Mohon tunggu...
samuel purba
samuel purba Mohon Tunggu... Administrasi - PNS, pemerhati sosial

Penikmat alam bebas dan bebek bakar; suka memperhatikan dan sekali-sekali nyeletuk masalah pendidikan, budaya, dan kemasyarakatan; tidak suka kekerasan dalam bentuk apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Orangtua adalah Konselor Terbaik bagi Anak

28 Oktober 2022   16:27 Diperbarui: 28 Oktober 2022   16:33 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun praktiknya tentunya tidak semudah itu. Sebagai anak yang juga masih labil dalam perkembangannya, tidak jarang membuatnya terombang-ambing dalam kepribadian dan karakter, bahkan dapat kehilangan kepercayaan diri bahwa dia mampu berkembang dengan baik di dalam situasi dan kondisi yang tidak ideal tersebut.

Yang lebih parah jika ternyata di lembaga pendidikan sendiri belum sepenuhnya bebas dari subjektifitas guru dalam menilai, perilaku mendiskreditkan siswa secara verbal maupun non verbal, kekerasan fisik dan non fisik (bullying) secara langsung maupun tersenbunyi dari rekan sepergaulan, dan hal-hal negatif lainnya, memaksa kita sebagai orang tua sama sekali tidak boleh lepas tangan atas pendidikan anak, alih-alih menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah.

Dan yang lebih membuat situasi lebih memberatkan anak-anak adalah manakala setelah berjam-jam berada di luar rumah, ketika dia berharap hanya dalam 1-2 jam untuk berbicara saat orang tuanya ada di rumah, bukan ketenangan yang dia peroleh, alih-alih omelan bahkan amarah, yang membuatnya semakin terpuruk. Wajar jika akhirnya situasi ini membuat seorang anak kehilangan motivasi belajar bahkan dapat membuatnya menjadi stres.

***

Aspek psikologi merupakan aspek penting dalam perkembangan anak, yang sama sekali tidak boleh dianggap main-main atau sepele. Karena jika aspek ini terganggu, maka akan berdampak kepada aspek lainnya. Namun sepertinya masih banyak orang tua maupun tenaga pendidik yang belum sepenuhnya aware dengan hal tersebut.

Kalau ditarik lebih jauh, maka dapat dikatakan bahwa maraknya kenakalan remaja, perilaku menyimpang, maupun kekerasan kepada maupun yang dilakukan anak, adalah akibat dari kurang diperhatikannya perkembangan psikologi seorang anak.

Budaya pop yang berkembang marak yang disokong oleh teknologi informasi dan komunikasi yang tidak terbendung, membuat pendidikan psikologi perkembangannya anak menjadi semakin tertantang. Nilai-nilai semisal hedonisme, apatis, pornografi, bullying, secara tidak langung membuat persaingan tersendiri di antara para peserta didik. Tidak mudah membuat anak-anak merasa cukup nyaman dengan apa yang diajarkan di rumah, dimana di luar rumah mereka dipaksa berbenturan dengan beragamnya karakter yang ditunjukkan teman-temannya.

Di saat itu anak-anak secara alami mencari nilai-nilainya sendiri. Pencarian tersebut dapat berujung kepada kesombongan maupun ketidakpuasan. Dan jika orang tua tidak mengintervensi melalui pendekatan-pendekatan yang persuatif, bukan tidak mungkin kebingungan anak-anak berujung kepada perilaku yang menyimpang.

Fakta yang kita dengar akhir-akhir ini mengenai aksi kekerasan anak sekolah di jalan raya, genk motor, dan lain sebagainya membuat kita sampai pada kesimpulan bahwa aspek psikologi perkembangan anak menjadi sesuatu yang sifatnya urgen dan mendesak. Dan sayangnya ternyata dari data yang ditemukan, bahwa Indonesia saat ini kekurangan lebih dari 100 ribu orang guru bimbingan dan konseling (BK). Disinilah sekali lagi, peran orang tua sebagai konselor menjadi sangat vital.

***

Apa yang bisa dilakukan orang tua? Dari pengalamannya saya di atas, orang tua pertama sekali harus "bertobat" dan mengakui kesalahan dan kelemahannya dalam mendidik anak-anaknya, serta harus mau berubah untuk hal tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun