Mohon tunggu...
Sam Junus
Sam Junus Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Konten kreator, Penulis, audiostory, genre : romans, drama rumah tangga dan horor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Awal Selalu Membekas

19 Desember 2023   08:15 Diperbarui: 19 Desember 2023   08:16 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikisahkan oleh :

Winda

     Winda namaku, aku bulan ini tepat berusia 30 tahun, aku telah membangun rumah tangga dengan mas Satrio selama 4 tahun. Dengan dikarunia seorang putri, yang cantik, imut, cerewet dan lucu.
Mas Satrio meminta aku berhenti bekerja, saat hamil anakku.
Aku sebenarnya saat ini masih menjalankan pekerjaan, namun kini bukan kantoran lagi, tapi aku jualan online, hasilnya hanya sekedar untuk jajan aku dan anakku.

     Selama 4 tahun rumah tanggaku, semua berjalan dengan baik dan tanpa keributan yang berarti.
Hanya satu hal kekurangannya di mataku. Namun itu tidak berarti aku tidak mencintai mas Satrio. Yakni, kurang mesranya mas Satrio, seakan semua harus dilakukan dengan terburu buru. Tanpa adanya warming up. Wanita, mas Satrio anggap seperti hal nya pria, lari seratus meteran. Sedang aku, mirip pelari marathon, berlari..... berlari dan tiba tiba dia sudah tidur?.
Tapi bagiku itu bukan hal besar. Walau sempat kami bahas, namun menemui jalan buntu. Mas Satrio menganggap, dialah sang pengemudi, aku penumpangnya, yang tidak boleh berisik, nanti fokus pengemudi bisa buyar.

Baca juga: Selingkuh

     Pikiran itu sebenarnya sudah aku coba melupakan, mengalihkan bahkan menekan nya hingga tidak muncul lagi. Tapi semakin ditekan, semakin dihilangkan, semakin muncul lagi dan lagi. Aku sendiri heran.
Apa lagi jika mas Satrio sudah mengatakan," say, nanti malam ya ". Atau, "say aku tunggu di kamar ya". Aku menjadi gusar sendiri.

Mengapa semua ini mengemuka lagi?
Inilah yang aku alami.
Nomor WhatsApp asing ,terus menerus menanyakan kabar aku, bahkan tau namaku.
Setelah 6 kali, aku penasaran siapa sebenarnya dibalik nomor asing ini?
Ternyata dan ternyata. Dia adalah pak jantan ( aku samarkan ).
Siapakah beliau ? Dia adalah guru bantu saat aku SMA klas dua.
Waktu itu usiaku 16 tahun dan beliau 24 tahun. Saat itu beliau masih bujangan.
Pagi hari, beliau mengajar di sekolahku dan sore menempuh kuliah.
Peristiwa itu terjadi empat belas tahun silam. Saat awal aku mengenal beliau, aku sangat tertarik dan aku selalu mencari perhatian beliau, saat itu, aku gadis ceria yang aktif di banyak kegiatan sekolah.

    Kami mulai menjalin asmara ala gadis kecil. Walau hanya duduk berdekatan, aku merasa hal yang sangat menyenangkan.
Pada saat itu, sekolah kami akan mengikuti Jambore. Persiapan dan latihannya, beliau diperbantukan di kepramukaan.
Saat latihan terakhir, kami bertiga tersesat, aku, beliau serta Anita temanku.
Anita berbadan besar, sehingga mudah lelah. Aku dan beliau suka menemani Anita, karena sering tertinggal.
Tujuan kami adalah menemani Anita sekaligus berduaan. Namun kali ini, kami bertiga salah arah, dan tersesat.

     Hingga menjelang malam kami masih di belantara. Beliau sangat sigap, yakni membuatkan kami suatu tempat berteduh. Dan beliau akan menjaga kami sepanjang malam.
Malam itulah, aku menemani beliau agar tidak tertidur. Anita telah mendengkur. Intinya malam itu beliau menyentuh aku.
Saat itu aku memiliki suatu pengalaman pertama yang indah luar biasa.
Kami tidak melakukan apa apa, sehingga tidak ada suatu jejak apapun.

     Setelah aku lulus, aku dikirim ke Malaysia oleh keluarga ku untuk kuliah disana. Hilanglah jejak beliau. Hingga hari ini, beliau menemukan aku kembali.
Peristiwa empat belas tahun silam, seolah suatu ujian yang datang kembali dalam ingatanku, disaat rumah tanggaku kekurangan bagian tersebut.
Apakah ini puzzle yang telah lama hilang, lalu bertemu kembali?

Baca juga: Malam Jumat Kliwon

     Kemudian Aku jawab singkat chatt beliau...maaf pak, aku sudah menikah. Aku memiliki suami serta anak yang membuat hidupku kini bahagia. Maaf sekali lagi, bahwa semua yang telah lalu biarlah berlalu...........
Hormatku pada bapak, mohon dimengerti.

Salam Hormat, Winda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun