Mohon tunggu...
Samuel Henry
Samuel Henry Mohon Tunggu... Startup Mentor -

JDV Startup Mentor, Business Coach & Public Speaker, IT Business Owner, Game Development Lecturer, Hardcore Gamer .........

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Status Facebookmu ya Harimaumu!

23 Juli 2015   12:09 Diperbarui: 23 Juli 2015   12:09 692751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan adanya UU ITE dan beberapa situs resmi dari yang berwewenang, kini sudah menjadi lebih mudah untuk melaporkan hal penghinaan seperti ini. Ini salah satu tindakan langsung dari seorang netter yang melaporkannya kepada yang bersangkutan.

 

Mungkin setelah melihat reaksi dari netter, si pemilik akun Dudi Hermawan segera menghapus status tersebut karena ada netter yang melaporkan bahwa postingan status yang berisi cacian tadi tidak ada lagi.

 

 

Nah, apapun alasan penghapusan ini, sebenarnya dari awal tidak perlu membuat postingan seperti ini. ketidaksenangan dan ketidaksetujuan kita terhadap seseorang atau kondisi tidak selalu diluahkan dengan caci maki. Malah yang menjadi blunder bagi si pemilik akun adalah latar belakang akademik dan religinya yang menjadi bahan serangan dari netter lain.

Kalau diambil dari pepatah lama dimana dikatakan mulutmu adalah harimaumu, maka saat ini lebih tepat disebut status facebookmu adalah harimaumu, atau malah bisa lagi divariasikan dengan twitter, dll.

Tidak selamanya jaringan pertemanan kita akan paham, setuju dan mendukung semua status dan perkataan kita. Seharusnya dari awal kita selalu menjaga dampak balik dari perkataan (juga tindakan) yang kita buat bukan?

Lebih Baik Diam?

Saya tidak menyatakan demikian. Jika anda yakin dengan apa yang anda yakini, maka katakanlah. Kalau yang anda yakini itu adalah kebenaran menurut anda ya sebarkan saja. Saya setuju dengan hal itu. Tapi saya kira anda semua juga setuju kalau semua dilakukan dengan beberapa ktriteria bukan?

  1. Berikan bukti
  2. Berikan argumentasi
  3. Jangan mencaci maki

Poin 1 dan 2 bebas menurut apa yang anda dapatkan dari berbagai sumber dan semua yang anda yakini. Saya juga tidak apriori dengan debat kusir walau terkesan membuang waktu. Terkadang tidak mudah mendapatkan titik pemahaman bersama, jadi jangan terlalu memaksakan harus dalam waktu singkat.

Tapi poin ke-3 adalah kunci utama yang perlu anda jaga. Biarpun lawan debat anda sudah main kasar, tidak perlu memaki dan mencacinya dengan alasan apapun. Kenapa? Ya seperti analogi anjing yang berusaha menggigit ekornya tadi. Tidak akan ada yang bermanfaat dari tindakan mencaci-maki tersebut selain kepuasan sesaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun