Mohon tunggu...
Samuella Christy
Samuella Christy Mohon Tunggu... Jurnalis - A 18-year-old sleepyhead and an avid noodle lover. I rant, therefore I am.

contact: samuellachristy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tren #WIIWY: Dari FISIP UI 2021 untuk Penyintas

22 Agustus 2021   20:07 Diperbarui: 22 Agustus 2021   22:00 2917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini, hal-hal menggemparkan, selain saya berhasil melewati seminggu tanpa bubble tea, kaki kiri saya yang terlindas Grabwheels oleh seorang pengendara tak bertanggung jawab (yang hanya cengengesan tanpa minta maaf), dan bertemu sosok yang amat mirip (no-hoaks) dengan Cristiano Ronaldo di Indomaret, ada suatu tren yang menggemparkan linimasa tiktok, #wiiwy dari FISIP UI 2O21.

WIIWY merupakan singkatan dari What If It Was You atau yang artinya ‘bagaimana jika itu adalah kamu?’. Konten yang menyertakan hashtag WIIWY di dalamnya kebanyakan menggambarkan situasi ketika seseorang membicarakan orang lain secara negatif lewat media sosial atau bisa disebut cyberbullying. Setelahnya, mereka yang membicarakan keburukan orang lain ini dihantui gambar, stiker, tulisan, atau bahkan panggilan masuk bertuliskan WIIWY.

Melihat konten-konten bertajuk WIIWY  ini sontak mengingatkan saya kepada beberapa kasus yang pernah marak di dunia industri K-pop, seperti kasus bunuh diri Sulli, Jonghyun 'shinee', dan sederet kasus lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu. Tidak usah jauh-jauh ke Korea, di Indonesia sendiri, kasus-kasus yang berkaitan dengan konten yang dibawakan oleh WIIWY ini masih sering terjadi.

Meskipun ramai dan banyak orang bersimpati kepada korban, kasus-kasus tersebut seolah tidak menemukan titik terangnya. Data kasus cyberbullying di Indonesia masih terus meningkat, literasi digital yang semestinya diterapkan sejak dini pun tidak menunjukkan adanya perubahan signifikan.  

Hal inilah yang kemudian menjadi pemantik esensial bagi Elliora Khassyah Adkireina dan keenam Ketua Kompi PSAK FISIP UI 2021 (Adjie Ramadhan Kesumawardana, Azzahra Kesawasidi Utari, Dian Febriyanti, Marsha Valeska, Nafil Trisarjono, dan Stephanie Dinda Iskandar) menginisiasi gerakan bertajuk #WhatIfItWasYou untuk mengajak lebih banyak orang agar tidak melakukan tindak kekerasan di dunia maya.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri

Seperti yang kita tahu, perkembangan teknologi di era digital kini semakin cepat dari hari ke hari. Rasanya sudah tidak ada gap lagi antar sesama pengguna media sosial. Sisi positifnya? Kemudahan mengakses informasi untuk jurnal dan kegiatan belajar-mengajar. Bagaimana kalau yang dampak negatif? Cyberbullying, Kekerasan Gender Berbasis Online (KGBO), berita hoax dan konspirasi, serta banyak lainnya yang berujung tidak adanya ruang aman bermain media sosial.

Menanggapi dampak negatif dari perkembangan digital, PSAK FISIP UI 2021 berharap dengan adanya gerakan #wiiwy ini, masyarakat, khususnya anak muda, bisa menerapkan digital citizenship yang bertanggung jawab dari segi ketikan dan obrolan. Karena dari tindakan kita dalam menggunakan platform media sosial lah yang nantinya bisa merambat ke kekerasan online.

Pertama, dalam contoh kasus Kekerasan Gender Berbasis Online (KGBO), tidak ada yang mengkritisi lelaki untuk adiksi nya dengan kegiatan seks, bagaimana dengan perempuan? Dipegang sedikit langsung nyinyir, “Hiihhh.. Murah!”.

Beralih ke isu selanjutnya, di dalam cyberbullying, selain ada pelaku dan korban, juga ada pengamat (bystander). 

Perundungan atau bullying yang terjadi di ranah online lebih mudah dilakukan daripada aksi perundungan secara langsung. 

Media sosial memberi platform dan amunisi bullying. Pertama, semua bisa jadi bully, tidak perlu ada di tempat yang sama, bahkan tidak perlu mengenal target bullying untuk ikut membully. Kedua, internet memberi anonimitas yang memungkinkan dan bahkan mendorong orang untuk merasa bebas mem-bully tanpa takut konsekuensinya. 

Ketiga, semuanya terjadi secara lebih dekat dan cepat, jadi untuk orang yang di-bully sangat sulit untuk menghindar, terkecuali terpaksa menghilang dari media sosial. 

Yang perlu diingat juga adalah cara seseorang menunjukkan kekuatan yang dimilikinya, yang tak jarang juga sebagai cara untuk menutupi ketidakberdayaannya, baik di dunia nyata maupun maya. Menurut data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dalam kurun waktu 9 tahun (2011-2019), bullying baik di instansi pendidikan maupun sosial media, angkanya mencapai 2.473 laporan dan terus meningkat. (tirto.id)

Yang terakhir, terkait literasi digital. Salah satu upayanya adalah termasuk menerapkan digital citizenship. 

Dengan diterapkannya digital citizenship, anak-anak bahkan remaja sudah mengetahui pentingnya literasi digital yang mencakup aspek-aspek kritis lain seperti kesadaran data (data awareness), kemampuan analisis data, dan kemampuan untuk fokus (deep work) sedari dini. Karena Literasi Digital sebagai kompetensi bukan hanya kemampuan penggunaan teknologi, tapi juga meliputi kemampuan menganalisis, berpikir kritis, sampai dengan kontrol dari penggunaannya yang adiktif.

Sebagai penutup, dari poin-poin yang saya jelaskan di atas, penting bagi masyarakat menyadari betapa krusialnya isu-isu yang dibawakan dalam tren #wiiwy ini. Dari perspektif korban, pengalaman rasa traumatis dan takut bersuara, dan efek domino-nya terhadap para korban lainnya. 

Bagaimana hal itu bisa mempengaruhi kondusivitas ruang aman kita berkelana di media sosial, ketidakjelasan hukum yang seharusnya menjadi payung perlindungan bagi mereka di luar sana, serta konsekuensi besar yang terabaikan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab.

"It took me a long time to speak. Now I have it and I'm not going to stand still because what if it was you?"

Referensi (1)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun