Mohon tunggu...
samuel purba
samuel purba Mohon Tunggu... Administrasi - PNS, pemerhati sosial

Penikmat alam bebas dan bebek bakar; suka memperhatikan dan sekali-sekali nyeletuk masalah pendidikan, budaya, dan kemasyarakatan; tidak suka kekerasan dalam bentuk apa pun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengunyah Buku, Sehatkan Pikiran

23 Juni 2016   13:18 Diperbarui: 23 Juni 2016   19:16 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya untuk mengurangi rasa bersalah, saya memisahkan buku-buku yang belum sempat saya baca dan mulai membacanya. Semakin merasa menyesal karena memang buku-buku tersebut adalah buku-buku berkualitas sangat baik. 

Kenapa selama ini saya membiarkannya saja? Seandainya saya sudah baca dan review di tahun-tahun lalu tentu saja ada banyak ilmu dan pengetahuan yang bisa saya aplikasikan dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari.

Begitulah, lantas saya teringat pengalaman di masa lalu ketika diajarkan cara membaca buku secara cepat. Mungkin hal itu yang membuat saya dulu begitu berpacu menyelesaikan sebuah buku. 

Namun sekarang ini ketika saya sedang membaca buku-buku berkualitas, membaca cepat-cepat bukan sebuah opsi yang baik. Bacalah buku pelan-pelan, seraplah setiap kata demi kata dan refleksikan dalam kehidupan sehari-hari kita.

Dan alangkah baiknya kalau kita mau menulis resensinya bahkan mensitesis beberapa buku dari sudut pandang kita menjadi sebuah tulisan. Karena saya yakin ilmunya akan semakin lengket ketika isi buku tersebut berdialektika dengan isi pikiran kita, dibandingkan sekedar membaca banyak buku secara cepat. Seperti cara makan yang baik, buku mesti dikunyah pelan-pelan sampai lumer, dinikmati setiap sensasi rasanya,baru kemudian ditelan.

Dan last but not the least (meski saya sendiri gak ngerti kemana arah tulisan ini), saya percaya bahwa sama seperti tubuh yang perlu makanan, maka otak dan pikiran kita butuh buku. Sama seperti tubuh yang akan lemas dan sakit tanpa makanan bergizi, otak dan pikiran pun dapat sakit tanpa buku-buku yang ‘bergizi’.

Bagi yang percaya keterkaitan antara kesehatan pikiran dengan tubuh, maka kurang membaca buku dapat menyebabkan tubuh juga sakit. Karena saya juga mengamati diri saya pribadi dan orang-orang yang rajin mambaca, menganalisis, dan menulis, banyak di antara mereka yang cenderung jarang sakit dan panjang umur. 

Oleh karena di zaman yang serba sibuk dan edan ini, alasan saya tetap membaca buku adalah untuk menjaga akal dan nurani tetap sehat dan kuat[.]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun