Mohon tunggu...
Samuel Henry
Samuel Henry Mohon Tunggu... Startup Mentor -

JDV Startup Mentor, Business Coach & Public Speaker, IT Business Owner, Game Development Lecturer, Hardcore Gamer .........

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kemerdekaan Yang Semakin Pudar

13 Agustus 2015   02:57 Diperbarui: 13 Agustus 2015   02:57 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membaca media bukan menjadi lebih menyenangkan saat ini. Budaya gaduh sudah menjadi budaya kedua selain budaya gossip yang menjadi pertama. Sulit percaya ke media mainstream karena gossip di berbagai media sosial jauh lebih renyah dan tentu lebih enak buat bahan gossip. Tak disangka, setelah merdeka 70 tahun, ketika pengguna internet Indonesia telah mencapai 80-jutaan pengguna, budaya lisan (baca: budaya ngobrol) lebih dominan dibanding budaya baca (baca: budaya kritis/analitis). Bisa jadi saat ini kita memang jauh lebih maju dibanding jaman Pak Harto, tapi budaya gaduh kita bisa mengalahkan era Soekarno sekalipun saat baru merdeka.

Nasionalisme terasa menjadi asing saat ini. JUga terasa sempit. Upacara HUT untuk memperingati kemerdekaan terasa kering dan sekedar formalitas. Makna dari kemerdekaan hanya sekedar tanggal merah di kalender. Dan banyak orang yang kini malah memilih pergi liburan dibanding kegiatan positif lainnya yang berbau "kesadaran bernegara" walau hanya untuk sehari sekalipun.

Figur Panutan

Sebagai anggota masyarakat biasa, saya ingin kenangan peringatan HUT kemerdekaan dapat dirayakan dengan lebih baik. Lebih menggambarkan bahwa perjuangan para pahlawan dulu itu betul-betul kita hargai. Bukan dengan pemogokan, bukan dengan kegaduhan, konfrontasi apalagi dengan korupsi.

Tapi realita berkata lain. Kejahatan dalam bernegara tidak hanya dimanifestasikan lewat budaya korupsi yang sudah sangat meluas, atau permainan dan mafia hukum yang masuk ke berbagai sendi masyarakat, tapi sudah sangat jauh yaitu ke dunia pendidikan.

Yang saya maksudkan bukan dunia pendidikan kita dari sistem maupun institusinya. Tapi dari contoh yang diberikan oleh para pelaku bernegara disekitar kita (dan mungkin kita sendiri) kepada generasi muda bangsa ini. Keponakan saya yang masih berumur 13 tahun sudah bisa berkomentar tentang korupsi di berbagai kementerian. Kakaknya yang masih kelas 2 SMA sudah bisa memberi analisa sendiri tentang kacaunya partai yang berebut kekuasaan tiap pemilu. Tak saya sangka, remaja berusia muda seperti mereka sudah bisa mengenal dan menebak apa yang terjadi disekitar mereka. Semoga saja mereka tidak meniru contoh yang buruk tersebut!

Namun begitu, bagaimana kalau mereka malah menganggap itu adalah hal biasa?

Dan saya kira kecenderungan itulah yang sepertinya tampak saat ini. Inilah yang saya maksud dengan dunia pendidikan yang tidak langsung menjadi contoh buruk bagi mereka.

Lihatlah panutan anak muda saat ini. Saya tidak mengacu ke penyanyi atau grup musik. Tapi lebih kepada ideologi yang mereka idolakan. Mengidolakan tokoh radikal keras global hanya sebagian contoh kecil. Lebih banyak sekarang anak muda yang lebih menyukai negara lain baik dari tokoh negarawan, tokoh politik sampai partai politik di negara asing tersebut. Trend apakah ini? Apakah tidak ada lagi tokoh lokal yang bisa menjadi panutan dan sumber inspirasi bagi mereka?

Ngeri membayangkan anak muda Indonesia tidak memiliki figur panutan yang bisa menjadi inspirasi mereka dalam bertindak sebagai anak bangsa yang baik. Kalau yang mereka lihat hanya perbuatan buruk dan berbagai bentuk penyimpangan di negara sendiri, tentu lebih baik bagi mereka menanamkan diri dan sibuk bermain gadget bukan? Setidaknya sampai suatu saat nanti ketika mereka bisa mengambil peranan. Dan menurut anda peranan apa yang akan mereka ambil? Tut wuri handayani? Guru kencing berdiri dan murid kencing berlari? Contoh yang baik atau yang buruk yang menginspirasi?

Kenangan saya akan HUT kemerdekaan yang meriah jadi pudar seperti pudarnya langit sore hari. Saya harus bergegas pulang sekarang. Saya teringat belum pasang bendera di depan rumah... Aduuh!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun