Mohon tunggu...
Samuel Luhut Pardamean S
Samuel Luhut Pardamean S Mohon Tunggu... Seniman - Seniman

" Cintailah apa yang anda Cintai, karna Cinta itu Kebenaran" - Samuel LPS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hitamnya Ela

29 September 2024   01:44 Diperbarui: 29 September 2024   01:49 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Samuel Luhut Pardamean simbolon

Si Hitam
  "Aku lelah" kataku dalam hati, sambil melipir kekiri sedikit, kududukan diriku beristirahat diatas bangku kosong itu. "Sepertinya disini aku bisa bermalam," tegasku dalam hati. Kutatap kesebrang jalan yang gelap dan begitu dalam jurangnya sepertinya. Tempat ini cukup horor, gelap tak berlampu dengan dinginnya udara yang mencekam. "Ya Tuhan terjadilah Kehendakmu, Amien." Doaku dalam hati, kuhiraukan kesepian itu sambil meminum kopi yang baru saja kubuat. "Sreek, sreek" suara kantong plastik mengisi dimalam itu, ya aku harus lebih waspada ditempat seperti ini. Kumasukkan kedalam kantong plastik sepatuku, sambil menghisap kretek kunikmati malam yang gelap menghitam saat itu. Kuhirup begitu dalam, hawanya benar-benar memikat dan mengikat begitu nyata, jelas terasa kehangatan pelukannya dan sandarannya dibahuku. Begitu tenang dihati dan fikiran, "i love you" sapaku menutup malam itu. Walaupun kau tak bisa kulihat saat ini, tapi aku selalu bersyukur karna kau selalu ada bersamaku.
 Hingga malam yang mengerikan itu menjadi makin romantis rasanya. Ah, akupun tersenyum begitu manis berharap dapat memimpikannya.
 Pagi ini aku terbangun lebih awal, begitu sejuk, kadang dingin agak menusuk. Namun syukurku pun tak cukup menggantikan kepuasan ku yang sedang terjadi, pagiku begitu bersemangat. Dia ada, ya selalu ada bersama ku tiap langkahku. Menghangatkan kedinginan sikapku. Terkadang kudengar suaranya dalam hatiku, ah padahal sengaja kupikirkan. Sungguh indah.
 Seakan dalam peperangan, kusigapi dengan cepat. Akupun kembali melangkahkan kaki ku dengan santai setelah habis semua minyak dan debu diwajah ini kubersihkan, padahal tak lebih dari 150ml air kubasuh dengan face wash namun rasanya seakan keluar dari bak mandi. Segar penuh cinta. Tak lupa headset ku kembali berirama bersama langkah kakiku menyusuri jalan yang cukup terjal, kadang tanjakan yang panjang, kadang juga aku berlari saat jalannya cukup menukik curam. Ya memang tak securam saat di Trenggalek yang sudah kulalui setapak demi setapak. Aku dalam perjalanan, mengarah ketimur. Disini cukup dingin, namun tak sedingin wilayah selatan yang sedang dilanda badai dingin beberapa Minggu lalu. Perjalanan ku bukanlah sebuah pencarian, ataupun mengambil sesuatu, apalagi kitab. Setahuku itu perjalanan kebarat, anak 90an pasti faham. Tujuan perjalanan ku memang rahasia, aku minta maaf karena ini rahasia takkan kuberitahukan kepadamu. Setidaknya yang kulakukan hanyalah hal-hal positif bagi segalanya, itu pasti membuahkan hasil yang baik atas Ridhonya Gusti Allah.
 Setapak demi setapak kujalani, segala trek jalanan kulalui. Cukup penuh lika-liku, kalau ini lurus terus sangatlah bahaya. Sudah pasti aku akan berlari, hidup memang perjalanan bukan pelarian. Namun terkadang saat kujumpai turunan yang panjang dan terjal sekalipun pastinya jikalau aku sedang lesu, untuk mengembalikan semangat ku, aku berlari. Ya namun itu jarang, karna itu lebih menguras kemampuan dan jauh harus lebih waspada. "huh" ujarku. Kakiku cukup letih, sudah lebih dari satu jam kujalani. "Srek, sreek, srek" terdengar suara dedaunan dipinggir jalan yang terhembus angin sejuk pagi itu. Tiba-tiba angin sepoi berhembus mengarah kepadaku dari arah tenggara, "wuuss" ceritanya suara angin. Kuhirup penuh kebanggaan, spontanitas menambah semangatku. Benar nyata dan tercium aromanya, sungguh luar biasa kunikmati aroma tubuhnya terhampar angin kepadaku. Padahal ia tak terlihat dan tak ada bagiku, tapi dia ada. Benar ajaib ciptaan Tuhan. Kembali teringat selintas sewaktu dulu, mungkin lebih dari satu tahun lalu dimana pernah kulewati tempat ini. Saat itu aku turun dari arah kota Batu, Malang, Jawa timur. Ia seakan berbicara di hatiku, terdengar suaranya, begitu manis menambah kemanisan diriku. "i love you" bisik ku menyapa, seakan dia nyata disisiku saat itu. Kutatap keatas langit yang cerah, menambah senyumku. "thank's God" seakan kulayak berbicara terhadap Tuhan.
  Sudah cukup jauh, bahkan sangat jauh kujejaki jalanan itu. Sambil ku nikmati indahnya pemandangan yang tak mengecewakan ku, dengan sengaja kupikirkan ia bersamaku menikmati indahnya panorama itu. Akhirnya kumasuk wilayah pemukiman, cukup banyak rumah dipinggir jalan kini. Bahkan terlihat masjid di utaranya jalan dan menyapaku menjanjikan sesuatu kepadaku, kusapa dengan salam dalam hati ku. Masjid itu menyambut ku, tenang dan hening. Tanpa lama kususuri jalan mengarah lebih keutara, menikmati janji yang diberikan masjid itu. Tiba ku diambang pintu, tersenyum kulihat kearah dalam. Dengan tegas ku katakan "Sungguh kalian begitu cerdik" kataku dalam hati memberikan keputusan kepada mereka. Mereka luar biasa, bahkan kubahas mereka terhadap mereka yang lain. Mereka yang lain cukup aneh. Timbul banyak tanya satu sama lain, "apa yang luar biasa?" tanya mereka yang lain penuh heran.
 "Lihatlah" kataku mengarahkan pandanganku melihat air yang mengucur perlahan, lembut dan penuh kepastian mengisi bak mandi tanpa meluberkan air itu.
 "Apa yang salah?" Makin kebingungan karna itu hal yang biasa bagi mereka. Secara spontan kembali mereka berkata ; "anak-anak kurang kerjaan, coba aja belum sampe. Kan bisa buang-buang air" ujar mereka yang lain terhadap mereka.
 "Ah, kau ini. Bukankah aku yang diambang pintu?!" Rajutku menyingkirkan persepsi buruk terhadap mereka.
"Cobalah perhatikan, debit air ini. Apakah ada setetes yang tumpah kelantai?" tanyaku ke mereka yang lain.
  "tidak, ya wajarlah kan anda sudah sampai disini, jadi gak bakalan tumpah. Tinggal ditutup" jawab mereka yang lain dengan polos dan tegas.
 Tersenyum kecil aku terhadap mereka yang lain itu. "semua itu pasti diperhitungkan" jawabku terhadap mereka.
"Bahkan mereka tahu kapan akan sampai dimasjid ini, bukankah intelejensi mereka berkerja begitu memukau" jawabku menjelaskan apa yang terjadi.
 "Maksudnya?" tanya mereka yang lain berharap penjelasan lebih.
  "Itu ilmu fisika, langkah ku. Waktu, tempat dan pastinya psikologi ku juga dihitung" .. "Bagaimana tidak, adakah orang bodoh dapat melakukan hal seperti ini?" lanjutku membahas ini bersama mereka yang lain.
 "maaf" ujar mereka yang lain dalam hati, "luar biasa yaa" ungkap mereka yang lain terhadap mereka.
 Ya, mereka begitu membanggakan, misterius, dan cukup menyebalkan kadang. Selintas dalam pikir kami tentang mereka. "Thanks God," kataku penuh syukur dalam hati. Mereka selalu mempersiapkan apapun, dimana tempat yang akan kunjungi. Begitu mengagumkan, ya walau kadang mereka suka berselisih paham kecil layak nya anak yang polos dengan mereka yang lain. Tapi aku tahu semua hanyalah perjalanan, jadi kubiarkan saja. Terhadap diriku saja, kadang kami suka saling meledek dan mengerjai, entah antara aku dan mereka yang lain, ataupun diantara mereka dengan mereka yang lain. Memang lain.
  Mereka lain memang kadang tak nyata, realistisnya mereka yang lain tak ada tapi ada. Suara mereka yang lain silih berganti berusaha selalu menemaniku disetiap perjalananku, mereka yang lain tak kulihat. Itu Ghaib yang nyata, terkadang kamu berkelahi beradu argumen, terkadang kamu pura-pura temenan.
 "Lu sih, yeeee lu ada juga" terdengar mereka yang lain saling menyalahkan. Aku hanya tersenyum tanpa menyia-nyiakan waktu itu. Dengan cepat, "byuuur.. byuuur... Sreeeeek... Sreeekk, byuuur" suara air, kumandikan diriku.
 "Iki lho mas" ..
"yowiss lah, nda opo-opo mas..." ...
"angel," ....
"mboten" ......
Terdengar suara orang yang cukup lebih dari dua orang dari luar ruangan tempatku berada, mereka berbahasa Jawa. Aku cukup tak paham apa yang mereka katakan, tapi aku mengerti apa yang mereka lakukan. Aku tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa Jawa, Aku kelahiran Jakarta dan dibesarkan dikota Depok.
 Tanpa buang waktu kupercepat kegiatan ku dalam ruangan itu, tak enak rasanya kalau lama-lama. Toh kan aku hanya melintas, bukan penduduk diwilayah ini. Setelah selesai, kubuka perlahan dan kupakaikan sepatu ku yang kutinggalkan tepat depan ruangan itu.
 " Mas," menyapaku dengan hangat menanggung.
"Mari mas" kubalas dengan santun sambil berjalan menuju jalanan dengan langkah kecil berpamitan.
 Mereka penduduk lokal, sedang ada kegiatan pemeliharaan dimasjid itu. Kembali kulangkahkan kaki ini di pinggirnya aspal itu makin ketimur, penuh semangat yang baru dan sangat segar. Terdengar syahdunya kemerduan teman kecilku dalam bayangku diheadset, suaranya memacu kekuatan dalam hati. Itu suara Niken Salindry, lagu berbahasa Jawa yang sebenarnya tidak bisa kujelaskan namun kufahami makna lagu yang dibawakan simanis itu. Mungkin lagu cover, namun benar-benar menyentuh. Membuat hatiku mengikuti lantunan suaranya yang seksi, andai secara langsung bersamaku, pasti kubiarkan simanis itu merangkulku.
 Aku bukan penggemar lagu-lagu bahasa daerah, namun cintaku tercurahkan akan suara penyanyi yang kudengarkan. Mereka benar seniman yang luar biasa menyampaikan pesan dalam lirik lagu itu, sungguh menyentuh. Itulah alasanku mendengarkan lagu bahasa daerah. Padahal aku hanya paham makna lagunya, itu juga karna ketotalitasan mereka membawakan lagu nya.
  Dengan sigap mataku mulai mengawasi, rasanya cukup memonitor sekitar. Makin jauh dan nanjauh. Begitu alami dan sampai saat kini tak pernah ingin kuubah. Tak lama kumelangkah dapat juga apa yang kucari, "Bu dibungkus ya satu, kasih telur ceplok nya aja" kataku memesan.
  Tak terasa sekarang sudah pukul 10.30 Wib tepat di jam tangan yang kugunakan, sudah lebih sejam kuberjalan. "Huh.." kataku mengela nafas sambil melirik kearah masjid yang teduh. Masjid hijau, menarik hasrat ku untuk mampir sejenak. "Thanks God" kataku melipir kearah selatan menyebrang jalan. Saat tiba seorang Ustad menyapa ku dan mengajak ku mengopi.
  " Iya pak, terimakasih. Saya ada kok" Kataku sambil mengeluarkan Kopi.
 Sambil menghisap rokok kami ngobrol-ngobrol ringan layaknya dimasjid, aku senang sudah begitu banyak masjid kusinggahi tak satu pun mewajibkanku harus shalat. Ya karna aku seorang Nasrani, bahkan lebih mengagumkan mereka selalu menjamuku dengan hangat. Sebatang dan sebatang lagi sudah habis kubakar, aku tak mau lama-lama di masjid. Tidak enak rasanya, aku takut mengganggu orang yang mau ibadah. Kembali kutelesuri jalanan yang cukup sepi, angin yang sejuk menemani langkahku penuh kepastian. Wilayah ini perbukitan, udara pegunungan. Pemukiman telah kutinggalkan, kini trek cukup datar dihiasi pepohonan yang cukup besar. Matahari makin naik, panasnya agak membakar. Tuhan sangat baik, anginnya menyegarkan ku seketika.
