Tapi saya sendiri ragu juga dengan argumentasi saya mengenai kepuasaan sesaat karena saat ini yang saya lihat sangat banyak yang ketagihan untuk memaki dan mencaci dari berbagai pihak, agama, suku dan latar belakang yang berbeda. Kalau memang kepuasan sesaat kenapa banyak orang yang kejangkitan gejala yang sama ya?
Yah... tapi sudahlah. Saya juga bukan seorang pengamat yang profesional. Saya hanya bisa mengutaraka ketidaksetujuan saya dengan gaya memaki & mencaci via medsos seperti yang dilakukan oleh saudara Dudi Hermawan diatas dengan cara yang lebih santun dan berusaha menghindari caci-maki.
Poinnya adalah: orang akan bereaksi seperti reaksi anda. Kalau anda kasar maka tidak heran orang akan lebih kasar.
Update terakhir - 01.20 Wib - 24 Juli 2015:
- Account Facebook mas Dudi Hermawan sudah ditutup oleh pemiliknya sendiri hanya berselang beberapa jam setelah saya menuliskan artikel ini. Saya tidak tahu pasti apakah karena artikel saya atau karena kritikan dari teman dan beberapa facebooker yang "sowan" ke halaman facebooknya. Walau saya mempertanyakan manfaat dari penutupan ini, sebenarnya hal seperti ini yang harus dipikirkan olehnya sebelum menulis kritikan yang sangat tidak sopan.
- Sebelum jam 23.00 malam ini, saya coba mengecek halaman facebook istrinya dan memang sudah ditutup juga. Artinya apa? Menurut teman facebooker yang lain, tindak tanduk sang istri (seorang dokter) juga sama seperti suaminya yaitu suka kasar dalam mengkritik orang lain. Saya tidak memposting alamat facebook dari sang istri karena tidak relevan dengan topik pembahasan disini. Ini adalah contoh langsung betapa tindakan anda bisa berpengaruh langsung kepada keluarga, sahabat atau kenalan anda.
- Penutupan account Facebook bukanlah solusi. Karena beberapa facebooker dan netter yang lain sudah stalking keberbagai situs yang terkait dengan mas Dudi Hermawan. Contoh: saya sudah menyimpan profil Linkedin penuh dari mas Dudi Hermawan dalam bentuk image, menjaga kalau profil Linkedin miliknya ditutup nanti. Buat apa? Selain sebagai bukti jika masalah ini naik ke pengadilan, ini juga menjadi bahan pelajaran buat netter yang lain agar belajar menjaga sikap. Anggap saja sebuah SHOCK THERAPY!! Kalau anda bertindak keterlaluan, orang lain tidak akan berkeberatan mengadukan anda. Bahkan saya yakin sudah ada netter lain yang sudah mengadukan hal ini terlebih dahulu ke pihak yang berwajib. Saya hanya mengingatkan bahwa bukan satu dua orang yang bisa dan mau mengumpulkan bukti untuk pelanggaran anda.
- Poin-poin update diatas saya tujukan sebagai bentuk penjelasan akan perkembangan dari masalah ini. Jadi kita bisa melihat bahwa postingan caci maki bisa merebak lebih besar daripada yang anda bisa bayangkan.
Update 10.10 Wib - 26 Juli 2015:
Akhirnya mas Dudi Hermawan diberitakan meminta maaf dan menyesal. Baca berita lengkapnya dilink ini:
http://baranews.co/web/read/45067/dudi.hermawan.pengancam.tebas.kepala.jokowi.mengaku.menyesal.bertemu.baranewsco#.VbRPYUZ5JtA
wartawan Baranews (kiri) dan Birgaldo Sinaga,
Ketua Bara JP Kepri (kanan) (Foto: dok Bara JP Kepri).