Dikisahkan oleh :
Lusiana
   Sejak kecil aku diasuh oleh papa dan omaku. Aku anak tunggal, yang tinggal di rumah kuno, tapi luas. Halamannya besar, baik di depan rumah maupun di belakang rumah. Aku suka bermain sendirian di halaman. Aku kecil suka berkhayal karena tidak memiliki teman. Semua bonekaku, aku beri nama dan ada sejarahnya masing masing. Papaku cukup berada, walau rumah kami sedikit masuk ke dalam gang atau kampung orang menyebutnya, namun paling luas diantara tetangga sekitar.
Papaku orang yang disegani di daerah ku. Karena papa berjiwa sosial, suka membantu warga yang kesulitan. Bila ada yang meninggal, kebiasaan papa adalah menyumbang dengan cara membelikan peti jenasah dan sewa tanah kuburan di dekat daerah kami.
Untuk warga yang sakit, papa yang membawa ke rumah sakit atau meminjamkan mobilnya untuk di pakai.
Kami memiliki dua buah mobil.
Oma ku yakni mama dari papaku, masih kuat walau usianya sudah diatas tujuh puluh tahun.
Aku dirawat beliau sejak kecil. Dari disuapi hingga cara memakai sepatu. Omaku sabar, jarang marah, apalagi memukul aku. Aku kesayangan beliau.
   Mengenai mamaku, aku gelap. Tidak pernah ada foto dan tidak pernah ada cerita. Semua menutup tentang mamaku.
Banyak yang bilang secara bisik bisik, bahwa aku anak angkat, anak adopsi dan lainnya. Aku tidak tahu, akupun tidak begitu peduli mengenai keberadaan mamaku yang aku anggap gelap.
   Papa punya dua usaha yang cukup besar namun agak jauh dari rumah tinggal kami.
Yang awal adalah produksi tahu basah dan kembang tahu kering, berikutnya adalah produksi mie kering dan basah.
   Aku bertemu papa hanya pada malam dan hari libur.
Papa berangkat kerja pukul enam  dan pulang pada pukul dua puluh.
   Sejak SMA kelas 10 papa sudah mewariskan ke dua usahanya padaku. Semua atas namaku. Harapan papa aku kelak melanjutkan usaha papa. Begitu kelas dua belas, aku sudah mulai diperkenalkan papa mengenai management kedua pabrik papa tersebut.
Namun aku lebih sering  di pabrik mie kering dan basah dibandingkan dengan pabrik tahu. Aku tidak begitu tahan, karena bau nya kurang enak dihidungku.
   Lulus SMA, aku total terjun mengelola pabrik mie. Papa yang mengelola pabrik tahu. Aku tidak kuliah, namun aku memperdalam mengenai management, sumber daya manusia, dan marketing.Aku berusaha mengembangkan pabrik mie papa.Â
   Hasil evaluasi satu tahun, sejak aku pegang mengalami growth 27%  dengan profit diatas target.
Aku ingin menyenangkan hati papa. Aku tidak lelah kerja siang hingga malam demi mengembangkan pabrik mie tersebut.
   Memasuki usia 25 tahun. Pabrik mie sudah menjadi besar. Growth dari awal aku pegang hingga saat ini mencapai 238 %. Profitnya sangat renyah. Perluasan pabrik dan pembelian mesin terus aku lakukan.
Aku dapat membeli mobil sendiri, dan aku investasikan hasilnya pada kontrakan. Kini aku telah memiliki 50 pintu kontrakan. Semuanya ada disekitar rumah. Aku percayakan manegerialnya pada mas Rudy. Dia lah yang mengelola dan mengembangkan kontrakanku.
Aku juga joint dengan papa untuk buka pemancingan dan kolam renang perumahan. Ada 5 lokasi pemancingan dan 3 kolam renang perumahan. Yang mengelola adalah mas Bandi untuk kolam renangnya dan mas Ahmad untuk pemancingan nya.