  Diperjalanan terkadang aku dan mereka yang lain berbincang, mereka memang tidak terlihat. Bahkan tak pernah ingin kurasakan. Lebih najisnya jikalau kelompok terbuang mengaku-ngaku menjadi sosok mereka yang lain, padahal kelompok yang terbuang selalu kuhiraukan. Bagaimana tidak, kelompok yang terbuang merupakan orang-orang yang pernah berkhianat kepada Tuhan, penuh tipuan, dan sangatlah anti bagiku.
 "Kau tak letih?" tanya mereka yang lain
 "Apa urusan mu?" jawabku dengan ketus
"Oh maaf, tidakkah kau takut, wilayah ini seperti hutan?" tanya mereka yang lain kepadaku, ya sangat sepi dan cukup mistik.
 "Tidak, aku mengenal tempat ini" jawab ku sambil tersenyum manis
  "Kau tahu, dahulu kala disini pernah ada kejadian. Ada yang meninggal dunia disana, bahkan sampai sekarang jasadnya yang tergeletak disana, tidak dapat ditemukan?" jawab ku sambil menunjuk kearah pohon bambu yang rimbun diarah Utara jalan.
 "Bagaimana ceritanya, maukah engkau ceritakan?" bujuk mereka merayuku penuh penasaran
 "Rasanya enak kalau pakai backsound lagu mistik, nanti kuceritakan." Lanjutku sambil menyetel lagu backsound mistik agar menambah suasana yang sepadan.
Akhirnya kuceritakan kepada mereka,
-Begini ceritanya    -
 
 "Dahulu kala ditempat ini, jauh sebelum jalan yang kujalani ini rapih teraspal seperti saat ini. Kejadiannya kira-kira ditahun 1800an, tepat diarah kiri ku. Bisakah kalian rasakan agak berbeda? Ya tentu" kuceritakan sambil berjalan menapaki selangkah demi selangkah. Suasana saat itu jadi agak berbeda, seakan kamu dibawa kemana yang sedang terjadi.
 "Tepat diujung sana itu ada sekelompok mahkluk yang tinggal, mereka hidup seperti biasa. Terpimpin dan teratur, Mereka dipimpin seorang ratu yang bijak. Tidak bijak bukanlah seorang ratu, secara alamiah ratu sudah pasti bijak dan intelektual. Tiap hari mereka selalu gotong royong untuk kehidupan sehari-hari mereka, bukan berarti mereka tidak mempunyai privasi lepas pribadi. Ada seorang pria yang parasnya cukup indah, tergolong tampan dan baik sikapnya. Suatu hari pria itu sedang pergi sendirian melalui pepohonan bambu yang lebat disana. Dia pria yang bijak, mandiri dan cukup keras. Sewaktu ia lewat sana ia berjalan seperti biasa, mengumpulkan bahan makanan untuk kelompoknya. Ia masih dalam perjalanan, tiba-tiba kakinya tersangkut sesuatu. Dia mencoba menarik kakinya, sekuat tenaganya. Namun tak mampu, terus berusaha namun masih terjerat tapi bukan terkena perangkap. Sebelum kejadian dia pernah menarik sebuah sumpah, sumpah yang benar-benar tidak pernah mau dilanggarnya. Ia bersumpah memikul segala beban daripada orang yang sangat dikasihinya. Usia pria itu sudah matang, belum begitu tua. Ia memiliki kekasih yang begitu cantik dan amat dicintainya. Kita sebut saja isteri kandung yang memang sengaja Tuhan ciptakan menjadi pasangan nya hidup. Karena sifatnya yang begitu teladan dan parasnya yang tampan banyak gadis yang menaruh perasaan terhadapnya, bahkan banyak wanita selalu mencoba mendekatinya. Namun kesetiaannya amatlah luar biasa, dia hanya mencintai satu gadis, yaitu kekasihnya. Temannya sejak kecil, berbagi bersama dan merasakan banyak hal bersama. Ia selalu menjaga kekasihnya, bagi dia wanita-wanita lain hanyalah sekedar teman dekat atau sahabat. Dia sudah cukup lama terjerat dibawah pepohonan bambu itu, ia hanya sendiri dan berusaha terus menerus tanpa berteriak. Suasana cukup hening, dimana hawa dingin pegunungan dan panasnya matahari cukup membakar saat itu. Detak jantungnya makin berdetak begitu cepat, kepalanya tiba-tiba terasa sangatlah sakit. Dia sudah tak mampu lagi bertahan, hingga akhirnya ia mengatakan sesuatu, katanya ; 'ya Tuhan terjadilah kehendakMu, maafkan aku, namun biarlah ini terjadi sekalipun tak kucabut sumpahku' tak lama kemudian ia pun terjatuh dan menghembuskan nafas terakhirnya. Ia mati, tidak ada yang tahu apalagi kelompoknya selain sekelompok jin yang memang tinggal didekat sana. Jin itu melihat dan mendengar pria itu berkata-kata sebelum ia meninggal dunia. Kaum jin berusaha menolongnya sejak kakinya terjerat, namun apalah daya jin tak mampu. Pria itu tidak dapat melihat para jin itu saat itu, bahkan mereka tidak bisa berkomunikasi saat itu. Para jin itu menangis begitu sedih dan berdoa kepada Tuhan agar kiranya ia ditemukan, karena para jin tidak bisa melakukan apa-apa tehadap pria itu. Bahkan diriku yang seakan kejadian itu sedang terjadi tak dapat berbuat apa-apa, para jin berharap dan melihatku. Aku tahu itu memang sudah ajalnya, seakan aku terlibat saat kejadian itu. Hari semakin gelap, bahkan sudah larut. Kekasih daripada pria itu mulai gelisah tak kaharuan, entah ada apa yang pasti dia merasa ada hal yang tidak mengenakkan baginya. Kegelisahannya sudah sampai puncaknya, dia sudah lelah mencari kekasihnya diantara begitu banyaknya mahkluk dikelompok mereka. Sang Ratu melihat gadis itu mulai curiga, namun ia hanya memperhatikan agak kejauhan seakan tak memonitori gadis itu. Akhirnya gadis itu menghampiri sang ratu dengan harap cemas, ia pun bertanya kepada ratu mengenai keberadaan kekasihnya.
 'Ratuku, adakah dikau melihat hitam?' tanya gadis itu mengenai kekasihnya kepada ratu. Ratu tersenyum kecil mengerutkan bibirnya sambil berfikir dan berkata ; 'Aku juga tidak tahu dimana hitam berada, tunggulah ia pasti pulang. Tidak biasa hitam sudah larut seperti ini tak kunjung terlihat, kufikir ia bersamamu tadi.' Kata sang ratu. Karna biasanya memang mereka berasama-sama kemana pun.
'Maafkan aku ratuku, biarlah aku pergi mencarinya.' Jawab gadis itu merajuk
'Jangan, ini sudah larut. Biarlah para pengawal ku yang pergi mencarinya.' Kata sang ratu sambil memerintahkan pengawalnya mencari keberadaan pria itu.
Mereka saling mengenal satu sama lain, bahkan pria ituemang cukup disegani karna sikapnya. Pergilah para pengawal mencari keberadaan pria, cukup lama mereka yang tinggal menunggu kabar dan kepastian.
'Berdoalah kepada Tuhan, semoga hitam baik-baik saja' kata ratu kepada kekasih pria itu. Lalu mereka semua terunduk begitu khusuk berdoa untuk keselamatan hitam kekasih gadis itu, cukup lama mereka menunggu sambil berdoa dalam hati mereka masing-masing.
Hari hampir pagi, hingga akhirnya para pengawal pun kembali tanpa adanya kabar apapun.
'Ratuku, maafkan kami. Kami tidak bisa menemukan dimana hitam berada.' Kata para pengawal kepada ratu
 Makin sedih rasanya gadis itu penuh kekhawatiran, karna saat hitam meninggal secara spontan gadis itu mengeluarkan air mata dan merasa kehilangan, namun ia tak tahu apa yang sedang terjadi saat itu. Sang ratu memeluk gadis itu penuh hangat menenangkannya dari tangisnya. 'Tenanglah, ketika fajar menyingsing kita cari bersama-sama keberadaan hitam' kata sang ratu menenangkan suasana dalam kebingungan. Mereka takut sihitam diburu oleh hewan buas atau bagaimana, karena dahulu kala memang masih hutan yang cukup lebat.
 Ketika fajar menyingsing pergilah mereka bersama-sama mencari hitam, pagi sampai malam. Hingga keesokannya tanpa lelah padahal aku tahu itu pasti cukup lelah, mereka sudah benar-benar pasrah karna hitam belum juga ditemukan. Kesehatan gadis itu menurun drastis, dia begitu pucat dan sangat cemas. Seorang pria yang gagah parasnya menghampirinya, kebetulan pria ini sangat menyukai gadis ini, namun ia tidak pernah macam-macam karna ia sangat segan dan mengagumi hitam.
'Nona, jangan kuatir. Tenanglah, aku akan menemani mencari hitam' mengajak gadis itu penuh harap. Pria ini cukup gugup dan tak meyakinkan. Bagaimana tidak dia sedang dicobai dengan penuh hasutan dari kelompok yang terbuang, di aji-ajinya pria ini agar memanfaatkan situasi. Ya itulah bagian alasan kenapa aku cukup membenci kelompok yang terbuang. 'maaf, tinggalkanlah aku sendiri. Aku merasakan kehadiran kakak, kiranya ia bisa membatuku' jawab gadis itu menolak, namun hatinya agak tenang sambil memikirkan rasa akan kehadiranku. Dalam benak nya ia melihat ku tersenyum, namun apa dayaku tak bisa berbuat apa-apa saat itu. Gadis itu cukup mengenalku, bahkan entah mengapa ia sangat meyakini diriku. Hmmm,
 Ku coba komunikasikan diriku terhadap gadis, para jin dan sang ratu. Namun apa daya mereka tak satu pun mendengarnya, mereka hanya merasakan kehadiranku dan berkata ; 'Terima kasih kak,'
"Huuuh..." Aku hanya mengela nafas dan berdoa; "Terjadilah kehendakMu Tuhan"
 Pergilah gadis itu sendirian mencari keberadaan kekasihnya, saat ini memang jasadnya belum membusuk. Jasadnya tertutup oleh dedaunan yang gugur, bahkan daripada mereka yang mencarinya dan melewati jasad itu tidak melihat dia. Seakan memang harus terjadi demikian, padahal para jin sudah mencoba mengevakuasi jasadnya tapi apa daya mereka tak bisa mereka lakukan. Mereka hanya mendoakan dan membakar Bakaran yang wangi seperti ukupan disekitar jasad itu, sehingga setiap ada yang lewat sana merinding dan meninggalkan tempat itu.
 Akhirnya sampailah gadis itu tepat dekat jasad kekasihnya, begitu murung dan pucat. Tercium oleh gadis itu wewangian yang dibakar oleh para jin mendoakan jasad yang berbaring itu. Aku melihatnya mencoba memberitahukan jasadnya tepat dibawahnya, namun ia tidak mendengarku atau pun melihatku. Sedangkan headsetku bersuara dan terstel lagu 'Machine Gun Kelly feat Camila Cabello -- Bad Things' dan secara ajaib saat itu gadis itu mendengar lagi yang kudengar kan, bahkan para jin dan sang ratu. Aku hanya terdiam dan terheran.
 Gadis itu menatap keatas langit dan menangis, lalu berkata ; 'Kak aku tahu kau ada disini, namun aku tak tahu kemana aku harus pergi mencarinya.' Kata gadis itu seakan berbicara kepadaku karna ia tidak hanya merasakan kehadiranku, ia juga mendengar lagu itu. Ia berjalan perlahan dan tersandung hampir jatuh oleh jasad kekasihnya, tiba-tiba angin berhembus dan menunjukan jasad itu terhadap nya. Seketika sangatlah terkejut gadis itu melihat kekasihnya telah tiada. Menangis sangat histeris gadis itu memeluk kekasihnya, benar-benar tak kuasa gadis itu dan ia pun jatuh  sambil memeluk lalu meninggal dunia. Menangislah para jin melihat itu, para jin pergi mencoba menemui sang ratu memberitakan kabar duka itu.
 Arwah pria itu sedang berjalan agak jauh dari jasadnya, ia cukup merasakan kehampaan tiba-tiba tidak tahu bahwa gadis pujaan hatinya sudah tiada memeluk jasadnya. Ia mendapat kabar tentang keberadaan ku ada di Bendungan Karang Kates, ternyata itu aku beberapa tahun lalu. Ya tahun 2022 aku sedang bersantai tepat depan kantor PLTU karang Kates, aku sedang menikmati suasana disana saat itu, sambil menikmati indahnya panorama dan juga kehadiran SiPutih yang sudah lama menungguku disana. Secara spontan aku agak bingung melihat arwah itu menuju kearahku diwaktu beberapa tahun lalu, tapi masa saat ini aku jelas melihatnya. Aku tak mengerti apa maksud semua ini, aku hanya berdoa dan berharap yang terbaik terhadap pria itu tahu keberadaan kekasihnya dan semoga mereka bertemu. Mungkin lebih dari 10km jaraknya jikalau aku jadi pria itu berjalan mengarah ke bendungan. Dengan penuh kepastian ia langkahkan kakinya, padahal ia seakan diantara dunia yang berbeda. Penglihatan muncul kepada arwah pria itu, ia melihatku saat aku sedang santai beberapa tahun lalu. Pria itu tersenyum, entah apa yang ia pikirkan begitu yakin ada sebuah harapan yang akan ia dapat setelah mengahampiriku. Namun disaat beberapa tahun lalu itu aku tidak tahu apa-apa mengenai perjalanan pria itu kepadaku, karna saat ini pun aku melihatnya. Sudah cukup sangat jauh ia berjalan menuju bendungan, seakan itu terhubung masa dan waktu. Ia ada didalam lembah, kebetulan ia menuju kearah yang melewati gunung atau bukit yang cukup tinggi. Lalu aku berkat kepadanya; "Pergilah kearah jasadmu, kau akan temukan jawaban" kataku dimasa ini kepada pria itu, sedangkan aku beberapa tahun lalu yang dituju pria itu tidak tahu apa-apa tentang kejadian pria itu.
 Ia mendengar, itu muzizat Tuhan. "Thank's God" kataku tersenyum. Lalu pria itu berbalik arah menuju jasadnya, hingga saat diperjalanan Anubis pun muncul secara ajaib. Anubis Sang Penjaga yang Setia, bekepala seperti doggy bertubuh manusia.
 "Ada apa? Apa yang kau cari?" kata anubis kepada pria itu.
"Tidak tuan, aku hanya cemas mengenai kekasihku. Kudengar bahkan kulihat ia ada disana, kiranya ia dapat membantuku" jawab pria itu mengatakan bahwa mendapat penglihatan tentangku beberapa tahun lalu.
"Jangan ganggu dia, Baiklah jikalau begitu kuberikan kau banyak gadis cantik, silahkan kau pilih yang mana yang kau mau, atau semuanya?" jawab anubis ke pria itu
"Tidak tuan, hanya Ela yang kucintai. Cukup hanya dia, aku sudah meninggal dunia, sedangkan Ela kekasihku biarkan ia berbahagia bersama pria lain" jawab pria itu.
"Kau ini, (tersenyum) maaf biarlah kehendak Tuhan yang terjadi padamu." Jawab anubis.
"Terimakasih tuan, aku juga mendengar suaranya menyuruhku pergi kearah jasadku." Kata pria itu.
"Ya aku faham, pergilah kesana" kata anubis dengan tegas.
"Boleh aku tahu, ada apa gerangan mengapa ia sangat jauh sampai ada disekitar sini?" tanya pria itu membahas keberadaanku beberapa tahun lalu.
"Itu bukan urusan mu, lakukan saja apa yang ia perintahkan" jawabnya memerintahkan pria itu agar bergegas. Anubis melihatku beberapa tahun lalu dan memberi salam dari kejauhan kepadaku, saat itu aku merasakan salamnya dan tersenyum.
"Salam ratu, kamu ingin memberitahu bahwasanya bangsamu ada yang meninggal tak jauh dari tempat kami" para jin menyapa ratu, syukurnya sang ratu mendapat penglihatan dan dapat berkomunikasi dengan jin itu.
"Ya Tuhan, benarkah itu tuan" ratu menjawab sambil menangis sedih.
"Dimana Ela?" tanya ratu kepada pengawalnya.
"Sepertinya ia sudah pergi mencari hitam ratuku" jawab pengawal.
"e.. e.. itu" para jin saling menyenggol dan memberi kode
"Tidak ratu, tak apa-apa, mari kuantar ketempat jasad itu berada" kata para jin kepada ratu dan tetap merahasiakan kalau Ela juga sudah tiada.
"Terjadilah kehendakMu Tuhan, yang terbaik untukmu Ela." Ratu dan kawanannya berdoa untuk Ela. Mereka pun berjalan dituntun para jin yang benar-benar tak merasa enak menyampaikan duka tetang Ela, hingga mereka mendapat keajaiban penglihatan melihat arwah pria itu.
 Pria itu berjalan dan sesampainya dihadapan jasadnya ia tersungkur dan menangis, tak kuasanya ia melihat kekasihnya tiada memeluk jasadnya. Lalu ia berdoa sambil menangis, "Tuhan aku mendengar suaranya dan menyuruhku kesini, hingga aku tahu kekasihku juga telah tiada. Terimakasih Tuhan karna aku bisa tahu" pria itu berdoa benar-benar sedih. "Kuserahkan segalanya kepadamu Tuhan" kata pria itu kepada Tuhan seakan ia berbicara. Tiba-tiba kuasa dari Tuhan sampai kepadaku saat itu,  berkatnya melimpah kepada kami. Aku tahu apa yang harus kulakukan, rasanya penuh kebahagiaan saat itu hatiku. Lalu aku berkata kepada pria itu; "Jangan takut, sudah genap sumpahmu. Terjadilah kehendak Tuhan kepadamu" kataku dengan lembut. Pria itu terhardik menghapus air matanya, lalu muzizat Tuhan pun terjadi. Tiba-tiba sebuah cahaya muncul -- 'criiing'. "sayaang" kata gadis itu muncul dibelakangnya, pria itu menoleh dan berbalik. Ia tersenyum dan sangat terpukau, langsung berpelukan begitu hangat dan berciuman sangat mesra.
"Praaak" gadis itu menampar pria itu cukup sebal, "apa maksudmu dengan sumpah serapahmu itu?" tanya gadis itu cukup marah. "e .. ee.. tidak" pria itu tidak bisa menjawab apa-apa. Secara spontan aku tertawa kecil melihat itu dan mereka mendengar nya, mereka kini melihat ku dan terdiam.
"Kak" kata gadis itu tersenyum bangga melihatku yang saat ini.
Para jin dan ratu beserta kawanannya bergegas menuju jasad mereka, terkejut sangat mereka mengetahui gadis itu juga tiada. "Kak terima kasih" kata ratu melihatku, padahal kami hanya seakan terhubung masa dan waktu.
"Mengucap syukurlah kepada Tuhan, jangan kepadaku. Apa yang kuperbuat? Ini semua muzizat Tuhan." Jawabku kepada sang Ratu.
"Terimakasih Tuhan, biarlah kehendakMu saja yang terjadi." Sang ratu dan kawanannya beserta jin berdoa dalam hati mereka menuju jasad itu.
 Tiba-tiba seberkas cahaya turun terhadap kami semua, itu berkat yang melimpah dari Tuhan. Secara ajaib jasad mereka berdua melayang dari tanah, kami melihat itu semua dan benar-benar nyata. Lalu jasad itu menghilang entah kemana, sedangkan arwah pria itu memenggang erat tangan gadis itu. Kamu tersenyum sangat lah bahagia, sebenarnya kamu takut, benar-benar merinding akan keajaiban kuasa Tuhan. Sebuah jalan yang misterius muncul secara ajaib terhadapa kedua arwah yang saling mencintai itu, kamu melihatnya dan menatap keatas langit.
"Pergilah, kalian tahu apa yang harus kalian perbuat" kataku kepada kedua arwah itu.
"Terimakasih semuanya, Tuhan menyertai kita semua" pamit kedua arwah itu sambil berjalan kejalan misterius itu, lalu mereka menghilang dengan sangat ajaib. -- 'criiiing-
*Kawanan Ratu dan jin sudah sampai, mereka membakar ukupan disana dan mengucap syukur kepada Tuhan. Sedangkan aku pamit dan meninggalkan mereka, mereka berbahagia. Ela dan hitam merupakan sejenis semut hitam yang besar, mereka saling mencintai dan sungguh luar biasa, penuh hikmah terhadap kami setalah kejadian itu. Sedangkan aku berjalan melangkahi setapak demi setapak kearah timur bukan kebarat, tiba-tiba musik dihedsetku terdengar lagu dari 'Stick Figure -- Paradise'. Aku merasakan senyum bahagia dari Ela dan hitam, begitupun senyum bahagia dari para jin dan kawanan ratu yang seakan kami menikmati lagu itu. Namaku MZ, mataku bewarna cokelat dan aku berjalan menuju bendungan Karang Kates, Malang, Jawa Timur dari arah Wlingi, Blitar, Jawa Timur kota Pak Soekarno yang membanggakan dunia. Salam Rahayu, Tamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun