Sudah hampir setengah tahun terakhir saya menjadi teman tidur anak perempuan bungsu saya yang berusia empat tahun. Saya tidak ingat persis apa alasannya pertama kali mengatakan, "Mau tidur sama Papa!" Karena kecenderungannya yang agak sulit tidur, saya saat itu terpaksa putar otak. Dan strategi saya saat itu adalah mendongeng.
Awalnya saya menggunakan buku bergambar milik kakaknya yang berisi cerita tentang binatang-binatang dengan pesan moral tertentu. Namun setelah beberapa malam, kemudian cerita-cerita pada buku tersebut habis. Saya juga mulai berpikir kalau terkadang pesan moral dalam buku seperti itu tidak begitu jelas dan relevan bagi karakter dan kepribadian putri kecil saya.
Lantas saya memilih untuk menciptakan cerita/dongeng sendiri saja. Entah bagaimana inspirasi muncul begitu saja saat bercerita. Tetap saya mengambil tokoh binatang seperti ikan, kucing, katak, harimau, gajah, dan binatang lainnya.
Awalnya saya agak ragu apakah dia mau mendengar cerita (karangan) saya. Namun ternyata si cewek kecil ini sangat excited. Kadang-kadang dia sendiri langsung meminta tokoh binatang tertentu untuk diceritakan, lalu memberi nama tokoh binatang tersebut dengan nama yang terkesan ngasal (misalnya wou, cil, fles, mish, krip, jia, dan nama-nama ngasal lainnya).
Terus terang saya tidak mendongeng tanpa tujuan. Selalu saya upayakan agar cerita tersebut berisi pesan moral dan membantunya mengingat apa saja yang sudah dijalani sepanjang hari. Misalnya saat dia melihat pengemis atau pengamen ketika kendaraan kami berhenti di perempatan lampu merah, maka di malam hari saya membawakan pesan untuk membantu orang-orang yang kurang beruntung.
Tak jarang pula dongeng di malam hari itu adalah kisah tentang dirinya sendiri, apakah berupa reward atau punishment atas kelakuannya sepanjang hari. Hal ini juga sebagai stretegi saya memberikan pendidikan kepada pribadinya yang cenderung keras kepala dan tidak bisa dinasihati/dimarahi secara langsung.
Kalau sepanjang hari itu dia cenderung nakal dan tidak mendengar nasehat mamanya, maka tema dongeng malam hari adalah kisah anak katak yang nakal, dan sejenisnya. Demikian juga ketika anak saya itu sudah berbuat baik, maka tema dongeng malam itu kisah anak ayam yang berhati mulia. Kadang-kadang saya lihat dia tertawa cekikikan atau tertegun lama. Barangkali dia sedang membayangkan dirinya sendiri di dalam cerita itu.
Beberapa kali saya juga meminta feedback dari si cewek centil ini. Biasanya saya memberikan beberapa pertanyaan mulai dari yang sifatnya umum sampai yang mendetil. Dan surprisingly ternyata dia ingat seluruh detil isi cerita. Bahkan dia bisa menceritakan ulang cerita saya tersebut dengan hampir sempurna berikut pesan-pesan moralnya. Biasanya setelah dongeng selesai dia pun tertidur pulas.
Belakangan ini dia bahkan sudah mulai mengoreksi cerita saya, yang kadangkala sengaja saya belok-belokkan alurnya. Misalnya ketika saya mulai dari tengah cerita atau akhir cerita, dia langsung komplain dan bilang, "Papa, kalau mulai cerita itu harus dengan 'pada suatu hari'...".
Karena penasaran saya kemudian mencoba mencari referensi cara mendongeng yang baik, dan pengen tahu apa sih manfaat mendongeng bagi anak-anak sebelum mereka tidur. Dari beberapa media daring, diketahui beberapa manfaatnya antara lain:
- Mendekatkan hubungan batin antara orang tua dan anak;
- Memperkaya kosa kata anak;
- Melatih kemampuan mendengar, daya ingat, dan konsentrasi;
- Meningkatkan imajinasi;
- Meningkatkan minat baca dan kemampuan matematika (nah..!)
- Melatih emosi dan empati;
- Membantu anak memahami masalah di sekitarnya.
Sedangkan tips untuk mendongeng yang baik di antaranya:
- Pastikan kita tahu alur cerita dan pesan moral yang mau disampaikan;
- Pilih cerita yang disenangi anak;
- Awali cerita dengan kalimat, "pada suatu hari" atau "alkisah";
- Ajak anak berinteraksi;
- Gunakan background/ lokasi/tempat yang disenangi atau dikenalnya dengan baik;
- Bercerita dengan ekpresi dan gerak tubuh yang menarik;
- Kalau tokoh ceritanya lebih dari satu, gunakan suara yang berbeda untuk masing-masing tokoh tersebut;
- Alur ceritanya jangan terlalu singkat tapi juga jangan terlalu panjang dan bertele-tele;
- Minta feedback dari anak atas cerita tersebut.
Secara pribadi saya merasakan banyak manfaat dari mendongeng sebelum anak saya tidur. Yang paling terasa adalah hubungan saya dengan anak-anak menjadi lebih dekat. Saya tidak keberatan setiap malam dia minta ditemani tidur dan bilang, "Papa cerita ya!"
Anak saya juga terlihat lebih banyak perubahan dalam hal perkembangan interaksi dan imajinasi. Dia sudah bisa mengarang sendiri berbagai cerita versinya sendiri. Dan tidak jarang saya melihat dia bercerita dan mengkhayal sendiri sambil bernyanyi. Saya yakin dari sisi tersebut dia banyak berkembang. Empatinya juga semakin baik. Dia banyak bertanya dan kritis tentang banyak hal yang dilihatnya terjadi di sekitarnya atau yang ditonton di televisi.
Namun saya tidak malu mengakui kalau saya belum banyak melihat perubahan anak saya tersebut dalam hal karakter (keras kepala). Meskipun banyak kisah dalam dongeng tersebut saya maksudkan untuk mengingatkannya atas kelakuannya, tampaknya saya harus sabar dan tidak terlalu memaksakan keinginan saya (yang juga keras kepala, haha..)
Dan belakangan ini mungkin dia sudah mulai sadar kalau dirinya lah yang dimaksudkan dalam dongeng tersebut, lantas terkesan malas untuk kelanjutannya. Kemarin siang sebelum bobok saya membawakan sebuah dongeng untuknya. Sadar dengan "strategi" saya, tiba-tiba dia bangkit dari kasur dan bilang, "Adek udah nggak ngantuk lagi!" lalu pergi keluar kamar.Â
Tampaknya saya harus lebih banyak belajar mendongeng lagi...[!]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H