Mohon tunggu...
samuel
samuel Mohon Tunggu... Freelancer - tukang nulis

sepuluh jari di kompasiana lebih baik daripada 2 jempol di akun lambeturah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Media Sosial, Bagai Pedang Bermata Dua

23 Juni 2022   21:00 Diperbarui: 23 Juni 2022   21:04 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Era digital, era dimana segala macam urusan hampir semuanya bisa dilakukan hanya menggunakan smartphone. Begitu juga dalam hal interaksi sekarang sudah banyak platform dan media-media online yang dijadikan tempat untuk saling berinteraksi seperti di media sosial instagram,facebook,twitter, youtube dll.

Menurut databoks.id pada tahun 2021-2022 konten yang paling sering diakses oleh orang indonesia adalah media sosial yaitu sebanyak 89,15% dibandingkan konten seperti chatting online, belanja online, game online dll. Media sosial menjadi sangat "seksi" dikalangan rakyat indonesia mungkin karena segala informasi dan aktivitas bisa dengan mudah diakses hanya menggunakan smartphone. Dan media sosial juga menjadi tempat yang paling gampang untuk beropini (terlepas dari hal positif maupun negatif), untuk berekspresi dan mencari informasi.

Databoks.id juga mencatat rata-rata orang indonesia menggunakan media sosial yaitu 3 jam per hari. Ini menjadi bukti bahwa saat ini media sosial seperti sudah menyatu dengan aktivitas kita sehari-hari, seperti hal yang tidak terpisahkan. Kalau tidak percaya coba anda tanya ke 5-10 teman atau keluarga di dekat anda siapa diantara mereka yang tidak memiliki akun medsos? Sangat yakin kebanyakan dari mereka pasti memiliki dan aktif berselancar di media sosial.

Dengan munculnya konten-konten di media sosial yang sangat masif,karena proses upload yang sangat mudah tanpa harus di moderasi seperti halnya media-media berita baik cetak maupun digital. Menurut saya ini bisa menjadi pedang bermata dua. 

Mungkin tidak menjadi masalah jika semua pengguna media sosial di indonesia sudah sangat bijak dalam hal menggunakan media sosial dan bisa memfilter informasi apapun itu terutama isu-isu sensitif seperti SARA yang nyatanya saat ini masih menjadi "konten andalan" sekelompok orang.

Tapi sepertinya kebanyakan pengguna media sosial di negeri kita ini masih sangat jauh dalam hal bijak bermedia sosial di platform apapun itu. Buktinya masih banyak orang yang ribut dan membuat konten-konten hoaks yang menimbulkan keributan antar sesama pengguna media sosial.

Kedepannya atau bahkan saat ini media sosial bisa menjadi alat baru untuk mencapai tujuan atau kepentingan-kepentingan tertentu baik itu hal positif maupun negatif, seperti judul dari tulisan ini. Apakah hal itu buruk? Jawabannya bisa jadi iya bisa jadi tidak. Apakah pengguna media sosial bisa diatur? Sangat sulit untuk bisa mengontrol atau monitoring setiap aktivitas yang ada di media sosial di indonesia. Tercatat pengguna media sosial di Indonesia pada tahun 2022 yaitu sebanyak 191 juta orang pada januari 2022 jumlah itu meningkat 12,35% dibanding pada tahun sebelumnya yang hanya 170 juta orang.

Jika dari sisi peluang, sangat banyak hal positif yang bisa diberikan ataupun diserap dari konten-konten di media sosial. Banyak remaja-remaja di indonesia yang berhasil memiliki penghasilan jutaan bahkan milyaran dengan menjadi konten kreator. Pelaku-pelaku bisnis juga banyak yang mendapatkan manfaat dari hadirnya platform media sosial di indonesia. Tokoh-tokoh publik & tokoh politik pun  banyak yang sudah memulai untuk terjun dan aktif di media sosial. Saya yakin banyak orang yang mengalami keuntungan dengan media sosial.

Apa yang harus ditakuti dari media sosial?. Pertanyaan yang mungkin ringan tapi berdampak besar jika tidak segera diatasi. Dari hal-hal positif yang dihasilkan dari media sosial namun ada sisi gelap dari dunia media sosial. Tindakan bullying yang bahkan sempat membuat seorang siswi bunuh diri sudah seharusnya menjadi perhatian kita bersama serta menjadi pelajaran bagi para pengguna sosial sosial khususnya bagi para dewasa untuk memberi edukasi dalam menggunakan media sosial. Berita-berita palsu atau hoaks yang sangat mudah dibuat dan juga diakses pengguna medsos menjadi suatu peringatan dalam pentingnya menganalisa suatu informasi tanpa harus mengambil kesimpulan dengan cepat bahkan sampai terprovokasi dan melakukan tindakan kriminal atau main hakim sendiri.

Hate speech atau black campaign yang kerap digunakan para orang-orang tidak bertanggung jawab untuk mencapai tujuan tertentu (biasanya untuk menyerang lawan politik) sudah sering menjadi suatu alat yang dikemas menjadi suatu konten baik konten bacaan berbentuk narasi maupun tontonan dan di unggah menggunakan platform media sosial. Karena banyaknya orang yang mudah terprovokasi tanpa meneliti sumber berita yang dikonsumsinya melalui media sosial lahirnya kebencian dan perpecahan lewat media baru yaitu media sosial yang saat ini bisa kita akses dalam genggaman kita. Itu menjadi suatu sisi gelap media sosial yang sebenarnya sangat sulit bahkan tidak mungkin dihentikan namun bisa diajarkan terutama orang-orang terdekat kita yang mudah dijangkau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun