Kalau anak SMA sebagian besar sudah paham dan mudah mendapatkan akses informasi bagaimana menembus proteksi tadi (bisa didapat dari diskusi dengan teman atau googling), maka yang paling parah adalah segmen anak SMP. Mereka nanggung. Konten banyak didapat di warnet, dibagi oleh teman via HP, dsb. Jadi pernyataan Kemenkominfo bahwa yang anak yang pintar saja yang bisa menembus membuat saya semakin tertawa didalam hati. Tidak perlu pintar, hanya modal tanya teman saja sudah dapat kok.
Anak-anak itu tahu kok bahwa mereka tidak akan mengakses dari komputer rumah. Banyak sekali celah mengaksesnya kok. Belum lagi dari ranah offline berupa VCD maupun salinan file di flashdisk atau HP. Anda berhitung sendiri probabilitas keefektifan pemblokiran ini? Saya tidak mengatakan semuanya tidak ada manfaat, tapi banyak yang blunder dan harus diperbaiki.
Yang Bisa Kita Lakukan?
Sederhana saja: urus anak masing-masing. Jangan berharap pemerintah akan bisa menanggulangi masalah pornografi online ini sendirian, apalagi mempercayai bahwa kebijakan main blokir itu efektif. Biarpun pemerintah mau, ya seperti yang saya sebutkan diatas, lebih banyak masalah lain yang bisa timbul dibandingkan manfaatnya. Anda sebagai ortu jangan hanya tahunya main sumpah serapah saja dan menyalahkan pemerintah dong.
Jika anda termasuk orang tua yang penuh kasih plus paranoid, silahkan download aplikasi buatan anak bangsa dengan nama Kakatu. Aplikasi parental control ini cocok dipakai di mobile phone anda. Bisa dikatakan bahwa akses internet yang paling rentan mengakses pornografi adalah mobile phone. Untuk komputer anda, silahkan browsing dan temukan aplikasi sejenis untuk komputer anda dengan keyword "parental control software". Kalau sampai disini anda tidak tahu apa itu parental control, cara download aplikasi, apalagi browsing... yah tanggung sendirilah kalau anak anda sudah bisa mengakses pornografi tanpa setahu anda.
Artinya jadi orang tua jangan gaptek dong. Ajaklah anak anda diskusi. Mending bicara sebagai mitra bicara dibanding jadi polisi dunia... hehehe. Suka atau tidak, rasa ingin tahu mereka itu lebih bagus diarahkan dengan sehat, walaupun anda sebagai orang tua lebih sering nervous, grogi, risih, ketika melakukannya. Jangan terpaku dengan prinsip bicara seks itu tabu. Tiba-tiba anda menemukan SMS saru di HP anak anda bagaimana? Hehehe... Anda pasti pernah muda bukan? Anda lebih suka sedikit mengarahkan daripada dikejutkan?
Terkesan saya menuding jelek kebijakan Kemenkominfo? Tidak juga sebenarnya. Saya hanya berupaya menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan dengan main blokir itu belum tentu efektif untuk kasus tertentu seperti Vimeo dan Tumblr misalnya. Jadi untuk apa dibuat sebagai contoh kebijakan? Apalagi untuk dibatalkan segera.
Kenapa Kemenkominfo tidak mendorong tindakan yang lebih nyata misalnya mendorong program pengembangan konten sehat untuk anak? Dimulai dari mendukung para startup atau pelaku konten di Indonesia? Daripada meniru gaya orang tua era jadul yang suka mengatakan: jangan lakukan ini atau jangan lakukan itu? Apa tidak lebih menantang bila memilih model: coba lakukan untuk ini atau kalau kami membantu dengan cara begini? Saya percaya kok kalau saja Kemenkominfo mau belajar lebih bijak maka bisa lebih bermanfaat mengeluarkan regulasi yang bermanfaat (silahkan baca contoh kasus kebijakan yang maksimal)
Yah, syukur-syukur ada petinggi Kominfo yang baca artikel ini dan bisa diskusi juga. Nggak bisa bayangin sih, hanya mimpi doang hehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H