Mohon tunggu...
Samuel Benedickson
Samuel Benedickson Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Suka membaca, olahraga, bermain catur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Benteng Utama Mencegah Anak melakukan Tindak Pidana

6 Februari 2023   12:09 Diperbarui: 6 Februari 2023   12:50 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belakangan ini tindak pidana makin meresahkan, yang pelakunya melibatkan anak-anak di bawah umur makin marak di berbagai daerah di Indonesia. Tindakan para pelakunya tidak hanya berupa kenakalan remaja semata, bahkan ada yang sampai memakan korban jiwa. Perilaku seperti ini pasti sangat merugikan, baik bagi keluarga pelaku, masyrakat, terutama pihak korban dari tindak kejahatan tersebut.

Peradilan terhadap tindak pidana yang pelakunya adalah anak-anak diatur dengan Undang-Undang No 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA). Yang dimaksud Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyelesaian perkara anak yang berhadapan dengan hukum, mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap pembimbingan setelah menjalani pidana.

Anak dapat dipidana apabila anak tersebut berumur 14 tahun samapai 18 tahun. Pidana dapat dijatuhkan kepada anak pelaku tindak pidana yang membahayakan masyarakat. Pidana penjara yang dapay dijatuhkan kepada anak paling lama dari maksimum ancaman pidana penjara bagi norang dewasa. Jika tindak pidana yang dilakukan merupakan tindak pidana yang diancam pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, pidana yang dapat dijatuhkan adalah pidana penjara paling lama 10 tahun.

Faktor atau benteng utama yang dapat mencegah anak dari tindak pidana kejahatan anak adalah keluarga. Di dalam keluarga ditanamkan nilai- nilai positif dalam pergaulan dan budi pekerti, sopan santun, nilai religious yang dapat membangun pertumbuhan emosi dan mental si anak. Sebagian besar tindak pidana yang dilakukan anak dilatarbelakangi oleh faktor keluarga yang gagal menjalankan peran dan fungsinya dalam mendidik anak. 

Disharmoni keluarga akan mengakibatkan si anak menjadi rapuh dan mudah melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum tanpa memikirkan akibatnya. Dampak selajutnya si anak akan mencari pergaulan bebas di luar rumah yang terbisa tidak mengindahkan aturan yang ada dan berperilaku semaunya.

Sebuah keluarga yang berhasil menanamkan nilai-nilai moral dan norma yang berlaku dalam masyarakat, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh, yang pantas dan tidak pantas, maka anak-anaknya akan tumbuh dengan tata nilai dan sikap hidup, moralitas dan etika yang baik pula. Anak-anak yang tumbuh dan berkembang dalam keluarga seperti ini dapat dipastikan akan terhindar dari perilaku jahat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun