Jika anda adalah startup enthusiast, maka saya yakin kalau anda sudah mendengar tentang Gerakan 1000 Startup nasional. Kalau belum, maka anda kebangetan deh cyinnn...
Coba buka tautan ini dan anda bisa mendapatkan detailnya dengan lengkap.
Namun artikel ini tidak membahas mengenai gerakan itu dari sisi potisifnya saja, malah saya ingin menanggapi beberapa artikel dan komentar dari segelintir orang yang membuat persepsi bahwa gerakan itu hanyalah bentuk blunder dari aksi pemerintah seperti yang bisa anda baca dari artikel Bung Joshua Partogi di laman facebook ini (sebaiknya anda baca terlebih dahulu agar memahami pembahasan saya disini nantinya).
Saya mengamini sebagian dari artikelnya, namun ada juga yang berbeda. Dan artikel ini membahas mengenai perbedaan itu. Semoga semakin membuat atmosfir diskusi argumentasi jadi hangat tapi tetap sehat.
Fuc*ed up Mindset?Saya pikir tidak. Dari sisi target memang sepertinya impian. Dan bermimpi itu tidak salah. Bila kita komparasi dengan negara lain maka mimpi itu semakin jauh dari kenyataan. Tapi apakah bermimpi setinggi itu salah? Sebagai pebisnis saya tidak melihat kesalahan yang fatal walau di atas hitungan kertas kemungkinan besar sulit untuk dicapai. Kemungkinan besar lho... bukan berarti pasti gagal! Lalu dimana kita meletakkan persepsi yang  benar?
Pesimisme akan semakin muncul bila kita membandingkan dengan model negara lain, baik dari segi ekosistem, gaya pemerintah terhadap aktivitas startup apalagi dari sisi funding. Tapi bukankah itu semua berproses? Dari waktu ke waktu proses itu semakin  tampak dan jelas akselerasinya. Ya, bagi sebagian praktisi rasanya tidak sabar dan terlalu lambat. Tapi ingat, gerakan ini adalah gerakan nasional. Menggerakkan kesadaran nasional apalagi untuk negara sebesar dan sekompleks Indonesia bukan seperti menjalankan sebuah perusahaan dengan hanya segelintir orang saja. Ini bukan alasan, tapi realita yang tampak jelas disekitar kita. Boro-boro dunia startup, perizinan bisnis konvensional saja masih banyak masalahnya. Startup masih bau kencur jika dilihat dari umur industrinya, walau begitu kita melihat pertumbuhan yang cukup pesat bukan?
Saya sendiri salut dengan usaha Yansem Kamto, penggagas gerakan ini dari KIBAR. Secara nalar tadinya di awal saya anggap dia gila dan sombong. Tapi kalau dipikir-pikir saya yang membuat persepsi itu sendiri. Realitanya, saya adalah pimpinan di salah satu inkubator startup di kota Jogja. Salah satu dari 3 inkubator milik Telkom yang notabene perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Kenapa saya malah menganggap dia gila ya? Saya yang gila kalau tidak ikut mendukung bukan? Saya sadari kalau saya sendiri sudah merupakan bagian dari gerakan itu baik langsung maupun tidak langsung.
Mazab umum yang saya ikuti dari  Steve Blank malah memberikan definisi yang jelas bahwa startup adalah entiti bisnis. Ini kutipan lengkapnya: A startup is a temporary organization used to search for a repeatable and scalable business model. Mungkinkah bahwa gerakan 1000 Startup sendiri adalah bentuk sementara dari gerakan yang mencari bentuk yang lebih sesuai? Ya, tentu saja. Mengapa kita tidak  menerapkan pengertian itu kedalam konsep gerakan itu sendiri.Â
Culture. Ya, saya setuju dengan pemaparan Bung Joshua. Hanya saja yang menjadi perhatian saya adalah bagaimana kita bisa menghidupkan budaya seperti itu di Indonesia? Bagaimana mempengaruhi budaya korporat formal menjadi desentralistik dan kreatif berbasis tim? Sekali lagi, membandingkan dengan perusahaan di luar negeri memang mudah dan cenderung cepat membuat kita frustrasi karena melihat jurang perbedaannya. Saya sendiri mengakuinya: Telkom sebagai induk perusahaan inkubator dimana saya bekerja adalah perusahaan yang besar dan cenderung bergerak lambat dari sudut pandang saya pribadi sebagai penggiat di dunia startup. Sudah dari sononya begitu saya kira. Jika perusahaan sudah sebesar itu dan dengan budaya formal yang menahun, maka tidak akan mudah mengubah budaya yang sudah lazim berlaku.
Tapi lihatlah saat ini. Proses perubahan kultur itu perlahan dilakukan di Telkom. Memang bertahap dan memakan waktu seperti layaknya di perusahaan besar lainnya. Untuk proses ini saya lebih memilih gaya manajemen Zen, dimana perubahan yang dilakukan kecil namun konsisten. Gerakan perubahan radikal memang selalu menggiurkan, namun datang dengan sebuah harga. Terkadang harga yang berupa friksi internal dan kekacauan manajemen sering mengakibatkan masalah dan itu tidak baik ditengah berlangsungnya perang yang sangat kompetitif dengan pesaing lainnya. Jangan terlalu dini  menganggap bahwa friksi itu sama dengan kekacauan atau kemunduran. Friksi perubahan itu adalah bagian alami dari perubahan itu sendiri.
Product Mindset. Untuk ini saya setuju 100% dengan pendapat Bung Joshua. Ada kesenjangan yang besar antara materi pendidikan yang diberikan di kampus dengan kebutuhan dunia kerja saat ini. Khususnya di bidang pengembangan software abad 21 seperti yang kita kenal saat ini. Sebagai dosen IT saya juga merasakan frustasi yang sama dengan banyak mahasiswa ketika melihat bahwa materi yang diajarkan sudah ketinggalan jaman. Tapi apakah hal ini bisa menjadi penghalang? Buktinya banyak startup yang bisa menerobos kondisi minus seperti itu saat ini. Memang tidak ideal, tapi jumlah penyintas semakin hari semakin banyak. Tentunya para praktisi startup harus turun tangan menyuarakan hal seperti ini. Tidak hanya kepada kalangan akademisi saja, namun terlebih kepada kalangan pemerintahan juga. Dan menurut saya gerakan 1000 Startup ini adalah salah satu program yang berpotensi  menginduksi sekaligus mengakselerasi pengaruh tersebut. Hasilnya tentu tidak bisa dilihat sekarang dan instan. Bung Joshua mungkin melihatnya seperti hitungan linear sehingga kurang optimis, sementara saya melihat pengaruhnya berpotensi eksponensial karena efek multiplier akan terasa ditahap yang lebih jauh didepan.