Mohon tunggu...
Sam Junus
Sam Junus Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Konten kreator, Penulis, audiostory, genre : romans, drama rumah tangga dan horor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gokayama Pelabuhan Cintaku

22 Januari 2024   21:15 Diperbarui: 22 Januari 2024   21:17 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Vina dan kota Tokyo oleh Sam Junus

Dikisahkan oleh :

Vina

     Namaku Vina, dari Tokyo, Jepang, yang sebentar lagi akan menikah dengan Yuta, pemuda Jepang yang sangat sayang dan perhatian padaku.
inilah, kata kata cinta Vina untuk Yuta dan masa depan mereka berdua,.

     " Di taman masa depan, di mana  jalan kita bersama. kuharap kau, tetap menjalaninya bersama aku. manisnya cintaku, tak terlihat namun terasa, pelukan di setiap mimpi.
Aku berjanji untuk mencintai apa adanya, murni dan sejati melintasi ruang serta waktu, dengan segala kekurangannya.
Aku menghargai setiap  bagian dari ketakutanmu akan ketidaksempurnaan  dan semua yang ada padamu. Dalam setiap langkah kehidupanmu yang sibuk. Aku akan menyediakan waktu untukmu, karena di duniaku, kamu adalah matahari di langit, yang akan selamanya biru.
Kita akan menghadapi badai kehidupan bersama. Hujan dan guntur, membuat kapal kita terombang ambing, namun  percayalah kita akan kokoh dan kuat karena cinta kita bersatu. Hingga badai berhenti, kita dapat tersenyum bahagia bersama.

Perkenalanku dengan Yuta.

Yuta, adalah atasanku yang mentraining aku saat awal masuk kerja. Bahasa Jepang ku, saat awal sangatlah buruk, untung Yuta sabar dan akhirnya aku dapat melaluinya dengan baik. Bahkan aku banyak menorehkan prestasi yang gemilang.
Aku sejak awal telah mengagumi beliau. Ketegasan dan perhatiannya luar biasa, aku suka.
Ternyata Yuta yang beda dengan aku hanya dua tahun, menyukai aku juga.
     

     Hobi ku berenang, setiap berenang Yuta selalu menemani aku. Dengan singkat aku dan Yuta jalan bersama menautkan cinta yang luhur dan jujur.
Yuta berasal dari desa di jepang. Orang tuanya petani yang hidup sederhana. Aku telah diperkenalkannya. Mereka menyambut aku dengan baik. Disanalah kelak aku tinggal setelah menikah. Bersama orangtua dan kakak Yuta laki laki bernama Hiro, serta adik Yuta seorang gadis cantik, bernama Aiko.

     Singkat cerita, aku dan Yuta melangsungkan pernikahan sederhana. Namun sungguh sangat bahagia aku saat itu. Walau hanya dihadiri kedua orang tuaku, tanpa adik adikku, namun aku sungguh bahagia. Apalagi orang tua Yuta dengan orang tuaku sangat akrab. Kesan orangtuaku pun sungguh menyenangkan hatiku.
Walau keluarga Yuta dari petani, sedangkan keluargaku lebih banyak bergelut dalam bisnis keluarga yang cukup besar dan sukses, tapi mereka dapat saling memahami dan menyelami satu dengan yang lain.

     Kami berdua, berbulan madu pergi ke Bali. Menghabiskan waktu 5 hari di Bali.
Di Bali, aku persembahkan keperawanan ku pada Yuta. Kami yang selama ini belum berpengalaman mengenai hal seperti itu, sehingga sering terjadi gelak tawa lucu, bila mengingatnya. Aku yang awal ketakutan saat pertama kali melihatnya. Aku berpikir akan sakit bukan main dengan sesuatu yang besar. Aku sempat menangis, namun Yuta membimbingku dengan baik. Intinya banyak kelucuan saat malam bulan madu kami.

     Setelah acara pernikahan dan bulan madu berakhir, aku hidup bersama keluarga Yuta di sebuah desa yang bernama Gokayama. Letaknya agak jauh dari Tokyo, kira kira 300 kilo meter. Bila ditempuh dengan mobil memakan waktu empat hingga lima jam. Bila dengan kereta api, lima hingga enam jam perjalanan.
Desa Gokayama ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan dunia. Karena masih memiliki gaya rumah yang unik dan asli jepang. Rumah rumahnya disebut gasso style, rumah tradisional jepang yang memiliki atap yang menjulang tinggi.
Mata pencaharian di desa Gokayama adalah bertani.
Sawah terasering di Gokayama adalah salah satu pemandangan alam yang paling menakjubkan di Jepang. Sawah-sawah ini terletak di lereng-lereng gunung yang curam, dan teras-terasnya ditata dengan sangat rapi. Sawah-sawah ini telah dibudidayakan selama berabad-abad, dan merupakan sumber mata pencaharian penting bagi penduduk desa Gokayama.
Sawah terasering di Gokayama adalah salah satu pemandangan alam yang paling menakjubkan di Jepang.
Teras-teras sawah di Gokayama terbuat dari batu dan tanah. Mereka dibangun dengan sangat hati-hati, dan membutuhkan keterampilan dan kerja keras yang luar biasa. Teras-teras ini memiliki bentuk yang berbeda-beda, tergantung pada kemiringan lereng dan kondisi tanah.
Sepanjang tahun, sawah-sawah di Gokayama berubah warna. Pada musim semi, sawah-sawah ini berwarna hijau segar. Pada musim panas, sawah-sawah ini berwarna hijau kekuningan. Pada musim gugur, sawah-sawah ini berwarna kuning kemerahan. Pada musim dingin, sawah-sawah ini berwarna putih karena tertutup salju.
Sepanjang tahun, sawah-sawah di Gokayama menjadi objek wisata yang populer. Banyak wisatawan yang datang ke Gokayama untuk menyaksikan keindahan sawah-sawah ini.

     Aku sungguh senang hidup di pertanian, aku membantu keluarga Yuta menanam kentang, padi dan gandum.
Jepang sangat kuat dengan tradisi tradisi nya. Tradisi Hatsuhanbon adalah ritual menanam padi pertama yang dilakukan pada musim semi. Ritual ini biasanya dilakukan oleh petani bersama dengan anggota keluarga dan teman-teman.
Tradisi lain yang juga terkenal adalah Taue. Yakni ritual menanam padi yang dilakukan secara berkelompok. Ritual ini biasanya dilakukan oleh para petani muda. Termasuk aku, Hiro dan istrinya serta Aiko.
Sungguh aku bersyukur dan senang tinggal dengan keluarga Yuta serta keakraban desa Gokayama. Aku sangat bahagia.

     Yuta pulang seminggu sekali, di hari Jumat malam dan kembali ke Tokyo saat Senin subuh.
Kehidupan pernikahanku dengan Yuta juga sangat membahagiakan. Kami saling mengisi satu dengan yang lain. Yuta memperlakukan aku dengan sangat luar biasa, menghormati dan sering menyanjungku. Kata kata pujian Yuta padaku, sangat sering diucapkan di depan keluarga, seperti cantik, sempurna, wajah bidadari dan sebagainya. Aku jujur menyukainya, walau aku selalu tersipu malu dihadapan keluarganya.
Yuta, bagiku merupakan suami ideal yang aku punyai. Matang, perhatian dan penyayang.
Bila bertemu, malamnya pasti aku dipijit oleh beliau, dimanjakan beliau dan yang pasti diberikan sesuatu sensasi sensasi yang selalu luar biasa. Itulah kehidupan cintaku bersama Yuta suamiku yang berdarah asli jepang. Yang tidak pernah terbayangkan saat aku masih gadis, di Indonesia 2 tahun silam. Aku bahagia sangat bahagia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun