Mohon tunggu...
Samuel DowaSaputra
Samuel DowaSaputra Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar sekolah

I play soccer ⚽ o⁠ ͜⁠ ⁠ʖ⁠ o

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Sebagaimana Buruk Polusi Udara di Jakarta?

26 Mei 2023   20:24 Diperbarui: 27 Mei 2023   22:00 712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.antaranews.com/cache/800x533/2019/07/23/c5da1b79-4281-42be-87a7-33f866192344.jpg

Untuk jangka pendek, polusi udara dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti iritasi pada mata, hidung, kulit, tenggorokan, mengi, batuk dan sesak dada, dan kesulitan bernapas. Polusi udara juga bisa menyebabkan keadaan yang lebih serius, seperti asma, radang paru-paru, bronkitis, sampai masalah paru-paru dan jantung. Bahkan ada yang merasakan dampak langsung seperti sakit kepala, mual, dan pusing setelah terpapar polusi udara. Untuk efek jangka panjang, kondisi kesehatan yang ditimbulkan lebih bersifat kronis (seperti kanker) bahkan sampai menyebabkan kematian. Hasil analisis studi global beban penyakit (The Global Burden of Disease Study) tahun 2019 menunjukan adanya peningkatan risiko kematian dari paparan jangka panjang PM2.5 dan Ozon permukaan.

https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20181211/woman-with-inhaler-6fa1337c3e08a3828bf16c5d15ab0545.jpg
https://cdn.idntimes.com/content-images/post/20181211/woman-with-inhaler-6fa1337c3e08a3828bf16c5d15ab0545.jpg

Dalam 20 tahun terakhir, banyak penelitian di Jakarta yang mengaitkan paparan polusi udara sebagai sumber berbagai penyakit kardiovaskuler dan infeksi pernapasan. Dalam 2002, sebuah studi dari Asian Development Bank memperkirakan bahwa polusi udara berdampak pada lebih dari 90 juta kasus gejala pernapasan. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Resosudarmo dan Napitupulu yang memperkirakan adanya 3.000 kematian dan 90 juta kasus gejala pernapasan yang diakibatkan karena terpapar polusi udara. Enam tahun setelahnya, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melaporkan bahwa 57,8% warga DKI Jakarta terdampak berbagai penyakit kardiovaskuler dan infeksi pernapasan akibat paparan dari polusi udara. Bukan hanya Jakarta yang mengalami masalah besar dengan polusi udara, tetapi diperkirakan bahwa 50% keadaan tidak sehat di seluruh Indonesia disebabkan oleh polusi udara.

Selain dampaknya kepada kesehatan manusia, polusi udara juga ada dampaknya kepada lingkungan. Pemanasan global bukanlah sesuatu yang asing lagi bagi kita. Pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata bumi, dalam suhu atmosfer, laut, dan daratan. Pemanasan global disebabkan oleh efek rumah kaca. Efek rumah kaca adalah proses pemanasan benda langit (planet atau satelit) yang disebabkan komposisi atmosfernya. Proses terjadinya efek rumah kaca adalah:

  • Sinar matahari sampai ke bumi.
  • Sebagian radias terpantul balik ke angkasa oleh atmosfer dan sisanya terserap bumi.
  • Radiasi terpantul oleh permukaan bumi dalam bentuk radiasi inframerah.
  • Karena gas-gas rumah kaca, hanya sebagian radiasi keluar balik ke angkasa dan sisanya terperangkap di dalam atmosfer bumi.
    https://dlhk.jogjaprov.go.id/storage/images/Sumber-Sumber%20Emisi%20Gas%20Rumah%20Kaca%202.jpg
    https://dlhk.jogjaprov.go.id/storage/images/Sumber-Sumber%20Emisi%20Gas%20Rumah%20Kaca%202.jpg

Efek rumah kaca ini disebabkan oleh naiknya konsentrasi Karbon Dioksida (CO2) dan gas-gas rumah kaca lainnya (Metana, Nitrogen Oksida, Belereng Dioksida, Klorofluorokarbon, dll). Karbon dioksida adalah gas dengan konsentrasi yang paling tinggi dari semuanya. Karbon dioksida dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar minyak (BBM) dan bahan sejenisnya. Kita mengetahui bahwa sektor transportasi, sektor dengan emisi tertinggi di Jakarta, menyumbang banyak CO2. Jadi bisa dikatakan bahwa polusi udara pada akhirnya menyebabkan pemanasan global.

Pada tahun 1896, sudah diprediksikan bahwa pemanasan global bisa terjadi karena pembakaran bahan bakar fosil. Di akhir tahun 1980-an, akhirnya ditemukan bukti nyata bahwa bumi semakin hangat. Pemanasan global adalah sebuah hal yang nyata dan adalah sebuah masalah yang besar. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyatakan bahwa suhu udara global meningkat 0,6 derajat Celcius sejak 1861. Mereka setuju bahwa pemanasan tersebut terutama diakibatkan oleh aktivitas manusia yang menyumbang gas-gas rumah kaca ke atmosfer, yang sekarang disebut efek rumah kaca.

Pemanasan global memiliki banyak dampak yang tidak baik. Karena bumi kita memanas, tempat-tempat yang dingin, seperti kutub, menjadi lebih hangat, dan es di kutub karena udaranya menjadi lebih panas, meleleh. Mencairnya es di kutub akan menjadikan es itu menjadi air. Air itu akan bergabung dengan lautan, dan karena banyaknya es yang mencair, volume air laut akan bertambah dan permukaan laut akan naik. Tinggi permukaan laut di seluruh dunia telah meningkat 10 -- 25 cm selama abad ke-20 dan para ilmuwan IPCC memprediksi permukaan air bisa meningkat lagi 9 -- 88 cm pada abad ke-21. Peningkatan ini sangat besar sampai beberapa negara yang daratannya tidak terlalu tinggi dari permukaan air mulai tenggelam. Beberapa negara pun sudah tenggelam karena peningkatan air ini.

https://cdn.betahita.id/6/2/7/7/6277_840x576.jpeg
https://cdn.betahita.id/6/2/7/7/6277_840x576.jpeg

Pemanasan global juga bisa membuat hidup di bumi tidak nyaman. Sekarang saja sudah sangat panas sampai banyak orang hanya diam di rumah dan mengademkan diri dengan menyalakan AC. Tetapi AC ternyata menyumbang chlorofluorocarbon (CFC) yaitu sebuah gas rumah kaca yang bisa menyebabkan pemanasan global. Bukan hanya manusia, tumbuhan dan hewan juga terganggu. Hewan-hewan yang tinggal di tempat yang tidak banyak air bisa saja kehilangan air mereka karena semuanya terevaporasi karena terlalu panas. Tumbuhan tidak akan bisa melakukan fotosintesis karena udaranya terlalu kering dan panas. Pemanasan global juga bisa membuat hasil panen manusia berkurang, karena air bisa habis. Selain itu, pemanasan global juga bisa mengakibatkan kebakaran hutan.

Karena pemanasan global, iklim di Bumi mulai tidak stabil, atau juga bisa disebut perubahan iklim. Iklim adalah situasi rata-rata cuaca yang meliputi sebuah daerah yang cukup luas untuk waktu yang lama. Iklim dipengaruhi sinar matahari, suhu, tekanan udara, kelembapan udara, angin, awan, dan curah hujan. 40 tahun lalu, iklim sangat gampang diprediksi, tetapi sekarang sudah mulai susah. Perubahan iklim ini tidak hanya membuat iklim susah diprediksi, tetapi membuat iklim tertentu lebih panjang dari seharusnya. Perubahan iklim ini sudah terlihat di seluruh bumi. Indonesia sebagai contohnya, megalami musim hujan dan kemarau. Biasanya, musim-musim ini terjadi setiap berapa bulan dan bergantian pada sekitar bulan yang sama. Tetapi, sekarang transisi dari musim hujan ke musim kemarau dan sebaliknya mulai tidak teratur dan kacau.

Jika kita melacak bagaimana terjadinya semua ini, maka salah satunya penyebab adalah polusi udara. Peningkatan polusi udara sekarang menjadi sangat sulit untuk dikendalikan dengan banyak penyumbangnya digunakan oleh manusia dalam kegiatan sehari-hari. Melihat dampaknya, proses pengendalian sudah harusnya mulai dilakukan. Pemerintahan memiliki 3 strategi utama untuk mencoba menurunkan jumlah emisi di Jakarta. 3 strategi ini ada di sebuah dokuman yang dinamakan Strategi Pengendalian Pencemaran Udara (SPPU). Mari kita lihat bersama apa saja strategi itu, dan apa saja kegiatan yang pemerintahan mengusulkan agar polusi udara terkendali.

Strategi pertama adalah peningkatan tata kelola pengendalian pencemaran udara. Isinya mulai dari peningkatan kualitas dan kuantitas inventarisasi emisi. Inventarisasi emisi adalah sebuah pencatatan atau pendataan jumlah pencemar udara dari sumber-sumber pencemar udara. Semua sumber yang perlu diinventarisasi adalaah semua sumber pencemar. Juru Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace, Bondan Andriyanu, mengatakan bahwa inventarisasi emisi ini perlu dilakukan setiap tahun agar bisa dipetakan sektor apa saja sumber-sumber sesuatu polutan. Setelah diketahui sumbernya, maka pemerintahan akan bisa lebih efisien dalam mengurangi masing-masing sumber polutan itu. Inventarisasi emisi ini juga harus dilakukan setiap tahun untuk melacak keberhasilan pemerintahan dalam mengendalikan polutan di udara. Dengan cara ini, kita akan mengetahui jika cara yang sedang dilakukan berhasil atau tidak. "Tahun depan dibikin lagi kajiannya, kemudian diukur keberhasilannya apa gitu. Iya dievaluasi," kata Bondan.

https://cdn.antaranews.com/cache/800x533/2019/07/23/c5da1b79-4281-42be-87a7-33f866192344.jpg
https://cdn.antaranews.com/cache/800x533/2019/07/23/c5da1b79-4281-42be-87a7-33f866192344.jpg

Strategi kedua adalah Pengurangan Emisi Pencemar Udara dari Sumber Bergerak. Karena dampak emisi bergerak seperti mobil, motor, dll, pemerintahan mencoba mengurangkan emisi dari transportasi. Salah satu rencana di strategi ini adalah meremajakan angkutan umum agar memungkinkan untuk banyak orang memakai hanya 1 transportasi. Selain itu, strategi kedua ini juga mencakup pengembangan transportasi ramah lingkungan untuk transportasi umum dan daerah, karena kebanyakan emisi dari sumber bergerak di Indonesia berasal dari transportasi pribadi. Dengan transportasi pribadi yang ramah lingkungan, maka banyak emisi yang bisa dicegahkan. Pemerintahan juga melakukan penerapan uji emisi kendaraan bermotor, agar transportasi yang mengeluarkan emisi yang banyak tidak dipakai lagi, dan pengembangan kawasan rendah emisi. 

https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/04/29/90e9d31f-34c3-428e-b10c-eca365e68478_169.jpeg?w=650
https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/04/29/90e9d31f-34c3-428e-b10c-eca365e68478_169.jpeg?w=650

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun