DAMPAK BESAR PENCEMARAN SUNGAI DI BENGKULU AKIBAT INDUSTRI KARET DAN KELAPA SAWIT
Samuel Stanleycen / 31210393
Program Studi Biologi, Fakultas Bioteknologi,
Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta
PENDAHULUAN
Bengkulu merupakan provinsi yang sedang menagalami perkembangan pesat di bidang industri kelapa sawit dan karet. Pada Kabupaten Bengkulu Tengah, khususnya Desa Talang Empat mengalami kemajuan pesat pada bidang industri karet. Terdapat dua pabrik karet, yaitu PT. Batang Hari yang memiliki luas 92.500 Â dan PT. Bukit Angkasa Makmur yang memiliki luas 33.552 , dan merupakan penampung hasil perkebunan karet masyarakat lokal. Tentu saja hal ini memberikan dampak positif pada masyarakat dengan memajukan perekonomian mereka dan menurunkan angka pengangguran. Terlebih lagi pabrik tersebut mampu memproduksi crump rubber sebanyak 800 ton per bulannya dengan jam operasi 16 jam per hari. Karena hal ini pun infrastruktur daerah tersebut semakin maju dan berkembang diaerah sekitar pabrik.
Namun tentu saja dalam sebuah industri menghasilkan limbah buangan yang dapat berupa limbah cair, limbah padat, dan limbah udara. Dari kedua PT tersebut menghasilkan limbah yang baunya tidak sedap sehingga mengganggu kenyamanan warga sekitar. Sisa-sisa karet, plastik, endapan, dan lainnya terlihat tidak diolah dengan baik oleh pihak perusahaan bahkan ada juga yang langsung dibuang melalui sungai. Parahnya lagi limbah cair berupa limbah minyak hasil dari pengolahan karet mentah langsung dibuang di area sungai yang tidak jauh dari pabrik tersebut. Tentu saja dampak tersebut dapat kita lihat langsung dengan adanya perubahan warna air sungai dan baunya yang tidak sedap.
Aktifitas pabrik yang membuang limbah cair ke Sungai Air Bengkulu yang berada di hulu DAS sangat mempengaruhi ekosistem sungai tersebut disamping juga mencemari sumber air PDAM. Ada 3 indikator dalam pencemaran sungai, yaitu fisik, kimia, dan juga biologi (Azwir, 2006). Hasil dari setiap limbah buangan memiliki kadar limbah yang berbeda-beda, tentu saja polutan dalam air dapat berupa pathogen atau bakteri (Sugiharto, 1987). Untuk membuang limbah ke badan air, kita memerlukan baku mutu lingkungan yang merupakan standar atau batasan lingkungan (Suratmo, 2002). Baku mutu air di Indonesia terbagi menjadi empat golongan, yaitu golongan I, II, III, dan IV. Dari masalah ini, dapat diketahui seberapa besar pencemaran yang telah terjadi akibat pembuangan limbah cair produksi dari karet mentah.
METODE PENELITIAN
Diperlukan program monitoring agar lingkungan yang telah tercemar dapat kembali menjadi asri. Data primer yang berupa sampel air sungai diambil dari 4 titik berbeda, yang telah ditinjau melalui lokasi yang terlihat dari google maps, yaitu:
- Titik 1 berada sebelum PT. Batang Hari.
- Titik 2 berada di antara PT. Batang Hari dan PT. Bukit Angkasa Makmur.
- Titik 3 berada di belakang pabrik PT. Bukit Angkasa Makmur.
- Titik 4 disekitar daerah PDAM Desa Surabaya.
Ada pun parameter yang akan diukur yaitu BOD, COD, pH, TSS, dan Ammonia. Tentu saja hasil yang diharapkan mampu menyesuaikan dengan baku mutu air yang berlaku di Indonesia, sebagai berikut: