Mohon tunggu...
Sam Junus
Sam Junus Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Konten kreator, Penulis, audiostory, genre : romans, drama rumah tangga dan horor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Namaku Gee

7 Januari 2024   14:15 Diperbarui: 7 Januari 2024   14:28 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kini aku telah memiliki usaha, kini hidupku sudah berubah drastis. Aku akhirnya menikah bukan dengan Evan, namun dengan seorang duda yang ditinggal meninggal istrinya dan membawa seorang anak perempuan Angel namanya. Usianya masih 6 tahun.

Aku menggantikan posisi mama buat Angel. Aku berniat tidak memiliki anak sendiri. Namun membesarkan A

Gambar Gee oleh Sam Junus
Gambar Gee oleh Sam Junus
ngel.Pernikahanku inilah yang membuat aku berubah haluan. Perhatian dan kasih sayang yang aku temukan pada suamiku.Beda dengan suamiku sembilan tahun, aku banyak belajar tentang hidup, aku banyak di bentuk tentang pentingnya nama baik. Sebagai pengusaha aku sekarang sangat menghargai nama baik. Aku beralih menjadi wanita baik baik, hal buruk sudah berlalu. Kebebasan sudah tidak menjadi tujuanku.
Aku ceritakan semua ini pada mama. Banggalah mama pada Gee yang sekarang telah berubah.

Mama, aku sekarang menyesal atas kelakuanku masa lalu. Aku teriakkan agak keras. Agar aku sendiri sadar dan berubah menuju yang baik.

Mama dulu sempat menanyakan, apa masalahku sehingga aku berbuat yang tidak tidak. Kasih sayang baik baik, keuangan baik, fasilitas semua tercukupi. Otak aku selalu dapat pujian atas nilai nilaiku yang tinggi. Wajah dan badan semua baik baik. Saat itu aku jawab ke mama, seandainya aku dapat mengulang lagi kehidupanku, aku tidak lakukan seperti Gee remaja hingga dewasa awal yang tidak memperhatikan nama baik, hanya mengejar kebebasan serta mencoba apa yang ditemuinya.

Aku membayangkan mama memeluk aku, papa memeluk aku dan mencium keningku seperti kebiasaan papa padaku. Aku mencintai papa dan mama. Sambil aku usap air mataku.

Bunga terakhir yang masih ada ditanganku, aku cium dan aku letakkan persis di tengah kuburan mama. Dan aku berpamitan pada mama. Bersamaan dengan datangnya rintik hujan yang menyentuh kepala dan tubuhku.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun