Kini penggunaan I-doser sudah dilarang dengan ketat di beberapa negara bagian Amerika Serikat. Alasannya sederhana saja, I-doser menjadi batu lompatan bagi remaja yang ingin mencoba “sesuatu yang punya efek teler” seperti narkoba walaupun hanya dengan stimulan suara. Jadi, sumber pelarangan bukan karena efek langsungnya yang negatif (masih harus dibuktikan dengan ilmiah). Tapi karena ekspektasi pemakai yang tidak tahu dan tidak bertanggung jawab serta potensi resiko ingin mengenal ke narkoba yang sebenarnya.
Dulu, ketika masih bernama Binaural Beat, nama audionya nggak aneh-aneh. Masih normal seperti Study Enhancer, Focus Mind, Alpha Meditation, dsb. Kini sudah membuat penasaran dan menakutkan seperti: Cocaine, LSD, Morphine, Marijuana, Alcohol, Chloroform, Chrystal Meth, Extasy, dsb. Bahkan yang tidak masuk akal dibuat seperti Hand of God, Gates of Hades, Nirvana. Tiga yang terakhir dikaitkan dengan efek supranatural atau ekstasi spiritual. Ada-ada saja.
Kesimpulan
Yang saya herankan adalah kenapa baru sekarang heboh di Indonesia? Hehehe... seperti biasa kita suka rada telat dengan isu yang seperti ini. Sayangnya, masih banyak yang hanya tahu sekilas dan belum mendalami tapi sudah gembar-gembor tidak karuan. Dan penyakit ini diamini oleh banyak netizen yang dengan “sukarela berjamaah” ikut menyebarkan tanpa mau memeriksa kebenaran apalagi mencoba langsung.
Sebagian dari pengguna I-doser setahu saya adalah remaja alay dan sebagian besar mereka mendapatkannya dengan cara ilegal alias membajak. Jadi wajar saja mereka tidak tahu cara memakainya dengan benar dan memaksimalkan efek positifnya.
Kalaupun ada efek negatif, saya kira hanyalah mahalnya aplikasi dan file audio yang dijual. Selain itu mirip analogi pisau. Salah digunakan ya bisa tidak ada manfaatnya. Tapi ketagihan dan teler? Hehehe... kacian deh lu...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H