Mohon tunggu...
Sam Junus
Sam Junus Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Konten kreator, Penulis, audiostory, genre : romans, drama rumah tangga dan horor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pernikahan Kontrak

27 Desember 2023   08:45 Diperbarui: 27 Desember 2023   08:45 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

     Ada catatan, selama kami melakukan hal yang suami istri lakukan, ada perbedaan dengan yang aku pernah rasakan.
Agresivitasnya dan cara caranya sungguh berbeda. Walau aku pada awalnya merasa kurang pas, namun setelah kami jalani. Aku seperti terhipnotis. Aku sungguh merasakan hal yang luar biasa.
Aku pernah mencoba mencari tahu, mengenai cara cara yang dia lakukan padaku, aku googling mencari tahu akan cara yang belum pernah aku dengar itu. Namun aku tidak pernah menemukan jawabannya.
Penasaranku belumlah terjawab, aku menanyakan teman temanku, kakakku dan hasilnya tetap tidak ada jawaban yang memuaskan aku.
Akhirnya, aku tutup rasa penasaranku, aku ganti dengan meresapinya dalam dalam, saat aktivitas itu berlangsung. Aku menjadi seperti kecanduan dibuatnya. Ini pengalaman pertamaku dalam sejarah pernikahanku.

     Iskandar berhasil membujuk aku untuk membuat rumah kecil di belakang rumah induk. Disana ada tanah yang kosong seluas hampir lima puluh meter persegi. Saat ini hanya rumput liar dan pepohonan yang ada.
Lalu kami membangun rumah kecil ukuran sepuluh kali dua belas meter persegi.
Didalamnya hanya ada ruang tamu kecil dan sofa minimalis, kamar tidur ukuran empat kali lima, kami isi hanya springbed ukuran seratus delapan puluh kali dua meter. Tanpa lemari pakaian, hanya kulkas kecil dan pendingin ruangan. di bagian belakang dibangun kamar mandi dengan shower.

     Di bulan ke tiga pernikahan kami, Iskandar ijin mendirikan suatu perusahaan kecil bergerak dibidang broker properti. Setelah berdiri, aku merasa tidak jelas arah dan tujuan perusahaan tersebut. Namun aku biarkan, untuk menutup gengsi Iskandar saja.

     Pernikahan kami berjalan enam bulan lebih, saat rumah belakang jadi.
Ada permintaan lagi dari Iskandar, bahwa bila kami melakukan seperti yang biasa suami istri lakukan, sebaiknya di rumah belakang itu. Akupun menurutinya, aku mulai memperindah kamar rumah belakang. Sehingga memiliki nuansa romantis dan enak di pandang mata. Terjadilah seperti permintaan Iskandar, setiap ada keinginan, aku mengajak Iskandar ke rumah belakang. Dan setiap malam Jumat Iskandar menyendiri di rumah itu hanya diterangi dua buah lilin.

     Di bulan ke tujuh, Iskandar meminta seluruh kepemimpinan ku di perusahaan almarhum mas Syafeii di ubah secara notaris menjadi Iskandar yang memimpinnya dan kepemilikannya, tujuh puluh persen menjadi milik Iskandar, aku mendapat tiga puluh persennya. Alasan Iskandar adalah, karena aku wanita, Iskandarlah Imamku.

     Pernikahan kami memasuki bulan kedelapan.
Suatu malam aku bangun di tengah malam, aku seperti merasakan bahwa mas Syafeii hadir di dekatku, mengelus tubuhku dan merangkulnya dengan mesra, layaknya dulu beliau masih berada di sampingku.
Hal tersebut berjalan hampir satu jam lamanya saat aku merasakan kehadirannya. Semakin lama semakin seperti nyata. Saat almarhum berpamitan, aku seperti tersadar, bahwa ada yang tidak beres dalam pernikahanku yang ke dua ini.
Aku mulai sadar sepenuhnya, mulai terbuka secara rasioku. Aku menginventarisir pemikiranku malam itu di sebuah buku catatanku.
Pertama, mengenai asetku, terakhir ini beralih ke Iskandar pribadi.
Kedua, aku seperti ketagihan akan malam bersama dia, bukan keromantisan cinta, namun pemuas hasrat ku. Aku yang selalu menginginkan, merajuk, merayu dan lainnya yang sebelumnya belum pernah terjadi pada pernikahanku dengan almarhum.
Bahkan Iskandar tidak pernah meminta padaku seperti pada umumnya dilakukan para suami.
Ketiga, aku seperti selalu mengikuti kemauan Iskandar yang  sebenarnya aku tidak menyetujuinya, namun aku seperti tidak kuasa menolaknya.
Ke empat, aku jadi penasaran ingin tahu apa yang dilakukan Iskandar di rumah belakang setiap malam Jumat.

     Keesokan harinya, aku langsung ke notaris untuk membatalkan semua perjanjian yang belum aku tanda tangani. Lalu aku mengumpulkan pimpinan akunting dan audit untuk mencari penjelasan mengenai aset dan keuangan perusahaan mas Syafeii.
Hasilnya mengejutkan aku. Sudah lebih dari empat puluh persen keuangan dan aset berpindah ke perusahaan yang Iskandar dirikan.
Kemudian, di tengah malam jumat, sehabis hujan. Kira kira pukul dua puluh tiga, aku memberanikan diri untuk ke rumah belakang dan ingin tahu apa yang dilakukan Iskandar.
Aku mengendap endap, berusaha seminimal mungkin suara yang aku timbulkan, lalu aku menyelinap di pepohonan dan rerumputan dengan melepas sandalku. Sambil menyincingkan dasterku bagian depan agar tidak terkena cipratan dari genangan air.
Malam itu gelap pekat karena masih diselimuti mendung sehabis hujan.
Sesampainya aku dirumah belakang, aku melihat ke dalam melalui jendela. Dari sela sela korden tampaklah ...... astagafirullah allazim. Aku terkejut bukan main. Aku membalikkan badan dan lari kembali ke rumah induk.
Seumur hidup, aku baru melihat hal seperti itu. Aku gemetaran, pikiranku sudah tidak dapat normal lagi. Ketakutan yang amat sangat aku alami malam itu.
Aku melihat dikeremangan sinar 2 buah lilin. Wajah Iskandar  seperti seorang laki laki yang mengalami sesuatu hal yang memuaskan hatinya. Namun leher kebawah Iskandar berupa ular phyton yang besar.
Aku baru teringat, almarhum saat terakhir, tubuhnya seperti dililit ular, pernafasannya tercekik karena paru paru beliau seperti terlilit ular.

     Aku bergidik, lalu aku dengan badan gemetar mengambil kunci mobil dan secepatnya meninggalkan rumahku. walau aku belum tahu kemana tujuanku. Tiba tiba hujan turun dengan deras, aku percepat mobilku di kegelapan malam. Badan dan tanganku masih bergetar.
Tepat jam dua belas malam, hujan berhenti. Dikegelapan malam, aku melihat dengan nyata, sosok suamiku, almarhum mas Syafeii, lebih muda, tampan dan badannya bersinar.
Beliau tersenyum, membuat hatiku terasa damai, badanku berhenti dari gemetarannya, Kemudian beliau mengambil alih kemudi, aku bergeser ke samping.
Aku peluk mas Syafii, sambil mobil tancap gas. Tak lama kemudian, beliau mengatakan, bahwa pernikahan kontrak aku dengan Iskandar telah dia batalkan.
Alhamdullilah, aku bersyukur, aku tersenyum bahagia dan haru dipelukan almarhum suamiku.

     Semua terjadi pada angka 8. Suamiku meninggal saat kami mengarungi pernikahan selama 8 tahun, kemudian dengan Iskandar, usia pernikahan kami memasuki bulan ke 8. Dan terjadilah seperti yang aku saksikan, ternyata Iskandar bukan manusia, melainkan siluman ular. Pernikahanku dengan Iskandar adalah pernikahan kontrak dengan penguasa kegelapan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun