Mohon tunggu...
Sam Junus
Sam Junus Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Konten kreator, Penulis, audiostory, genre : romans, drama rumah tangga dan horor.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Ungkapan Annisa

15 Januari 2024   21:45 Diperbarui: 16 Januari 2024   00:00 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Annisa oleh Sam Junus

Dikisahkan oleh :

Annisa dari Singapore 

     Namaku  Annisa, saat ini aku tinggal di sebuah apartment di Singapore.
Selama kuliah, aku tinggal di adik mamaku yang paling kecil, yakni tante Anita. Aku menemani tante Anita yang baru saja berstatus janda tanpa anak. Tante An bekerja sebagai sekretaris diperusahaan multinasional. Tante An pisah dengan suaminya setelah menjalin rumah tangga selama 3 tahun tanpa membuahkan momongan.

     Selama numpang, aku  bantu tante An, panggilan akrabku ke tante Anita.
Tugasku, memasak nasi, dan bersihin rumah. Serta membuka jendela dan korden di pagi hari. Tante An biasa bangun siang.
Masuk kerjanya tante An tidak mengikat. Kadang pagi pagi sudah berangkat, tapi sering kali siang, jam 10 baru keluar rumah.
Tante An baik dan ramah padaku. Sehingga semua berjalan baik baik saja.

Berjalan 3 tahun, semua normal. Memang aku tahu, tante An sering bepergian dengan laki laki. Mungkin pacarnya, aku sendiri tidak ambil peduli akan hal itu.
Ada beberapa yang sempat tante An perkenalkan denganku.

     Setahun terakhir ini berbeda dan ini lah kisahnya.
Awalnya, saat aku ulang tahun, tante An, mentraktir aku di sebuah rumah makan. Namun tante An, bersama temannya sebut saja om Han.
Penilaianku,
Memang om Han, bila dibandingkan dengan pacar pacar tante An yang sempat aku kenal,  banyak kelebihannya.
Om Han lebih muda dari tante An, saat ini usia tante An 32 tahun. Om Han, perkiraanku masih belum 30 tahun. Om Han perlente, ganteng dan gagah. Sedikit pendiam, namun suka diskusi panjang lebar. Senyumnya om Han memang meluluhkan. Kadang aku ada rasa nyaman dan suka saat om Han tersenyum.
Dari penampilannya hingga mobilnya, aku menduga, om Han orang berada. Untuk statusnya aku sendiri belum tau saat itu.
Intinya kami makan dengan happy, pembicaraan tidak henti hentinya, apa lagi om Han senang melempar suatu topik yang kemudian kami diskusikan bertiga.

     Om Han juga satu satunya laki laki yang sering kerumah.
Bahkan setelah hubungan mereka sudah lebih dari satu bulan. Om Han kadang masuk kamar tante An, dengan pintu sedikit terbuka, mereka bercanda dan ngobrol di dalam kamar.
Aku sendiri tidak pernah menggubris apa yang mereka lakukan. Aku juga tidak pernah cerita pada mamaku.

     Hubungan terlama tante An dengan seorang pria, adalah dengan om Han ini.
Kini, pintu kamar sudah tertutup, tidak terbuka sedikit seperti diawal awal. Dalam hatiku tertawa karena mereka semakin dalam saja. Tapi tetap aku tidak mencampuri urusan mereka. Om Han kadang pulang dini hari, aku sering terbangun oleh suara mesin mobilnya.
Pukul 2 dini hari. Aku hanya senyum sendiri.

Suatu malam hal yang tidak terduga terjadi.

Baca juga: Namaku Gee

     Penyelesaian skripsiku, kadang menguras kejenuhanku. Beberapa revisi yang aku harus bolak balik ganti.
Sehingga suatu malam aku tertidur di lantai kamarku. Perkiraanku saat itu pukul 22.00 dan terlalu lelah, akupun terlelap.
Di lantai hanya beralaskan boneka beruangku yang besar.
Aku biasa bila dikamar, memakai celana pendek dan kaos tipis berlengan pendek.
Malam itu, karena aku tertidur jadi kamarku tidak terkunci.

    Dini hari, aku merasakan ada seseorang yang menyentuh aku, lalu aku terbangun dan ...begitu terkejutnya aku. Om Han sudah duduk disamping kananku. Aku akan bangun, namun tangan om Han menahanku sambil jarinya memberi tanda agar aku tidak bersuara apalagi berteriak.
Jantungku berpacu, ada rasa ketakutan, rasa kaget. Namun jujur ada rasa sesuatu yang aku belum pernah merasakannya.
Aku katakan pelan, om sudah om, nanti Tante An marah. Om Han berbisik pelan bahwa tante An terlelap tidurnya. Lalu dia memeluk aku. Aku tak kuasa menahannya, sensasi yang membuat aku tidak dapat berfikir jernih. Aku hanya tersengal senggal saat bernafas, aku tidak dapat berbicara banyak. Tanganku memegang tangan om Han. Aku cengkeram tangannya.
Lalu om Han tersenyum padaku. Aku tidak dapat menanggapinya. Aku masih seperti setengah sadar.
Kemudian om Han mencium pipiku lembut dan berdiri perlahan.Tubuhku lunglai, aku kedinginan, aku berusaha naik ketempat tidurku, lalu aku ambil selimut dan masuk dalam selimut, saat om Han keluar dari kamarku dan menutupnya secara perlahan.

     Keesokannya, aku tidak dapat berpikiran jernih. Banyak hal yang berkecamuk dalam otakku. Semuanya, baik mengenai Tante An, mamaku dan om Han. Serta perasaanku, serta pengalaman sensasiku dan masih banyak lagi yang tidak dapat aku urai satu persatu. Termasuk perasaanku pada om Han. Aku analisa kembali, bahwa memang saat pertama kali berkenalan dengan om Han, aku merasakan desiran darah dan pacuan jantungku luar biasa. Namun aku sembunyikan dari Tante An.
Juga saat mereka berduaan di kamar, aku sendiri ada perasaan iri atau cemburu atau apalah. Sehingga aku selalu menyibukkan diri di kamarku.
Setelah kejadian malam itu,  kadang dini hari om Han ke kamarku. Bila terkunci, dia akan mengetuk pintuku.

     Om Han selalu mengatakan bahwa, dia lebih mencintai aku dari pada tante An. Namun dia juga tidak enak dengan tante An.
Om Han sendiri ternyata belum menikah. Dan memang dia sedang mempersiapkan ke arah sana. Tapi dia katakan padaku bahwa tidak dengan tante An.

     Singkat cerita, akhirnya akupun jatuh pada pelukan om Han. Kami sering janjian diluar. Dan om Han sudah jarang kerumah ataupun pergi dengan tante An.
Kadang aku merasa bersalah, kadang aku merasa menghianati tante An.
Namun semua perasaanku dengan om Han sudah sulit terbendung lagi. Aku hanya mencari cara agar tante An tetap tidak tahu semua ini. Sikapku juga seperti biasa saja.

Aku terkejut, saat hari kelulusan ku. Om Han mengatakan padaku, bahwa dia memberi hadiah sebuah kamar apartemen di Singapura dan suatu pekerjaan yakni di perusahaan teman akrabnya yang memiliki usaha di Singapura.
Om Han kasih target waktu, yakni maksimal tiga bulan setelah aku di wisuda, supaya aku berangkat ke Singapura, semua biaya dia yang tanggung.

     Dua bulan setelah wisuda, aku pamit pada tante An, bahwa aku sudah diterima kerja di Singapura dan diberikan sebuah kamar apartemen. Tante An wajahnya terkejut tapi girang juga dan bersinar wajahnya. Kemudian beliau menghubungi mamaku, untuk memberikan kabar ini.

Akhirnya aku mengucap terima kasih pada tante An dan pemit untuk berangkat ke Singapura.
Disana aku akan dijemput oleh om Han. Terima kasih om Han.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun