Dan dalam waktu singkat sudah banyak pentolan industri dan tokoh IT yang mendukung gerakan ini. Lebih dari 270 pentolan game nasional ikut memberikan dukungan. Anda terjemahkan sendiri apa maksud dari dukungan tersebut.
Kalau anda tertarik, silahkan ubah profile picture anda via: http://twibbon.com/support/i-play-games?fb_ref=Default
Siapa Tokoh di Industri Game Lokal yang Ikut Bersuara?
Sudah banyak dan beberapanya sudah dikenal luas di Indonesia. Saya kutip sebagian daftar itu dari link Duniaku.net:
- Andi Suryanto (CEO Lyto dan Ketua Asosiasi Game Indonesia)
- Arief Widhiyasa (CEO Agate Studio)
- Bullitt Sesariza (CEO Logika Interaktif)
- Eva Muliawati (CEO Megaxus)
- Wendy Eka (CEO Wayang Force dan Megindo)
- Ami Raditya dan Robbi Baskoro (Founder Duniaku Network)
- Fahmi Hasni (Editor in Chief Tech in Asia Games)
- Ivan Chen (CEO Anantarupa Studio)
- Samuel Henry (General Manager Jogja Digital Valley, IGDA)
- Henry Jhie (buruh panggul yang menjadi developer game)
Jika anda perhatikan dengan lebih seksama, bukankah semua nama tersebut secara tidak langsung mengaku dirinya adalah gamer? Lalu anda lihat jabatan/pekerjaan yang disandang mereka saat ini. Masihkah anda mengatakan ada ancaman untuk anak cucu kita? Mau selamatkan siapa sebenarnya?
Bagaimana dengan KPAI?
Saya sendiri tidak tahu bagaimana reaksi mereka saat setelah terjadi penolakan yang cukup massif bahkan sampai terjadinya aksi peretasan ke situs web resmi KPAI. Saya pribadi tidak mendukung tindakan seperti itu karena secara nyata hanya menjadi aksi impulsif saja, sama impulsifnya dengan gaya KPAI yang menolak masukan dari teman-teman developer game.
Menurut hemat saya, lebih bijaksana jika KPAI membuat forum diskusi dengan developer game bersama dengan perwakilan komunitas gamer sebagai langkah awal. Dari situ akan muncul banyak poin penting yang bisa digodok lebih lanjut. Sayangnya, menurut sumber dari industri game, KPAI sering bertindak arogan dengan tidak mau mendengarkan suara para pelaku industri dan pengguna langsung. KPAI lebih suka menggunakan pikiran sempitnya sendiri dan sering sekali malah mendengar pendapat para ahli yang tidak punya pengalaman dengan game serta semua aspeknya. Baca artikel mengenai hal itu di tautan ini.
Menurut teman saya tadi, pihak KPAI sering bersikap keras kepala ketika berdiskusi dengan materi berbasis bukti ilmiah. Jadi, menurut pengalaman, KPAI hanya menggunakan kacamatanya sendiri tanpa mau menimbang aspek lain.
Jadi, marilah kita tunggu babak selanjutnya, apakah pihak KPAI akan mau mengubah sudut pandangnya dan membuka jalur dialog serta diskusi bersama teman-teman asosiasi developer game/komunitas gamer bersama Kemenkominfo serta Kemendikbud?
Atau mereka tetap keras kepala? Entahlah....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H