Saat selesai, aku mencari gayung dari kelapa tapi tidak menemukan. Aku merasa aneh. Saat aku masih mencari gayung, pintu kamar mandi di ketuk pelan tapi jelas. Aku katakan pada suamiku untuk sabar sebentar. Ketukan itu ada lagi dan lebih keras. Aku sedikit meninggi, aku katakan pada suami untuk sabar. Namun aneh, biasanya suami akan menjawab. Aku panggil panggil nama suamiku. Dan tepat tidak ada jawaban. Aku mulai merinding. Ketukan itu ada lagi yang membuat aku terperanjat, karena sangat keras sekali. Jantungku mulai berdetak keras, aku tidak bersuara, aku gemetar. Lututku sulit aku gerakkan.Masih dalam kondisi seperti terjebak, tiba tiba lampu kamar mandi mati. Aku tanpa pikir panjang membuka pintu dan lari ke kamar secepat kuda musteng.Â
   Sesampainya di kamar aku lega. Kemudian aku membangunkan suamiku. Suamiku terkejut, karena aku pucat, menggigil dan sulit bernafas. Dipeluknya aku. Lalu diambilkan air putih dan aku baru dapat bercerita pada dia. Dia bilang bahwa ketakutan itu dari diri sendiri. Aku ceritakan juga mengenai malam Jumat Kliwon. Suamiku tetap menganggap aku kecapean dan harus istirahat. Lalu suamiku yang gantian akan ke toilet. Sesampainya di toilet, suamiku tertawa kencang, katanya sambil berteriak, bahwa gayung kelapa ada di bak air. Mungkin karena coklat sehingga tidak terlihat. Aku makin gondok saja, ternyata aku yang salah fokus. Tapi dalam hatiku sebenarnya tetap meragukan hal itu. Suamiku teriak lagi, jangan dimatiin lampunya, aku tidak dapat melihat, katanya dengan nada tinggi. Aku langsung tersentak dan...aku menjadi menggigil. Aku peluk guling erat erat. Aku takut........Suamiku berteriak lagi, karena pintu tidak dapat dibuka, dia minta tolong aku membukakan dari luar. Aku takut keluar kamar, sehingga aku diam saja. Suamiku terus memanggil aku. Tapi aku takut...Karena rasa kasihan, akhirnya aku beranikan diri dengan menutup seluruh tubuhku dengan selimut, hanya wajahku yang terlihat. Aku terpaksa, dengan jantung berdebar, kaki menggigil, aku melangkah keluar kamar dengan mengendap endap.Â
   Setelah aku buka pintu kamar mandi, gantian suamiku yang berteriak sejadi jadinya, karena melihat aku berbalut selimut. Akupun terkejut dengan teriakan suamiku, akupun menjerit sejadi jadinya. Setelah itu kami berpelukan sambil tertawa, rasanya jantungku lepas, dan kembali normal saat dipelukkan suamiku. Kata suamiku, hantupun akan takut melihat aku berbalut selimut, lalu dia tertawa.
   Untung rumah ini jauh dari tetangga, jika berdekatan pasti banyak tetangga yang datang. Pada waktu kami akan kembali ke kamar, aku melihat di tiang ada tergantung kalender harian, dan aku kaget saat membaca bagian bawah nya. Tertulis Jumat Kliwon. Aku tanya ke suami, siapa yang merobek kalender itu? Suamiku pun heran, dan sobekan hari kamis berada di bawah. Biasanya kalau kami merobek sesuatu, sisa sobekan akan kami buang kesampah. Masih ada keanehan, saat suami keluar hingga sekarang, laptop dalam posisi mati serta semua kertas terlihat tertumpuk rapi. Seperti kebiasaan suamiku. Sedangkan saat aku melihat awal tadi sangat berserakan.
   Sepanjang malam itu hingga pagi, aku tidak dapat tidur. Suamiku yang janji menemani tapi hanya satu jam saja, setelah itu dengkuran yang menemaniku hingga pagi tiba. Keesokan harinya, aku ngotot ke suami untuk pindah ke hotel dan membiarkan uang kami hilang, daripada perasaanku tidak tenang.Â
   Akhirnya aku dan suami pamit pada pak Ben, beliau terkejut, karena mendadak selesai sebelum waktunya. Namun kami beri alasan yang masuk akal. Pak Ben pun paham dan mengucap terima kasih. Kami berpamitan, tapi sebelum kami melangkah, pak Ben menanyakan, apakah karena malam kemarin adalah malam Jumat Kliwon? Hatiku terkejut dengan kata kata pak Ben mengenai Jumat Kliwon. Aku menjadi penasaran, lalu aku tanyakan pada pak Ben, apa yang terjadi jika Jumat Kliwon? Pak Ben tersenyum dan mengatakan, yach kadang ada saja gangguan kecil kecil tapi semua baik baik kok. Aku langsung merinding, bukan kecil lagi bagiku pak. Kataku tapi hanya dalam hati. Aku lalu melepas senyum dan menyalami sekali lagi pada pak Ben dan mengucap terima kasih. Kamipun beranjak meninggalkan Kaliurang, dengan motor sewaan dan siap mencari hotel didaerah dekat Malioboro.
   Suatu pengalaman yang tak terlupakan, di malam Jum'at Kliwon di Jogja. Kami tertawa dan hal itu masih terkenang hingga kini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H