Mengenal lebih dalam dari platform media sosial atau internet lainnya adalah syarat awal. Belajarlah menggunakan pengaturan setting dari platform tersebut. Khususnya setting untuk privacy. Di Facebook misalnya, anda bisa mengatur setting untuk menampilkan posting anda. Apakah untuk konsumsi publik (ditujukan untuk perusahaan atau mitra bisnis misalnya) atau hanya kenalan saja. Tiap aplikasi yang anda gunakan menyediakan pengaturan privacy, jadi manfaatkanlah untuk mengatur konten mana yang anda izinkan untuk tampil.
Anda bisa saja menampilkan informasi pribadi, tapi atur dan jaga agar tidak terlalu terbuka. Upayakan jika ada pihak yang ingin mengontak anda maka mereka dapat melakukannya via email atau chat message misalnya. Kalaupun anda memberikan nomor telepon, pastikan nomor HP yang anda tujukan untuk publik dan bukan kerja. Bedakan agar anda lebih bebas mengatur akses komunikasi anda dengan baik dan tidak merasa terganggu oleh panggilan/pesan yang tidak anda inginkan. Toh saat ini HP sudah jamak menggunakan dual SIM bukan?
Terkadang banyak orang mengajak anda kenalan. Berhati-hatilah dan biasakan melihat profilnya dulu. Terkadang dorongan untuk memperbesar jaringan pertemanan sering membuat anda segera mengklik tombol persetujuan tanpa mereview profil orang tersebut. Ingat, semakin besar jaringan anda, maka akan semakin menampilkan siapa anda sebenarnya. Seni membangun kredibilitas anda secara online adalah membentuk cara anda ditemukan oleh pihak lain. Sebagai titik awal, fokuskan saja ke situs tertentu yang berpengaruh.
Saat ini sebagai contoh, saya punya profil di Linkedin, Slideshare, Facebook, Twitter, Youtube, Vimeo, Kompasiana selain website pribadi saya di www.samuelhenry.net. Yang mau melihat resume saya secara profesional biasanya mulai mencari di Linkedin langsung. Saya juga sertakan link ke platform lainnya dari website pribadi saya. Jadi, saya membuktikan aktivitas saya melalui slide seminar di Slideshare. Kegiatan saya juga saya posting di Facebook. Saya sengaja menyelipkan aktivitas rutin sehari-hari termasuk berbagai foto kerja dan pribadi saya (tentu saya pilih dan atur tujuan penampilannya). Beberapa video saya muat di Youtube, berupa hasil kerja, wawancara televisi dan juga beberapa video tutorial.
Kenapa saya menyertakan Kompasiana? Tanpa bermaksud menjilat, platform Kompasiana adalah sarana komunikasi ke publik yang menurut saya cocok untuk bertukar ide atau melempar pandangan untuk berbagai topik. Selain komunitas ini jumlahnya besar, manfaat lain adalah ekspose kepada saya banyak bermunculan setelah tulisan saya jadi highlight atau headline. Dan itu malah datang dari pihak lain. Jika platform website dan FB menampilkan lebih kepada siapa saya, saya memanfaatkan Kompasiana sebagai platform agar publik mengetahui sudut pandang saya lebih detail.
Memiliki website pribadi dengan nama sendiri mampu menampilkan citra positif. Nama pribadi sekaligus menjadi brand diri anda. Jika anda mengunjungi website saya, dalam hitungan 1 menit saja anda sudah bisa menyimpulkan siapa saya dan bidang apa yang saya tekuni. Dengan murahnya membuat blog/website pribadi anda bisa melakukan hal ini. Wordpress sebagai CMS praktis dan mudah sudah umum digunakan.
Jika anda suka menulis di Kompasiana, mengapa tidak anda buat link dari atau ke website anda tadi? Demikian juga ke media atau platform lainnya. Tujuan utamanya adalah agar pengunjung yang kepo (semoga karena tertarik ya) mudah menjejak anda selain menggunakan Search Engine tentunya. Jika anda ingin lebih lanjut dengan website/blog pribadi, tidak ada salahnya anda belajar SEO (Search Engine Optimization) untuk meningkatkan hasil pencarian anda via Google. Tapi penggunaan media media sosial lain juga sudah cukup menurut saya untuk user umum.
Berhati-hati setiap bergabung dengan sebuah situs. Itu adalah langkah antisipasi juga. Menggunakan nama alias, email yang berbeda, serta data yang dimodifikasi merupakan tips untuk gabung jika secara anda harus bergabung. Contohnya ketika saya harus masuk ke situs underground untuk tujuan riset, mau tidak mau saya gunakan cara tadi untuk menjaga keamanan saya. Intinya perlu dilakukan penanganan secara bijak dan hati-hati. Tidak main hantam kromo.
Hantam kromo inilah salah satu sumber masalah. Secara emosional kita sering terpancing untuk  menulis komentar balasan dengan tidak kalah kerasnya. Apalagi di komentar media sosial. Cara gampangnya adalah jangan posting pesan anda dengan gaya atau pilihan kata itu kalau anda anggap pesan tersebut tidak akan anda ucapkan didepan keluarga, teman, kolega atau pihak lain yang anda hormati. Jika anda memilih tidak mengatakannya ke mereka, lalu untuk apa anda posting online?
[caption caption="Sumber gambar: Jawapos - JPNN"]
[caption caption="Sumber gambar: Akun Kaskus Zoelman"]