Mohon tunggu...
Sam Junus
Sam Junus Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Konten kreator, Penulis, audiostory, genre : romans, drama rumah tangga dan horor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hanya 8 Menit (Bagian 3)

3 Januari 2024   06:45 Diperbarui: 3 Januari 2024   06:49 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Winda oleh Sam Junus

Tiba tiba, aku terbayang pertemuan terakhirku dengan pak jantan. Ingat tangan kananku digenggamnya, jari jariku di mainkan dan aku merasa nyaman, menjadi netral kembali perasaanku. Aku tersenyum sendiri.

Setelah makanku selesai, saat minum, mas Satrio sudah memanggilku lagi dengan nada tidak sabar.
Sebelum aku masuk ke kamar, aku sempatkan melihat ponselku. Pukul 21.44. lalu aku masuk.
Aku katakan pada mas Satrio untuk santai dan mesra agar lebih romantis.

Jawabnya sungguh mencengangkan kan aku. Pintanya malah sesegera dan secepat mungkin, karena sudah tidak tahan. Astaga naga apakah aku hanya suatu tempat saja?! akhirnya seperti biasa, semua dilakukan dengan buru buru, tanpa banyak kata dan.....finish.

Kemudian seperti biasa, mas Satrio jika sudah selesai akan mencium pipi atau keningku sambil berkata, Win terima kasih, secara mesra dengan penuh kepuasan, penuh kemenangan atas keegoisannya. Saat itu aku anggukkan kepala sambil melihat ponselku. Pukul 21.52. hah? Hanya delapan menit. Lalu tepat pukul 22.00, suara dengkuran mas Satrio sudah terdengar.

Berarti kemenangan keegoisan mas Satrio hanya perlu waktu lima belas menit. Aku tertawa sendiri.

Atau jika dibalik, maka aku hanya diperlukan oleh mas Satrio selama lima belas menit untuk menenangkan dan membuat happy perasaannya.

Aku, meneteskan air mataku. Apakah seperti ini kah pernikahan yang sejati? Hatiku memberontak, pasti tidak. Tapi...apa dayaku?
Aku berusaha mengalihkan, namun tetap perasaanku tidak dapat aku tutup tutupi terus menerus.

Suara dengkuran kepuasan mas Satrio semakin keras, menandakan suatu kenyamanan tidur yang sangat diidamkan nya. Hatiku semakin sedih, hatiku terasa tersayat kembali. Lalu aku menghilangkannya dengan menekan dan mulai membayangkan elusan tangan pak jantan pada jari kananku. Dibuatnya main jari jariku. 

Aku peluk beliau dan aku cium pipi kirinya. Sungguh luar biasa, membuat hatiku bergejolak, aku merasakannya, semuanya, sentuhannya, sensasinya serta ending yang membuat aku happy, aku bahagia, aku tersanjung. Akhirnya, seakan aku menemukan obat penenang untuk menenangkan luka perasaanku setiap mas Satrio meminta.

Itukah perasaan yang sebenarnya? Bukan, aku tahu itu hanya kepalsuan belaka. Hanya bersifat sementara. Tetap perasaanku yang terdalam selalu menjerit bila, mas Satrio mengatakan, Winda, terima kasih....lalu dia mendengkur dengan penuh kemenangan dan kepuasan.

Hati kecilku memberontak, hati kecil memohon, agar aku menyudahi malam malam seperti itu. Meminta aku untuk do action,  tapi aku tidak berani. Untuk apa? Menghubungi pak jantan??,. Aku hanya pasrah menanti perkembangan beliau menghubungi aku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun