Mohon tunggu...
Sam Junus
Sam Junus Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Konten kreator, Penulis, audiostory, genre : romans, drama rumah tangga dan horor.

Selanjutnya

Tutup

Roman

Cintaku Jatuh di Salon

1 Januari 2024   10:15 Diperbarui: 1 Januari 2024   10:27 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Adelia dan Farhan oleh Sam Junus

     Akhirnya memasuki bulan ke empat, seperti rencana kami. Selama lima belas hari, kami mempersiapkan sistem franchise. serta lima belas hari kemudian kami promo kan sistim franchise kami.
Bulan ke lima adalah waktu tersibuk kami, yakni kami menyewa tim telemarketing, mengadakan seminar, podcash, talk show dan berbagai acara yang berurutan hampir setiap hari.
Kami hampir kehabisan energi. Aku bangga dengan Farhan yang gigih tidak terlihat lelah, tidak terdengar keluhan yang serius. Kami terus mengobarkan semangat dan berpikiran positif. Saling dukung, sebagai suatu tim.
Kelincahan gerakan kami. Akhirnya membuahkan hasil. Di bulan ke enam kami telah mendapat dua belas franchisee. Kami melakukan kunjungan sehubungan franchisee kami sangat beragam kotanya.
Hingga akhirnya bisnis salon dan franchise  kami berjalan baik.

     Singkatnya, di bulan ke sepuluh kami telah memiliki enam puluh satu outlet diseluruh Indonesia.
Kemudian aku mulai mengontak teman teman ku yang di singapura. Mereka mendukung serta siap membantu.
Di bulan ke dua belas, kami mulai membuka di Singapura dan sebulan kemudian di Malaysia. Kami juga mulai membuka sistem franchise di Singapura dan Malaysia.

     Income kami semakin menguat, dan Farhan memeluk aku, aku sedikit terkejut, karena sangat tiba tiba. Aku katakan padanya, semua adalah kegigihan Farhan yang tanpa mengeluh dan tanpa lelah. Air mata haru Farhan menetes. Akupun ikutan larut dalam keharuan.
Farhan mengatakan, jika dia tidak berjumpa dengan aku, mungkin saat ini dia masih menjadi tukang potong dari salon ke salon.

     Keteguhan cinta kita sangat terlihat, kekompakan saling support sangat kuat. Aku bahagia, aku bersyukur. Tanpa kami duga, ternyata ayahku mengikuti perkembangan kami. Aku mendapat panggilan untuk menghadap beliau.
Kini bukan sidang dengan kemarahan kedua orang tuaku, namun pelukan mengharu biru hatiku.
Awalnya ayah berdiri saat aku masuk ruangan dan langsung memeluk aku. Lalu ibu memeluk aku juga. Ibuku meneteskan air mata haru. Ayahku mengatakan kegigihan prinsipku merupakan titisan ibuku. Ayah secara singkat menceritakan saat ibu membangun perusahaannya. Dengan pemikiran matang dan kegigihan, akhirnya berdiri juga dan tiap bulan menghasilkan profit yang tidak kecil.
Aku bangga pada ayah dan ibuku. Aku katakan pada mereka, bahwa mereka tanpa sadar, memberikan contoh pada anak anak. Akupun mencontoh mereka, diusia muda ini ingin membangun perusahaanku.
Aku dan Farhan sekarang banyak waktu untuk jalan kesana kemari. Menikmati liburan dan mencari peluang bisnis untuk kami kembangkan.

     Saat pertemuan keluarga itu, aku minta ijin pada ayah dan ibu untuk menghadirkan Farhan calonku, cinta sejatiku untuk aku undang kerumah.
Hari Minggu malam, aku ajak Farhan makan malam di rumah. Kami makan berempat dengan orang tuaku.
Saat Farhan bertemu ayah, kata kata ayah yang diucapkan adalah, oo ini yang membuat anak gadis manisku jatuh cinta? Dengan senyuman lebar ayahku, seperti biasa. Farhan pun jadi kikuk di buat nya. Lalu ibu memeluknya dan mencairkan suasana dengan jokes jokes ibu yang khas.
Selesai makan, kami membicarakan rencana ekspansi untuk memperluas area salon kami. Ayahku dengan bijaksana mengelontorkan dana untuk masuk sebagai pemegang saham. Aku terkejut, sekaligus gembira.
Setelah urusan bisnis dan pengembangannya, yakni mulai akan import keperluan salon dan juga membuat skincare dan lainnya. Kini kami masuk pada acara pembicaraan kedepan. Baik mengenai lamaran, pernikahan dan tempat tinggal kami kelak.

     Akhirnya palu diketok, bahwa delapan bulan lagi kami menikah.
Lamaran akan disusulkan jadwalnya setelah Farhan berbicara dengan orang tuanya.
Untuk pernikahanku, Ibu siap menggelontorkan angka yang cukup fantastis. Dan disusul ayahku yang menggelontorkan dana untuk pembelian rumah.
Aku peluk ayah dan ibuku. Sungguh aku bahagia saat itu. Semua sudah selesai, semua sudah berjalan dengan baik. Tuhan sangat luar biasa, memberikan seseorang yang biasa biasa saja, namun penuh cinta dan dedikasi tinggi.
Setelah aku memeluk ibu dan ayah, aku memeluk Farhan yang hanya terdiam karena terlihat shock.
Aku mengatakan pada Farhan, janganlah membuat aku sendirian bahagia. Tapi berdua kita bahagia. Farhan tersenyum, penuh kebahagiaan, aku cium lembut pipinya. Aku mencintainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun