisa karena banyak adegan lari.Â
Film ini dimulai dengan narasi bahwa ada entitas dengan kecerdasan yang lebih tinggi yang memandang, mengamati, dan mengawasi planet bumi dan penghuninya seperti manusia mengamati mikroba di bawah mikroskop.Â
Sesaat setelah adegan serangan pertama, seklias tergambar bahwa manusia sering menganggap alien datang dari luar angkasa. Memang iya sih, alien sering digambarkan datang dari arah atas, dengan menggunakan pesawat luar angkasa. Padahal pada film ini, sosok alien justru datang dari bawah tanah. Mereka sudah ada di sana ribuan atau jutaan tahun sebelum masa kini. Seolah ada yang menyimpan mereka di bawah tanah sana untuk suatu saat digunakan meyerang planet bumi. Surprise! surprise!Â
Memang sesaat sebelum serangan pertama, terdapat kilatan atau sambaran atau petir dari luar angkasa yang masuk ke dalam tanah. Artinya mahluk pengendali tersebut dikirim lewat teleportasi atau kapsul bor super kecil super cepat, dari suatu planet atau kapal luar angkasa langsung masuk ke bawah tanah. Sedangkan objek yang ditanam di bawah tanah itu hanyalah kendaraan atau peralatan perang mereka. Kira-kira sama seperti ketika manusia memakai pesawat tempur, tank, atau kapal perang.Â
Ada juga ditampilkan ketika alien itu mencoba mengubah kondisi planet bumi menjadi lebih sesuai dengan kebutuhan mereka. Singkatnya, agar planet bumi menjadi mirip dengan planet mereka. Seramnya, alien itu menggunakan daging dan darah manusia sebagai pupuk yang menyuburkan tanaman mereka di bumi.Â
Meskipun pasukan militer dunia mencoba untuk menghancurkan mesin tersebut, hasilnya hampir nol. Karena mesin-mesin itu, kalaupun bisa, hanya dapat dihancurkan dengan diledakkan dari dalam. Itupun, ada ratusan ribu mesin penyerbu.Â
Dengan melihat banyaknya manusia yang dibunuh, militer dunia tak berkutik, dan tanaman planet lain yang mulai tumbuh subur di bumi, maka para alien dengan percaya diri keluar dari mesin perang mereka. Mungkin ingin mencari udara segar, jogging, atau menikmati senja. Enggak gitu juga dong. Mereka melakukan observasi secara langsung terhadap planet bumi. Mereka masuk ke rumah dan lalu menyentuh apapun yang ada mereka temukan.Â