Mohon tunggu...
Sam Junus
Sam Junus Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Konten kreator, Penulis, audiostory, genre : romans, drama rumah tangga dan horor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku, Oma, Papa, dan Donny

12 Januari 2024   10:45 Diperbarui: 12 Januari 2024   10:50 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Lusiana oleh Sam Junus

Lembaran baru dalam kehidupanku.

Setelah aku mengenal bisnis dan management, kini aku mulai mengenal asmara.
Usiaku menjelang 26 tahun saat aku pertama kalinya mengenal seorang pria dan mulai masuk dalam kehidupanku. Namanya Donny, usianya diatas ku dua tahun.
Donny hampir mirip dengan aku, dia mengelola pabrik roti basah milik ayahnya.
Donny lah yang membesarkan pabrik roti ayahnya, hingga nama rotinya banyak yang mengenalnya. Donny pekerja keras, pemikirannya visioner ke depan. Orangnya matang dan dewasa. Sedikit bicara namun bijak kata katanya.

     Kami mulai menjalin asmara dan mulai memadukan pemikiran pengembangan bisnis kami.
Donny memiliki kontrakan juga, namun berlipat lipat banyaknya. Dia memiliki hampir dua ratus pintu kontrakan. Bahkan manager kontrakannya ada 5 orang.  
Aku dan Donny, sebenarnya dari produk yang sama. Kami terlalu intens di pengembangan usaha orang tua, sehingga canggung dalam asmara. Kami sering tertawa berdua. Seperti saat kami akan pertemuan pertama, kami sama sama grogi. Sehingga banyak salah tingkah. Saat ciuman pertama juga kami mengalami kesulitan, sehingga kami jadi tertawa berdua.Aku dan Donny berpacaran saling mengenal selama tiga tahun. Kami merencanakan menikah.

     Singkat cerita menjelang pernikahanku, omaku demam tinggi. Tapi Oma tetap minta tidak dibawa ke dokter apalagi kerumah sakit.
Dari dulu, Oma bila sakit, hanya membuat ramuan dari rempah rempah, sebagai herbal. Memang tidak instan sembuh, namun selalu sembuh dengan baik. Sehingga Oma tidak pernah menyentuh obat kimia pabrikan. Kata Oma, efek dari obat kimia pabrikan itu jahat sekali, bisa merusak organ tubuh kita yang lainnya. Oma juga rajin senam pagi di halaman depan. Berjemur matahari pagi. Serta Oma masih melakukan pekerjaan rumah,  seperti membersihkan lantai, menyikat kamar mandi. Bila aku mau gantikan, alasan Oma selalu sama, Oma mencari keringat. Itulah omaku yang jarang makan daging tapi buah dan sayur selalu menjadi menu utama setiap haKini omaku telah memasuki usia 78 tahun saat akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Oma hanya flu biasa selama 5 hari dan pagi dini hari dia memeluk aku, mencium aku. Kemudian tidur selamanya. Aku sedih, aku menangis sejadinya di pelukan papa saat pagi itu papa memberitahuku bahwa Oma sudah meninggalkan kami dengan tenang.
Aku masih berkeinginan Oma melihat aku menikah dengan Donny, ingin melihat anakku kelak. Semua itu tidak dapat terjadi.

     Singkat cerita 2 bulan setelah Oma meninggal, aku dan Donny menikah. Hanya papa dan adik serta kakak papa sebagai pendamping keluargaku.
Orang tua Donny yang membiayai semua pernikahan kami. Mereka bangga dengan Donny, anaknya yang dapat meneruskan usahanya.
Aku bahagia, pernikahanku tidak pernah aku lupakan. Aku menangis saat sujud dihadapan papa. Karena papa tidak menikah demi membesarkan aku. Aku juga teringat Oma yang dengan telaten dan sabar mendidik aku. Kini aku menjadi pebisnis seperti yang papa inginkan. Papa gigih mengajari aku cara mengelola bisnisnya dengan sabar saat awal aku terjun mengelola produksi mie.

     Bulan madu aku bersama Donny memilih pergi ke Spanyol. Kami habiskan satu Minggu disana.

     Kami hidup bahagia hingga kini tanpa diterpa permasalahan yang besar. Kami berdua harmonis membimbing anak anak kami. Yang pertama laki laki kini berusia 6 tahun dan yang ke dua perempuan kini berusia 2 tahun.
Terima kasih Oma, sudah banyak memberikan pelajaran hidup dengan penuh kesabaran dan menanamkan padaku untuk selalu berfikir dan berpandangan positif. Terima kasih papa, yang telah memberi contoh pengorbanan seorang ayah demi anaknya. Juga disiplin dan ketegasan yang aku contoh dari papa. Serta memberikan aku anaknya aset bisnis yang hingga kini menjadi besar, sekarang sudah tembus pasar internasional. Produksi tahu papa masih tapi memang tidak terlalu besar, namun sudah hampir seluruh Jawa Bali menjadi marketnya.
Terakhir, aku bersyukur mendapatkan Donny, suamiku yang sangat sayang padaku, suamiku orang yang bijak dan bertanggung jawab, serta humoris di keluarga kami.
Aku peluk suamiku, aku bisikkan ditelinga nya, aku sayang Donny hingga akhir hayat ku......

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun