Mohon tunggu...
Samuel Edward
Samuel Edward Mohon Tunggu... Seniman - Pecinta dunia literatur, pecinta kopi, pecinta satwa khususnya anjing, pecinta alam. Dan semua itu dalam stadium 4 dan grade 4!

Tugas yang kuemban adalah membawa dan membuat mulia nama Bos-ku di mana pun aku hidup, apa pun yang aku lakukan, kepada siapa pun yang aku temui, kapan pun waktu dan kesempatannya.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Kemasukan Roh “Ngariung” sampai Ketagihan Romantika “Botram”

26 Agustus 2016   12:12 Diperbarui: 26 Agustus 2016   12:25 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arti penting makanan dan kegiatan makan bagi kehidupan individu dan masyarakat

Makanan dan kegiatan makan bukan hanya penunjang kehidupan melainkan juga menjadikannya lebih hidup. Orang lapar akan cepat sekali merasakan dan memancarkan energi negatif. Kehilangan gairah karena kelaparan menurunkan kualitas kehidupan. Dan kita sendiri tentu mengalami sendiri, betapa mekar dan berseminya kembali kehidupan kita ini hanya dengan baru melihat dan mencium aroma makanan dan minuman ketika kita sedang lapar dan haus.

Hal tersebut tidak hanya berlaku untuk individu namun juga dalam komunitas. Cahaya kehidupan seketika menyala terang sekali menyinari dan menaungi manakala makanan dan minuman disajikan sebagai konsumsi bagi kita yang sedang berkumpul dengan orang-orang sekomunitas. Suasana mendadak menjadi jauh lebih hidup. Kehangatan menggenang, laju komunikasi antar-anggota komunitas pun lancar seperti diminyaki.

Bangsa kita sangat menghayati dan amat konsisten mengamalkan kebersamaan dalam bersantap

Itu berlaku universal. Semua bangsa mengalami yang demikian. Namun, kita, bangsa Indonesia, lebih kaya dan lebih mendalam lagi! Kita lebih filosofis dan lebih konsisten mengimplementasikan api kehidupan yang terkandung di dalam makanan dan kegiatan makan. Sebab, hanya suku-suku bangsa di Nusantara kita inilah yang punya budaya untuk sungguh-sungguh mengoptimalkan makanan sebagai alat kebersamaan, persatuan dan kesatuan, serta kesehatian, namun pada saat bersamaan, sekaligus juga mengabadikan kebersamaan dan kesehatian dalam keberagaman antar-kita itu di dalam menu kuliner kita. 

Lihat saja semua resep masakan Indonesia. Begitu kaya akan bumbu, rasa, teknik, dan filosofi, serta luar-biasa menuntut ketelitian dan kesabaran dalam penyiapan, proses pembuatan, dan penyajiannya. Tidak ada chéf di dunia ini yang tidak merasa kesulitan membuat makanan Indonesia.

Dan, kitalah juga bangsa yang setia menerapkan dan mewariskan tradisi bukan hanya makan bersama tetapi juga prosesi memasak bersama. Kita bisa menyaksikannya pada semua suku bangsa di negeri kita ini, betapa indahnya kekompakan orang-orang yang jumlahnya tidak sedikit, biasanya ibu-ibu dan kaum perempuan, dalam membuat hidangan untuk acara makan bersama, mulai dari mengumpulkan dan menyiapkan bahan dan bumbu hingga menata semua makanan dan minuman yang telah jadi ke tengah-tengah kumpulan untuk disantap.

Dengan kata lain, budaya dan paradigma bangsa kita dalam urusan makanan sangat berperan besar dalam memupuk rasa toleransi serta persatuan dan kesatuan. Dan karena unit masyarakat terkecil yang membentuk sebuah bangsa ialah keluarga, maka keluargalah yang paling bertanggung-jawab mempertahankan keutuhan bangsa dengan cara menjaga budaya yang begitu luhur dalam hal kebersamaan dan kesehatian, utamanya dalam momen santap bersama.

Seperti kita tahu dan sebagaimana sudah disinggung di atas, semua suku dan etnis di Tanah-air menjunjung tradisi santap bersama. Namun, dalam tulisan ini, aku hanya akan membahas tradisi dari satu suku saja, yakni suku Sunda.

Ngariungdan botram, apa itu?

Aku lahir dan dibesarkan di Jakarta. Tinggal di tengah-tengah masyarakat yang adat Betawi-nya masih cukup kuat. Oleh sebab itu, keluargaku pun menerapkan banyak cara hidup dari lingkungan tempat kami tinggal. Budaya Betawi itu banyak variannya. Kebetulan, budaya Betawi yang dihidupi lingkungan tempat-tinggal keluargaku itu adalah dari varian yang terpengaruh kuat budaya Sunda. Aku baru menyadari itu manakala aku mulai tinggal di Bandung untuk kuliah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun