Dikisahkan oleh :
Susan
Susan namaku, kini aku berusia 26 tahun.
Bagi yang pernah mengalami LDR pasti bisa merasakan.
   Aku peluk Anggi, sambil meneteskan air mataku. Pikiranku kosong, hatiku tidak ingin berpisah dengannya. Seperti janji kami selalu akan bersatu, namun.....akupun bimbang.
Anggi, melepaskan pelukkanku secara perlahan. Mengusap air mataku. Anggi membisikan, bahwa kelak Susan pasti dapat pria pilihan yang dapat membahagiakan Susan.
Aku menangis sejadi jadinya.
Perkenalan awal dengan Anggi adalah saat kami kuliah. Kami satu kampus dan satu fakultas. Selama dua tahun, saat masih kuliah, aku menjalin hubungan dengan Anggi.
Semua sudah perfect bagiku. Anggi orang yang perhatian, ceria suka diskusi, smart dan tampan.
Sebenarnya banyak yang suka padanya, namun aku beruntung Anggi memilih aku.
Selama 2 tahun kami jalan, semua indah, semua baik dan semua terasa romantis. Banyak tempat tempat menjadi kenangan kami.
Waktu lulus, dan wisuda bersamaan kami masih menjalin dengan baik.
   Namun saat Anggi bekerja, disanalah pertama kali masalah timbul. Anggi ditugaskan ke Jepang, di kantor pusatnya.
LDR atau long distance relationship adalah hal yang aku tidak sukai. Namun harus menimpa aku.
Semua terasa baik baik saja saat Anggi dengan serius berjanji akan tetap setia. Bahkan mentargetkan hanya tiga tahun di Jepang, lalu akan menikahi aku.
Hubungan kami masih baik baik saja saat Anggi berangkat dan aku lepas di bandara Soekarno Hatta dengan pelukan dan ciuman.
   Hampir setiap hari kami video call, bercerita mengenai keseharian kami. Anggi memperkenalkan banyak hal mengenai budaya, makanan, public transportasion dan lainnya.
   Memasuki tahun ke dua. Cerita godaan wanita mulai masuk, namun Anggi selalu meyakinkan aku.
Akupun mengalami hal yang sama, akupun selalu ungkapkan pada Anggi. Memang kadang kami terjadi gesekan karena kecemburuan.
Pokoknya LDR bagiku adalah momok yang harus aku jalani dengan hati terpaksa.
Di akhir tahun kedua Anggi di Jepang, kami mengalami keributan yang cukup besar dan saling tidak menyapa hingga lima bulan lamanya.
   Pada saat itulah, aku mengenal Andi, orangnya kalem dan penuh senyum menawan. Saat Andi mendekati aku, sempat terjadi dilema dalam hatiku. Akan lanjut terus dengan Anggi atau ganti haluan. Pikiran itu terus menggodaku.
Andi semakin maju mendekati aku dengan banyak cara yang membuat aku semakin simpati padanya.
Hobby kami sama, yakni nonton film, kami selalu berdiskusi, cerita dan mereview film. Bahkan Andi membuat channel YouTube khusus untuk mereview film bersamaku.
Kami dapat bertahan hingga pagi dini hari untuk mendiskusikan, menonton, mencari bahan,. semuanya mengenai film. Terasa klop aku dan Andi untuk urusan film.
   Selama 5 bulan vakum dengan Anggi, situasi itulah yang membuat aku terbuai dengan Andi. Walau secara hati masih dilematis. Namun kejadiannya sangat mengalir secara tidak sadar dan aku lepas kontrol. Saat kami mereview sebuah film romans, kami sama sama tertarik akan alurnya, sehingga, beberapa kali kami ulang dan ulang lagi. Di dalamnya ada adegan yang membawa suasana menjadi berbeda. Semakin sering diulang itulah yang membuat aku lepas kendali. Entah Andi memanfaatkan situasi ataukah memang dia terhanyut juga. Sehingga akhirnya semua terjadi, aku merasa terbawa dalam suasana film yang kami review. Aku mengikuti alunan nya dengan perlahan tapi pasti, semua suasana sangat mendukung, musiknya, pemerannya, gaya lembut mereka, serta suasana di pagi dini hari saat kami mereview bersama.
Membuat hanyut dan larut bersama Andi. Kami menikmati semuanya hingga jadi sebuah konten yang benar benar meledak saat itu.
Aku pun bahagia bersama Andi. Bahagia karena menghasilkan konten yang benar benar disukai.
Entah karena emosi kami masuk didalamnya, ataukah memang film tersebut sangat dahsyat alur cerita dan penggarapannya.
   Akhirnya beberapa kali kami review film dengan Andi, menjadi suatu kebiasaan yang semakin tak terkendali.
Aku jujur semakin menyukai, aku jujur semakin terlarut.
Masa vakum 5 bulan dengan Anggi menjadi sesuatu yang berbeda di hatiku. Aku dengan Anggi tidak pernah menjalani seperti yang aku lakukan dengan Andi.
   Akhirnya, masa vakum 5 bulan kami akhiri dengan perdamaian. Aku dan Anggi kembali menjalin hubungan seperti sebelum sebelumnya.
Namun tiba tiba Anggi membuat surprise, dengan datang ke Indonesia secara diam diam.
Akupun terperanjat. Akupun tersentak, karena ada Andi yang telah memiliki jadwal review bersama.
Berbagai alasan aku berikan pada Andi. Intinya penundaan pertemuan. Aku dan Anggi kembali menjalin kemesraan. Di hari Sabtu pagi, mendadak Anggi mengajak aku untuk berbicara secara hati. Aku sedikit terkejut dan tanda tanya besar dihatiku.
   Kami, pagi itu menuju pedesaan. Dengan serius Anggi mengungkapkan padaku, bahwa dia akan jujur mengungkapkan semua padaku apa yang terjadi.
Suasana jadi lebih menegangkan, masing masing membisu, Anggi mungkin sedang merangkai kata, aku ketakutan, nama Andi terendus oleh Anggi.
   Anggi dengan sedikit menunduk, memulai ceritanya.
Saat vakum 5 bulan, Anggi jujur padaku bahwa dia terjatuh pada pelukan seorang wanita Indonesia yang dikenalnya di Jepang. Anggi meneruskan, bahwa dia sebenarnya tidak mencintai namun suasana yang membawa pada keintiman semakin larut, akhirnya terjadi hal yang tidak diingini nya, lanjut Anggi.
Aku menundukkan kepala, aku berfikir, harus marah kah? Atau mengampuninya?
Sebab hal itu terjadi juga pada aku dan Andi.
Belum sempat aku ambil keputusan, Anggi mengatakan bahwa dia sudah tidak layak untuk aku. terlalu kotor untuk aku. katanya dengan nada sedih. Aku tercengang dan memandang wajah Anggi. Dia mengutarakan, lebih baik dia berpamitan untuk pisah denganku. Aku peluk Anggi, sambil meneteskan air mataku. Pikiranku kosong, hatiku tidak ingin berpisah dengannya. Seperti janji kami selalu akan bersatu, namun.....akupun bimbang.
Anggi, melepaskan pelukkanku secara perlahan. Mengusap air mataku. Anggi membisikan, bahwa kelak Susan pasti dapat pria pilihan yang dapat membahagiakan Susan.
Aku menangis sejadi jadinya.
   Aku menangis karena aku sendiri bimbang. Aku sendiri mengalami hal yang sama, namun aku juga benci jika Anggi melakukan hal itu dengan wanita lain. Di negara yang jauh, pantauanku akan sulit menjangkau.
Akhirnya, aku relakan Anggi pergi. Dengan pelukan dan air mata, kami berpisah.
Esoknya Anggi berangkat ke Jepang, tanpa hantaranku di bandara. Hanya voice note yang Anggi kirimkan padaku. Meminta maaf dan ucapan selamat tinggal. Lalu Anggi take off.
   Satu jam kemudian, aku usap air mataku, lalu aku kontak Andi untuk mengundang dia malam ini guna mereview film romans terbaru. Andi setuju dengan antusias.
Malam ini aku habiskan waktu hingga dini hari berdua mereview dengan Andi, juga menikmati suasana yang romantis. Andi tersenyum puas saat selesai. Akupun tersenyum puas, aku peluk Andi, kami tersenyum lalu tertawa berdua. Berharap konten kami meledak kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H