Keunggulan Blog yang Membuatnya Tetap Tak Tergantikan
Ketika internet mulai marak dan luas digunakan masyarakat umum di dunia, termasuk di Indonesia, orang-orang awam menggunakannya bukan hanya untuk mencari dan mendapatkan informasi, melainkan juga sebaliknya: untuk menyampaikan dan berbagi informasi. Juga untuk mengekspresikan dan mengaktualisasi diri, serta kemudian bahkan untuk menjalin hubungan dan jaringan sosial. Jauh sebelum ada media-sosial, bahkan sebelum media chatting muncul, media yang tersedia paling awal untuk melakukan ketiga kegiatan tersebut ialah blog. Walaupun sekarang ini media-sosial menjadi primadona di seluruh dunia untuk mengakses/berbagi informasi, berekspresi, serta bersosialisasi, blog tetap eksis karena memang ada kelebihannya yang tak tergantikan.
Blog menyediakan keluasan ruang editor bagi blogger-nya dan laman baca bagi pemirsanya. Blog bisa memuat tulisan dalam jumlah karakter yang sangat banyak.Juga dapat memuat foto atau gambar atau grafis dengan ukuran dan resolusi yang besar. Video yang diimbuhkan pun dapat sangat panjang durasinya. Musik pun bisa dipasang. Bahkan, semua media audio-visual tersebut (musik, tulisan, foto/gambar/grafis, dan video) dapat sekaligus dijadikan konten dari satu laman blog yang sama.
Inilah yang tidak terfasilitasi oleh media-sosial dari platform apapun. Sebagaimana kita tahu, ruang muat dan ruang baca yang disediakan semua platform media-sosial jauh lebih kecil dibandingkan blog.
Keluasan seperti itu tidak saja memberikan keleluasaan untuk blogger mencurahkan ekspresi, aspirasi, dan aktualisasi dirinya, tetapi juga menyajikan kenyamanan untuk para pemirsa menikmati, mencerna, dan mendapatkan inspirasi dari informasi yang lebih paripurna dan mendetail dalam blog yang dikunjunginya.
Untuk Inilah Kumanfaatkan Keunggulan Blog
Previlasi semacam itulah yang mendorongku untuk senantiasa antusias beraktivitas melalui blog. Salah satu manfaat paling awal yang amat kuharapkan dapat terinstalasi di dalam diri pembaca blog-ku ialah kecintaan akan dunia literatur.
Pertama-tama, para pembaca mulai merasa suka membaca, yang kemudian lekas bertumbuh menjadi cinta. Inilah misiku yang paling pertama dalam menulis, termasuk dan terutama di blog.
Salah satu hal yang hebat dari cinta adalah bahwa ia membuat ketagihan. Jadi, tak berlebihan jika aku berharap, cinta yang membuat pemirsa blog-ku itu ketagihan membaca pun akan bertransformasi menjadi kebiasaan. Segera ataupun nanti, kebiasaan itu pun mengkristal menjadi karakter. Bila ada lebih dari satu orang yang memiliki karakter gemar membaca seperti itu lantaran tulisan di blog-ku, maka terpenuhilah misiku yang berikutnya, yaitu mendorong terbentuknya budaya membaca dalam masyarakat.
Jika dipupuk terus, cepat atau lambat budaya tersebut akan menghasilkan buah berupa dorongan dan keinginan untuk mulai menulis juga. Ini konsekuensi yang logis. Makin banyak nutrisi yang kita konsumsi dan cerna, makin banyak pula dorongan dari dalam diri kita untuk menyalurkan energi yang dihasilkan. Maka, semakin banyak seseorang mendapat informasi dari bacaan, akan semakin banyak pula ide dan gagasan di benaknya, sehingga semakin keras pula ia didesak oleh dirinya sendiri untuk menumpahkan ide-ide tersebut ke dalam media yang sama dengan yang ia konsumsi, yaitu dalam bentuk tulisan. Itulah misiku selanjutnya.
Budaya Literasi adalah Pintu Gerbang menuju Kemajuan
Tambah marak budaya literasi di dalam suatu bangsa, tambah cepat pula bangsa tersebut maju. Sebab, orang-orang akan saling berbagi dan menerima pengetahuan.
Orang yang mumpuni di bidang hukum namun sangat haus akan dunia musik, ia akan banyak menulis tentang hukum sembari banyak membaca pula mengenai musik. Di daerah lain, ada orang yang banyak sekali pengalaman dan pengetahuannya di bidang konstruksi dan kepingin lebih banyak tahu tentang hukum, maka dia akan merasa amat bersyukur saat membaca tulisan-tulisan orang pertama tadi, sambil dia sendiri pun terus menghasilkan karya tulis yang membahas dunia konstruksi. Tulisan orang kedua ini pun memuaskan seorang dokter ahli kebidanan dan kandungan di daerah lain lagi, yang memang sudah lama memendam hobi dalam bidang konstruksi, sehingga sang obsteter-ginekolog (dokter kebidanan dan kandungan) pun setiap hari mengenyangkan hasratnya dengan tulisan-tulisan tentang konstruksi itu seraya ia sendiri menulis juga soal seluk-beluk dan ragam permasalahan kesehatan kandungan, ibu hamil, dan kelahiran bayi. Dan seterusnya, dan seterusnya.
Itu berarti, semua individu dalam masyarakat saling memperkaya dan diperkaya. Tiap-tiap insan bangsa berperan mencerdaskan dan sekaligus dicerdaskan oleh saudara-saudara sebangsanya. Proses yang sangat membuka dan memperluas wawasan anak bangsa seperti inilah yang berandil besar dalam percepatan peningkatan kualitas hidup masing-masing orang, yang berdampak pada lebih cepatnya proses pembangunan nasional, dan yang pada gilirannya juga akan meningkatkan kesejahteraan bangsa.
Tanpa Dua Hal Ini, Jangan Mimpi Membangun Kecerdasan dan Kesejahteraan Bangsa Lewat Blog!
Akan tetapi, manusia itu terdiri dari badan dan jiwa. Jadi, kalau Indonesia mau sejahtera, kedua elemen tersebut dari bangsa kita harus memenuhi semua kriteria kemajuan. Secara fisik terjadi peningkatan, secara mental-spiritual pun demikian. Apabila kita semua, orang Indonesia tanpa terkecuali satupun, sudah kaya secara materi dan finansial, juga secara kognitif tidak ada satupun ilmu-pengetahuan dan teknologi yang tidak kita kuasai, namun akhlak kita bobrok, kita sama sekali belum sejahtera. Kita belum maju. Bahkan, kita juga sedikitpun tak layak disebut cerdas.
Dan yang lebih penting lagi, kita harus ingat, kata “pembangunan” merupakan terminologi dunia konstruksi. Dalam dunia konstruksi, pembangunan apapun juga jika dilakukan tanpa pondasi, itu adalah ketidakwarasan. Begitu pula dengan pembangunan bangsa, baik jasmaniah maupun rohaniah.
Maka, jikalau kita mau membangun bangsa lewat literatur, termasuk dan khususnya di blog, mutlak kita membutuhkan dua materi sebagai pondasi. Yang pertama, bahasa Indonesia. Kedua, adab berbahasa. Tidak ada lagi yang boleh ditambahkan selain keduanya, tidak ada yang dapat menggantikan keduanya.
Orang Indonesia Wajib Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar!
Jika kita ingin membangun diri kita selaku orang Indonesia, dan membantu membangun orang lain sesama anak bangsa, dalam aspek literasi, maka apa lagi yang paling dulu harus ditata selain bahasa? Karena bahasa adalah nyawa literasi, maka penguasaan bahasalah yang harus paling pertama dipunyai orang-orang yang menggeluti literasi. Dan karena kita adalah orang Indonesia, bahasa nasional kita, yakni bahasa Indonesia, wajib kita kuasai secara paripurna. Baik dalam lisan, teristimewa dalam tulisan. Tatabahasa yang teratur, kosakata yang kaya, diksi yang presisi, kaidah penulisan yang dipatuhi, semua itu mutlak harus dijunjung siapapun yang mengaku sebagai orang Indonesia.
Itulah salah satu dari dua misiku yang terakhir dan terbesar. Dalam menulis, termasuk di blog, aku sungguh-sungguh berusaha keras untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (E.Y.D.). Penempatan tanda baca dan pemakaian huruf kapital betul-betul kuperhatikan sesaksama mungkin. Kuusahakan benar agar secara keseluruhan, tulisanku hanya memakai kata-kata bahasa Indonesia, dan kata-kata itu pun sangat kuupayakan supaya sesuai dengan yang terdapat perbendaharaan Kamus Besar Bahasa Indonesia (K.B.B.I.). Bilamana aku memang harus memakai istilah atau kata dalam bahasa asing karena satu atau beberapa alasan, seperti belum adanya padanan kata atau istilah tersebut dalam bahasa Indonesia, maka kata atau istilah itu akan kutulis dengan huruf miring untuk menegaskan keasingannya. Misalnya, kata yang beberapa kali kutulis di sini, yakni blog.
Harapanku, kesungguhan cintaku akan bahasa Indonesia itu bisa menular dan merasuk juga ke dalam mental orang-orang lain, utamanya yang membaca blog-ku.
Mau Jadi Orang Terhormat? Berbahasalah secara Terhormat, Termasuk saat Menulis!
Dan misi terakhir dan terbesarku yang kedua ialah mendorong orang banyak, terutama pembaca blog-ku, untuk benar-benar menjunjung adab berbahasa, khususnya dalam menulis. Juga mengutamakan segala kehormatan dan kemuliaan. Maksudnya, bukan hanya sekadar mematuhi norma-norma dan aturan-aturan, melainkan benar-benar bertindak secara terhormat dan mulia serta benar-benar menghormati dan memuliakan semua orang melalui gaya hidup yang sesuai dengan segala adat, pranata, dan hukum yang berlaku, khususnya dan utamanya di Indonesia.
Untuk itu, aku tidak pernah punya masalah dengan perhatian pemerintah akhir-akhir ini terhadap tulisan-tulisan yang bernada kebencian, yang berupa hoax, dan yang memecah-belah bangsa. Sebab itu, aku bingung, mengapa orang-orang jadi ribut sendiri, bahkan takut kalau-kalau pemerintah berniat mengekang kebebasan berekspresi. Aku tidak pernah takut. Kuatir sedikit pun tidak. Mengapa? Karena, memang buat apa juga takut kalau aku selalu menulis dalam kebenaran. Kalau aku benar, mengapa aku harus takut? Hanya orang bersalahlah yang patut dan wajib takut. Karena konten yang kutulis selalu benar secara menyeluruh, dan didasari motivasi dan tujuan yang juga benar, aku bergeming saja dengan wacana pemerintah menindak mereka yang menuliskan hal-hal seperti tadi. Sebab, aku tahu, aku takkan pernah mungkin tersentuh sedikitpun oleh sanksi hukum apapun. Dan aku juga ingin, semua pembaca blog-ku dan semua rekanku sesama blogger juga mulai belajar untuk berbahasa dan menulis secara beradab, dengan dipenuhi jiwa yang terhormat dan mulia.
———————————————
Akun Facebook: https://www.facebook.com/samueledwardrolos
Akun Twitter: https://twitter.com/SammyAddward
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H