Mohon tunggu...
Sam Junus
Sam Junus Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Konten kreator, Penulis, audiostory, genre : romans, drama rumah tangga dan horor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hidupku Berakhir Bersamanya

23 Desember 2023   08:45 Diperbarui: 23 Desember 2023   08:50 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Syafira oleh Sam Junus

Dikisahkan oleh :

Syafira

     Namaku Syafira, aku berumur 20 tahun.
Ini merupakan kisahku yang aku alami sejak kecil sebenarnya, namun memang aku pendam sendirian.
Awal aku mulai mencatat adalah saat usiaku 7 tahun, pertama kalinya kaki kiriku tidak merasakan pasir, atau sesuatu yang menonjol saat aku menapak.
Kedua, pada usiaku 9 tahun, otot kakiku terasa lemah, namun aku sengaja untuk berlari larian, aku menjadi mudah lelah karena aku paksakan kakiku untuk berlari.
Ketiga, usia 12 tahun, aku selalu gagal untuk ikut loncat tinggi di sekolah, kakiku tidak mampu memantulkan badanku untuk melompat tinggi, sehingga aku pernah menangis gara gara kegagalanku melompati tiang yang sangat rendah hanya sepaha ku. Guru olah ragaku juga tidak perhatian kearah kakiku, hanya aku dianggap gagal melompat untuk ukuran yang rendah.
Aku pernah mengalami hal yang sepele namun cukup membuat jengkel. Yakni saat akan memakai kaos kaki, aku kesulitan karena kakiku tidak mau kompromi. Aku perintahkan lurus sedikit ke kiri, namun kakiku malah ke kanan. hingga menghabiskan setengah jam, hanya untuk memakai kaos kaki.
     

Usiaku saat itu 16 tahun. Mulai mengalami banyak keanehan pada kakiku yang semakin lama semakin menonjol dan membuat bingung aku sendiri.
Aku mengalami semua ini, tidak pernah sekalipun aku menceritakan pada siapapun. Baik orang tuaku, adikku dan guruku atau temanku.
Aku hanya tulis dibuku ku saat aku mengalami keanehan itu.

Baca juga: Mannequin

     Catatanku menumpuk, banyak keanehan pada kakiku sejak dari usia 7 tahun itu.
Yakni, kedua telapak kakiku tidak dapat merasakan apapun. Pernah aku panaskan diatas lilin saat mati lampu, tapi rasa panas api tidak terasa sama sekali di kedua telapak kakiku.
Kemudian, otot otot kakiku mudah lelah, ada perasaan enggan jalan jauh, atau berdiri lama. Kedua kakiku cepat lelah dan minta diistirahatkan dengan duduk atau tiduran.
Tidak dapat melompat tinggi seperti anak anak sebayaku. Aku selalu paling rendah lompatannya.
Olah raga merupakan pelajaran yang paling aku hindari. Untuk lari, pasti aku terbelakang, karena sudah kelelahan sendiri sebelum mencapai batas akhir.

     Perubahan yang paling aku rasakan adalah, kakiku tidak menurut perintahku.
Saat berjalan dengan teman temanku, bersamaan menuju ke depan, tiba tiba, aku dapat berjalan ke kanan sendirian, sehingga teman temanku mentertawakan tingkahku.
Aku sendiri tidak kuasa mengendalikan kakiku untuk kembali kearah temanku. Sehingga aku beralasan akan melakukan sesuatu dan aku memisahkan diri dari mereka.

     Semakin sulit aku mengontrol kakiku itulah yang menyebabkan aku menyerah. Aku katakan pada orang tuaku.
Lalu aku di bawa ke puskesmas yang ada didekat rumah, mereka memvonis ku terserang virus polio. Ibuku protes karena saat kecil sudah di suntik vaksin polio. Namun mereka mengatakan tetap dapat terkena.
Aku setiap hari minum obat polio. Tapi aku heran, tidak ada perubahan membaik, tapi semakin buruk. Aku semakin cepat lelah, saat jalan beberapa langkah, aku sudah harus duduk sekian menit untuk melanjutkan kembali.
Perjalananku ke sekolah dan sebaliknya sangat menyiksa, karena aku sebentar istirahat, padahal dulu dapat langsung tanpa istirahat.
Keherananku di puskesmas itu, yakni tanpa diperiksa apa apa. Hanya mereka mendengar ceritaku, lalu vonis polio itu turun.
Seakan akan mereka dokter yang ahli polio dan berpengalaman puluhan tahun, dengan hanya mendengar keluhan langsung dapat memberikan vonis.

     Aku kembali ceritakan pada orang tuaku kalau aku merasa tidak ada progres yang baik.
Namun sepertinya orang tuaku masih mempercayai mantri puskesmas dari pada anaknya yang jelas mengalami sendiri setiap harinya.
Atau aku dianggap masih ingusan padahal usiaku sudah menjelang 17 tahun.
Semakin lama semakin parah, aku mengalami kesulitan turun dari tempat tidur, selalu aku terjatuh ke lantai. Seolah kedua kakiku tidak kuat menahan beban tubuhku yang sebenarnya kurus. Pernah juga di kelas aku terjatuh dilantai saat hendak berdiri dari kursiku. Ada beberapa yang mentertawakan tapi beberapa membantuku.
Setelah aku kemukakan cerita tersebut pada orang tuaku, maka mereka membawaku ke dokter ahli tulang.
Kakiku di rontgen dan hasilnya mereka analisa. Dokter yang menangani aku menjadi dua yakni dokter ahli tulang dan dokter ahli syaraf. Aku dinyatakan, mengalami spina bifida, apa itu?
Spina bifida adalah kelainan pada tulang belakang dan sistem saraf yang terjadi saat janin masih dalam kandungan.
Akibatnya adalah  rusaknya syaraf syaraf pada otot kaki. lemah atau lumpuh, berdampak pada kemampuan bergerak dan sulit dikontrol oleh otak.
Sehingga diputuskan aku harus memakai kursi roda.
Setelah menerima vonis dari ahlinya, aku sempat mengalami down mental.
Aku merasa akan mendapat kesulitan dalam menjalani aktivitasku sehari hari.
Karena gerakku tidak dapat bebas lagi dengan adanya kursi roda, yang harus aku bawa kemana mana.

     Namun, aku mencoba mempraktekkan dari apa yang aku baca.
Saat awal aku menerima dan memakai kursi roda. Aku menyapanya dan memberi nama kursi rodaku. Setelah itu aku membayangkan dia ( kursi roda itu ) akan aku ajak ketempat yang menyenangkan. Pergi ke moll, jalan bersama teman akrabku dan aku perkenalkan pada semua temanku. Dengan masuknya pemikiran positif, akhirnya akan membawa hal yang positif.
Kini sudah hampir 3 tahun aku bersama kursi rodaku. Aku sudah nyaman, menyatu untuk kemana aku pergi, dia bersamaku.
Sungguh jauh lebih terbantu aku dengan kursi roda ini. Akhirnya aku hidup bersamanya.

Baca juga: Selingkuh

     Aku berkenalan dengan ibu Qoiry, perkenalan tersebut tidak sengaja. Pada waktu itu, aku sedang duduk di kursi rodaku sambil berjemur matahari pagi. Aku sambil membaca buku novel.
Tiba tiba dipangkuan ku,  kejatuhan bola plastik warna biru tua.
Ternyata milik seorang anak yang kakinya kecil sebelah. Lalu anak itu mendatangi aku dan meminta bolanya dengan sopan dan mengucap terima kasih. Sang ibu melihatnya dan menghampiri aku.
Lalu kami berkenalan dan berbincang banyak hal. Intinya ibu Qoiry ingin aku datang pada suatu perkumpulan sesama pengidap spina bifida.
Aku pun baru tahu akan hal itu. Aku setuju dan sangat semangat, aku merasa bahwa ternyata aku tidak sendirian.

     Singkatnya, aku kini telah enam bulan bergabung dengan kelompok kelainan syaraf spina bifida. Apa yang kami lakukan? Mengedukasi para ibu hamil. Mempersiapkan sedini mungkin bila memiliki anak menderita spina bifida.
Dan tugasku adalah memberi semangat anak anak muda usia 7 hingga 20 tahun, agar mereka tetap semangat, tetap berprestasi, tetap bersyukur, tetap merasa bangga akan diri sendiri.
Aku juga terpacu dalam prestasi akademik ku. Aku selalu masuk lima besar.
Dengan memberikan semangat dan menginspirasi anak muda, maka jiwaku selalu mengalami semangat yang berkobar kobar.
Aku akan terus memberikan testimoni, menyemangati dan menolong anak anak yang berprestasi namun memiliki keuangan terbatas. Aku tidak segan segan datang ke perusahaan untuk meminta sponsor atau sebagian dana CSR mereka, demi saudara, sebangsa dan anak bangsa yang memiliki kelainan spina bifida.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun