Mohon tunggu...
Sam Junus
Sam Junus Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Konten kreator, Penulis, audiostory, genre : romans, drama rumah tangga dan horor.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Cintaku Jatuh di Salon

1 Januari 2024   10:15 Diperbarui: 1 Januari 2024   10:27 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Adelia dan Farhan oleh Sam Junus

Dikisahkan oleh :
Adelia

     Hidup memang tidak dapat ditebak. Aku Adelia memiliki kehidupan yang bahagia, ingin aku bagikan agar dapat dipetik hikmahnya.
Aku bersyukur, karena dilahirkan dari orang tua yang sukses secara finansial. Dari kecil hidupku sangatlah mewah. Sekolahku di sekolah favorit yang cukup mahal. Segala keperluanku tercukupi bahkan berlebih.
Hingga remaja aku menikmati semua fasilitas dari orang tuaku. Ayahku memiliki 3 perusahaan besar, ibuku pun memiliki sebuah perusahaan yang cukup berkembang.
Setamat SMA, aku kuliah bisnis di Singapura. Aku juga bekerja di sana, dengan pendapatan yang bagus, aku tabung untuk persiapan usaha di Indonesia.

     Aku pernah mengalami kegagalan cinta saat kuliah di Singapura, ternyata pasanganku tidak setia. Aku telah move on dan sekarang aku telah lulus, saat ini aku kembali ke Indonesia serta berencana membuat usaha kue.

     Perjalanan waktu aku berkenalan dengan seorang pemuda, lebih muda usianya dua tahun dariku. Pendidikan akhirnya adalah SMA. Dia pernah menjadi peserta kursus potong rambut secara gratis yang diselenggarakan oleh salon terkenal. Mengapa ikut kursus gratis? Memang yang dia arah adalah gratisnya, karena tidak ada dana untuk yang berbayar. Sedangkan bidang potong memotong, bukan tujuan sebenarnya. karena tidak memiliki ketrampilan apapun.
Setelah lulus dan mendapat sertifikat, diapun kerja di salon. Saat itulah aku berkenalan.
Dia sempat curhat bahwa bukan tempatnya dia di salon, namun satu satu nya keahlian adalah berhubungan dengan salon.
Mengapa aku tertarik? Nilai apa yang ada padanya sehingga aku tertarik? Teman temanku pada tidak habis mengerti.
Mereka mengatakan bahwa, aku cantik, dia biasa saja, ukurannya ya lumayan untuk wajah dan body. Lalu, pendidikan ku tinggi dan lulusan luar. Dia hanya tamatan SMA dan tidak ada keahlian, dan mendapat keahlian baru secara gratis dan itupun hanya tukang potong di salon. Perbedaan usia, dia masih lebih muda, dimana biasanya calon suami lebih tinggi usianya minimal sama.
Kemudian kata temanku. Perbedaan yang paling jelas sekali adalah, latar belakang ekonomi keluarga.
Aku tidak memandang itu semua, yang aku rasakan ada suatu perasaan yang sulit digambarkan serta ada kenyamanan berdiskusi dengan dia.

Baca juga: Disaung Yang Sama

     Namanya Farhan, usianya 23 tahun. Keluarganya dari keluarga pas pasan secara ekonomi.
Akhirnya, aku dan Farhan mengucap janji, saling setia dan kami jadian. Aku tidak pedulikan dengan cibiran teman temanku.
Yang pertama adalah, aku ajari Farhan setir mobil, agar dapat membawa  Honda jazz ku, supaya bila hang out, bukan aku yang pegang kemudi tapi dia yang bawa.
Kedua, aku alihkan dana rencana usaha kue ku ke usaha salonnya Farhan. Untuk membeli sebuah ruko dipinggir jalan serta perlengkapan salon. Persiapan telah matang dan kami hunting mencari lokasi.

     Selama 3 hari kami belum mendapatkan lokasi yang tepat.
Hal Itu karena Farhan masih sambil bekerja di salon, sehingga waktunya terbatas. Akhirnya aku minta dia, untuk lepaskan salon tempat dia kerja dan fokus mencari lokasi serta persiapan membuka salon. Dia pun setuju. Kami mulai hunting lagi dengan rentang waktu yang cukup panjang.
Akhirnya, kami mendapat lokasi yang sangat strategis, harganyapun terjangkau dan luasnya sesuai dengan target kami, termasuk halaman untuk parkir pelanggan. Kami mulai tahap renovasi. Tapi ada hal tidak terduga.

     Aku di panggil ayah dan ibuku. Mereka telah dengar tentang aku yang memiliki pacar seorang tukang potong rambut.
Aku kemukakan pada mereka dengan kejujuranku. Mengenai usaha kami kedepannya, mengenai perasaan kami. Namun aku paham, gengsi yang menutup itu semua. Orang tuaku merasa malu, karena ada ketidak seimbangan antara aku dan Farhan. Intinya seperti masukan teman temanku.
Kali ini, aku tetap pada pendirian ku. Orang tua ku tiba tiba marah padaku. Dan melepaskan aku saat ini, serta mereka mengatakan bahwa bila kelak menikah, mereka tidak akan merestuinya, apalagi merayakannya. Hatiku terasa disayat, namun aku tegarkan diriku.
Aku tidak pernah menceritakan pendapat teman dan orang tuaku pada Farhan. Kami tetap berjalan dalam pembangunan salon kami.

     Aku melihat kegigihan Farhan, saat mencari lokasi, membangun dan menata serta membeli peralatan salon. Sungguh tidak meragukan pribadinya. Semangatnya tinggi, gigih pantang menyerah. Hanya masalah keterbatasan dana saja.
Walaupun aku gelontorkan dana pribadiku hampir 3 milyar, tapi aku percaya Farhan tidak akan mengecewakan aku.

     Apakah aku terlalu berspekulasi? Apakah aku tidak tahu bisnis? Sedang aku lulusan bisnis dari universitas luar negeri? Aku tidak ada keraguan sedikitpun. Semua sudah dalam genggaman rencanaku. Aku dan Farhan telah merencanakan mimpi besar kami. Target kami adalah 3 tahun. setelah berhasil tercapai, kami siap menikah.

     Soft Opening, selama satu Minggu, kami telah lewati dengan baik. Dalam soft opening, aku masih membantu rekrutmen karyawan, karena Farhan terjun langsung menangani pelanggan yang cukup signifikan menurut target kami. Memang di soft opening tidak masuk target penuh, hanya sembilan puluh dua persen, namun itu, telah memacu kami untuk mengevaluasi dan kami tingkatkan kembali kekurangannya.

     Grand Opening adalah puncak target kami, dengan penuh kerja keras, baik promosi, pembenahan dan lainnya. Saat grand opening, kami memberikan potongan istimewa dan berbagai hadiah yang telah kami siapkan dari dana promosi.
Dan " Boom " meledak, melebihi target pencapaian jumlah pengunjungnya. Jumlah pengunjung mencapai 123%. Walau secara margin terkuras sehubungan dengan banyaknya hadiah dan potongan serta promosi. Namun target pengunjung melebihi target.
Kami sangat senang, bahagia dan bangga atas hasil kerja keras dan upaya kami bersama. Baik saat suka maupun duka, selalu bersama dalam landasan cinta.
Pada tiga bulan pertama,kami evaluasi. Pencapaian target pengunjung masuk dan melebihi target. Profitnya pun melebihi target. wow..... kami tertawa bersama.

     Akhirnya memasuki bulan ke empat, seperti rencana kami. Selama lima belas hari, kami mempersiapkan sistem franchise. serta lima belas hari kemudian kami promo kan sistim franchise kami.
Bulan ke lima adalah waktu tersibuk kami, yakni kami menyewa tim telemarketing, mengadakan seminar, podcash, talk show dan berbagai acara yang berurutan hampir setiap hari.
Kami hampir kehabisan energi. Aku bangga dengan Farhan yang gigih tidak terlihat lelah, tidak terdengar keluhan yang serius. Kami terus mengobarkan semangat dan berpikiran positif. Saling dukung, sebagai suatu tim.
Kelincahan gerakan kami. Akhirnya membuahkan hasil. Di bulan ke enam kami telah mendapat dua belas franchisee. Kami melakukan kunjungan sehubungan franchisee kami sangat beragam kotanya.
Hingga akhirnya bisnis salon dan franchise  kami berjalan baik.

     Singkatnya, di bulan ke sepuluh kami telah memiliki enam puluh satu outlet diseluruh Indonesia.
Kemudian aku mulai mengontak teman teman ku yang di singapura. Mereka mendukung serta siap membantu.
Di bulan ke dua belas, kami mulai membuka di Singapura dan sebulan kemudian di Malaysia. Kami juga mulai membuka sistem franchise di Singapura dan Malaysia.

     Income kami semakin menguat, dan Farhan memeluk aku, aku sedikit terkejut, karena sangat tiba tiba. Aku katakan padanya, semua adalah kegigihan Farhan yang tanpa mengeluh dan tanpa lelah. Air mata haru Farhan menetes. Akupun ikutan larut dalam keharuan.
Farhan mengatakan, jika dia tidak berjumpa dengan aku, mungkin saat ini dia masih menjadi tukang potong dari salon ke salon.

     Keteguhan cinta kita sangat terlihat, kekompakan saling support sangat kuat. Aku bahagia, aku bersyukur. Tanpa kami duga, ternyata ayahku mengikuti perkembangan kami. Aku mendapat panggilan untuk menghadap beliau.
Kini bukan sidang dengan kemarahan kedua orang tuaku, namun pelukan mengharu biru hatiku.
Awalnya ayah berdiri saat aku masuk ruangan dan langsung memeluk aku. Lalu ibu memeluk aku juga. Ibuku meneteskan air mata haru. Ayahku mengatakan kegigihan prinsipku merupakan titisan ibuku. Ayah secara singkat menceritakan saat ibu membangun perusahaannya. Dengan pemikiran matang dan kegigihan, akhirnya berdiri juga dan tiap bulan menghasilkan profit yang tidak kecil.
Aku bangga pada ayah dan ibuku. Aku katakan pada mereka, bahwa mereka tanpa sadar, memberikan contoh pada anak anak. Akupun mencontoh mereka, diusia muda ini ingin membangun perusahaanku.
Aku dan Farhan sekarang banyak waktu untuk jalan kesana kemari. Menikmati liburan dan mencari peluang bisnis untuk kami kembangkan.

     Saat pertemuan keluarga itu, aku minta ijin pada ayah dan ibu untuk menghadirkan Farhan calonku, cinta sejatiku untuk aku undang kerumah.
Hari Minggu malam, aku ajak Farhan makan malam di rumah. Kami makan berempat dengan orang tuaku.
Saat Farhan bertemu ayah, kata kata ayah yang diucapkan adalah, oo ini yang membuat anak gadis manisku jatuh cinta? Dengan senyuman lebar ayahku, seperti biasa. Farhan pun jadi kikuk di buat nya. Lalu ibu memeluknya dan mencairkan suasana dengan jokes jokes ibu yang khas.
Selesai makan, kami membicarakan rencana ekspansi untuk memperluas area salon kami. Ayahku dengan bijaksana mengelontorkan dana untuk masuk sebagai pemegang saham. Aku terkejut, sekaligus gembira.
Setelah urusan bisnis dan pengembangannya, yakni mulai akan import keperluan salon dan juga membuat skincare dan lainnya. Kini kami masuk pada acara pembicaraan kedepan. Baik mengenai lamaran, pernikahan dan tempat tinggal kami kelak.

     Akhirnya palu diketok, bahwa delapan bulan lagi kami menikah.
Lamaran akan disusulkan jadwalnya setelah Farhan berbicara dengan orang tuanya.
Untuk pernikahanku, Ibu siap menggelontorkan angka yang cukup fantastis. Dan disusul ayahku yang menggelontorkan dana untuk pembelian rumah.
Aku peluk ayah dan ibuku. Sungguh aku bahagia saat itu. Semua sudah selesai, semua sudah berjalan dengan baik. Tuhan sangat luar biasa, memberikan seseorang yang biasa biasa saja, namun penuh cinta dan dedikasi tinggi.
Setelah aku memeluk ibu dan ayah, aku memeluk Farhan yang hanya terdiam karena terlihat shock.
Aku mengatakan pada Farhan, janganlah membuat aku sendirian bahagia. Tapi berdua kita bahagia. Farhan tersenyum, penuh kebahagiaan, aku cium lembut pipinya. Aku mencintainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun