Mohon tunggu...
Samuel Kevin Edison
Samuel Kevin Edison Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Baru

Mahasiswa Baru

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Hubungan Antara Perang Rusia-Ukraina dengan Konsep Antroposen

27 Desember 2024   20:31 Diperbarui: 27 Desember 2024   20:31 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak dapat dipungkiri bahwa Perang Rusia-Ukraina telah menyebabkan suatu permasalahan kemanusiaan yang ekstrem, namun dampaknya bagi lingkungan sering diabaikan. Walaupun meminimalisir korban jiwa tetaplah menjadi prioritas utama, tidak kalah penting juga kewajiban kita untuk melindungi alam bagi generasi masa depan. Penting hukumnya untuk memahami faktor-faktor lingkungan apa saja yang telah terdampak supaya kelak kita dapat melindunginya secara efektif. Dalam Perang Rusia-Ukraina, faktor-faktor tersebut adalah kualitas udara, morfologi tanah dan lanskap, kualitas dan ketersediaan air, dan keanekaragaman hayati.

Kualitas udara telah memburuk pada medan tempur perang ini dikarenakan tingginya penggunaan kendaraan militer berat dan berbagai macam bahan peledak yang digunakan oleh kedua pihak. Kegiatan ini telah melepaskan banyak zat-zat beracun ke dalam atmosfer seperti  Persistent Organic Pollutants (POPs), Bifenil Poliklorinasi, Hidrokarbon Aromatik Polisiklik, berbagai macam Dioksin, Karbon Monoksida, dan bahkan terdapat kabar yang menyebutkan adanya penggunaan Fosfor Putih. Belum lagi banyaknya kehancuran berbagai bangunan, infrastruktur, dan fasilitas industri serta militer telah menyebabkan lebih banyak lagi pelepasan lebih banyak lagi zat-zat polutan. Sejauh ini, terdapat cukup banyak ketidakpastian terkait dampak dari Perang Rusia-Ukraina terhadap emisi gas rumah kaca karena konflik tersebut masih sedang berlangsung (Pereira et al., 2022).

Pada sebuah peperangan darat, dampaknya pada kekayaan unsur tanah baik fisik, kimiawi, maupun biologis menjadi hal yang paling dapat ditinjau. Dampak-dampak berikut kebanyakan berasal dari berbagai bahan peledak yang dapat mengubah bentuk tanah seperti ranjau, bom, granat, dan bombardir artileri serta mortir. Terdapat pula kegiatan militer yang juga dapat mengubah bentuk lanskap seperti penggalian untuk pembangunan terowongan, parit, serta benteng. Kegiatan tersebut dan penggunaan bahan peledak tidak hanya mengubah bentuk tanah secara fisik, namun hal tersebut juga dapat mencampur aduk profil tanah, menghilangkan sedimen, serta mengubah morfologi lanskap secara drastis. Ukraina merupakan rumah bagi salah satu jenis tanah paling subur di dunia: Chernozem. Dan Ukraina memiliki dari Chernozem yang dimiliki Bumi. Sayangnya, dampak dari Perang Rusia-Ukraina masih belum dapat dipahami. Namun menurut perkiraan, dampak konflik ini terhadap memburuknya Chernozem akan menjadi salah satu penyebab krisis ketahanan pangan (Pereira et al., 2022).

Air merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, maka dari itu dalam sebuah krisis kemanusiaan seperti perang, air merupakan salah satu sumber daya yang paling dicari. Akan tetapi, seringkali infrastruktur penyediaan air bersih begitu rentan terhadap kerusakan yang ditimbulkan perang. Kesulitan penyediaan air bersih ini dapat menimbulkan lebih banyak masalah lain, yakni masalah sanitasi yang dapat mengakibatkan kondisi hidup yang tidak higienis yang kelak dapat berakibat pada penyebaran penyakit. Air tanah juga dapat terkena berbagai macam zat polutan yang dapat menyebabkan pencemaran tanah serta pencemaran pada perairan sekitarnya. Rincian dari dampak-dampak Perang Rusia-Ukraina belum dapat dipahami betul. Akan tetapi, telah terdapat bukti dari berbagai kota terpencil seperti Mariupol dan Chernihiv yang mengalami kekurangan air secara dramatis, serta telah memburuknya kondisi sanitasi (Pereira et al., 2022).

Keanekaragaman hayati mungkin saja menjadi faktor yang mengalami konsekuensi paling drastis dalam suatu konflik bersenjata, ini dikarenakan berbagai ancaman yang telah disebutkan sebelumnya juga turut ambil bagian dalam faktor berikut. Konsekuensi ini datang baik dari maraknya deforestasi, kebakaran hutan, meningkatnya kegiatan industri, kematian dan kerusakan margasatwa, maupun pencemaran secara umum. Tidak hanya merusak habitat, hal-hal tersebut juga mengganggu pola migrasi dan musim kawin bagi beberapa hewan. Walaupun dampak Perang Rusia-Ukraina terhadap keanekaragaman hayati di sekitarnya masih belum dipahami lebih dalam, kemungkinan kerusakannya dapat memiliki dampak yang luar biasa besar. Sangat mengkhawatirkan bahwa 44% dari daerah alam paling penting yang terdapat di Ukraina sekarang sedang terdampak oleh perang, belum lagi fakta bahwa Ukraina mewakili 35% dari keanekaragaman hayati yang dimiliki Eropa.

Antroposen merujuk pada ide bahwa Bumi telah memasuki masa geologis baru yang dicirikan oleh transformasi yang dilakukan manusia secara bersama terhadap sistem Bumi (Steffen et al., 2007). Beberapa pendukung dari konsep Antroposen mengacu pada perubahan pesat pada populasi dunia, pola produksi dan konsumsi materiil, serta kerusakan lingkungan yang konsekuensial (Rockstrm et al., 2009). Tidak menutup kemungkinan bahwa konflik bersenjata seperti Perang Rusia-Ukraina dapat menjadi salah satu faktor yang menjadikan Antroposen sebuah kenyataan. Terutama dengan berbagai ancaman yang dihadapkan pada faktor kemanusiaan serta biologis. Hal ini tentu saja tidak hanya berlaku pada Perang Rusia-Ukraina, namun juga pada berbagai macam konflik antar-manusia.

Walaupun dampak yang ditimbulkan oleh Perang Rusia-Ukraina terhadap alam masih belum dapat dipahami secara mendalam, ancamannya yang begitu buruk haruslah cukup menggerakkan hati kita untuk memulai aksi pencegahan. Bahkan bila mungkin, mengakhiri konflik ini merupakan jalan tengah terbaik yang dapat diharapkan. Tidak perlu diperdebatkan lagi, bahwa sebuah perang tidak hanya menimbulkan permasalahan bagi kemanusiaan, namun juga permasalahan bagi seluruh penghuni Bumi. Karena pada jangka panjangnya, alam menjadi korban terparah dari sebuah perang. Alam yang seharusnya manusia hargai dan jaga bagi generasi masa depan. Sungguh memalukan apabila kita tidak mewariskan alam ciptaan Tuhan ini bagi anak dan cucu kita untuk mereka nikmati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun