Mohon tunggu...
samuel purba
samuel purba Mohon Tunggu... Administrasi - PNS, pemerhati sosial

Penikmat alam bebas dan bebek bakar; suka memperhatikan dan sekali-sekali nyeletuk masalah pendidikan, budaya, dan kemasyarakatan; tidak suka kekerasan dalam bentuk apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Klise (Sebuah Narasi di Bulan Juni)

15 Juni 2024   23:12 Diperbarui: 16 Juni 2024   08:20 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Juni,

mengapa jalanmu cepat terburu-buru

aku baru saja mencoba beranjak dari lamunan pagi

berjuang mengangkat sedikit gusar yang malam titipkan

kau pun tahu kalau aku sedang kelimpungan

memaknai hari-hari yang tertatih mengejarmu 

setidaknya berdamailah sedikit dengan perasaan

yang bahkan belum sempat terdefinisi oleh kalbu

Dimana pikiran yang bebas itu

 kau melindasnya dengan kedangkalan egomu

bahkan sebelum terbersit keinginanmu untuk menjadi lebih baik

kau telah ditinggalkan oleh jiwamu sendiri

Hakiki,

perkataaanmu  kini meninggalkan hal-hal klise semisal keadilan atau kesetaraan

di saat yang sama kau sedang menghakimi batinmu tanpa ampun

Dimanakah kebanggaan yang selama ini kau pegang

sementara kau mengenangnya, ia larut dalam senja yang buram

gemilang sejenak, kini merayap menjadi bayang-bayang

membuat kau terdiam, sama seperti kemarin dan hari-hari yang lalu

betapa sedihnya kehilangan diri sendiri

kau malu karena telah kehilangan segalanya

Juni, tidak kah kau menyadari kemiripan di antara kita

kau memperhatikan aku, tanpa sadar kau sedang kuperhatikan pula

kau menyelami kata-kata sebagai kritik, kau sedang meremukkan tulang punggungmu sendiri

Lihatlah malam datang untuk merayumu, 

dengan lembut mengajakmu jujur bercerita

Masihkah kau menggengam  cita-cita masa muda?

lafalkanlah berbisik, ia mahir memahatnya menjadi puisi

dan menambatkan sumbu yang masih menyala di dadamu

mengalirkan cahayanya di setiap sel darahmu

Ke sanalah kau bergerak, meski kau harus merangkak

sabarlah, kau sedang bangkit meski kau menangis

kau telah menang, meski kau kesakitan

Juni, kini aku ingin berterima kasih

dari jauh kau membalikkan badan dan tersenyum

Ijinkan aku mengerti artinya menjadi bahagia 

tanpa perlu membasahi kembali mata yang kini mengering

Bukankah kau sedang menyiapkan hari baru agar aku bisa menuliskan rahasia-rahasia kita

dan menghadiahkannya untuk masa depan yang kelak akan menertawakannya.

Bekasi, 15 Juni 2024   

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun