Mohon tunggu...
Sam Junus
Sam Junus Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Konten kreator, Penulis, audiostory, genre : romans, drama rumah tangga dan horor.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selingkuh

14 Desember 2023   18:45 Diperbarui: 14 Desember 2023   18:48 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Gambar Dian Kusumawati oleh Sam Junus

Dikisahkan : Dian Kusumawati

     Aku sedang dalam keadaan tidak baik baik saja, baru kali ini aku mengalami hal ini, aku coba menenangkan diri. Baru beberapa menit saja, sudah terbayang lagi. Aku jadi trauma.

     Awal mulanya adalah baik baik saja. Aku menikah dengan mas Priyo Wardono seorang akunting yang saat kami pacaran masih di level bawah. Setelah menikah mulailah karier mas Priyo naik. Kini setelah usia pernikahan kami sudah menjelang 8 tahun, kedudukan mas Priyo sudah menjadi chief accounting, dengan 8 anak buah.
Secara otomatis kesibukan mas Priyo semakin bertambah, kunjungan ke cabang-cabang yang banyak berada di Jawa dan Bali.makin sering dilakukan.
Hingga tahun ke 7 pernikahan kami, mas Priyo yang dulu aku kenal, masih sama seperti yang dulu.
Tapi terakhir ini, saat berada di tahun ke 8 ini. Perubahan banyak terjadi. Aku bahkan semakin lama semakin asing dengan mas Priyo.
Biasanya saat libur, beliau ajak aku dan anak kami yang hanya semata wayang, untuk menikmati liburan bersama. Bisa kulineran, bisa nonton, atau ketempat hiburan.
Kini hal itu sudah tidak dilakukan lagi. Bahkan bila aku atau anak kami memintapun terasa enggan dan banyak menolaknya.

Hubunganku di kamar pun sudah semakin dingin, dulu hampir sering dia memberi kode padaku untuk persiapan malam.
Aku paham sekali dengan kode-kode yang dikirim mas Priyo.
Tapi sekarang, bukan kode lagi tapi keengganan yang ada. Bahkan membicarakan ke arah sanapun selalu ditepisnya dan dialihkan pada topik lain.

Masih banyak lagi perubahan yang aku amati. 

     Aku sudah pernah membuka komunikasi secara berdua saat kami berlibur ke pantai. Namun jawabnya selalu tidak ada apa apa dan mengalihkan pembicaraan.
Aku mulai menduga, bahwa mas Priyo ada wanita lain yang sedang dikencaninya. Mungkin banyak via WhatsApp. Atau mungkin memakai medsos lain.
Aku selalu mencari kesempatan untuk membuka ponsel mas Priyo. Namun terlalu ketat. Tidak seperti dulu yang sering tergeletak di mana saja.

Kata orang firasat seorang istri itu jangan disepelekan. Akupun merasakan hal tersebut.


     Tepat hari Senin pagi, tiba tiba, mas Priyo seperti terburu buru dan saat akan berangkat kerja dia menyiapkan kopor luar kotanya.
Aku menanyakan, kenapa harus bawa kopor ke kantor? . Mas Priyo jawab bahwa akan langsung ke Semarang. Aku kaget karena belum pernah semendadak ini kalau akan keluar kota.
Dengan berbagai alasan, seolah mes Priyo memberikan argumen argumen agar aku terima.

Aku mulai jenuh dengan permainannya, akupun mulai melancarkan jurus mata mataku.

Aku awalnya lacak ke kantornya, aku kontak resepsionisnya. Ternyata mas Priyo ambil cuti 3 hari.

Aku dengan nama dan identitas samaran, menanyakan, biasanya mas Priyo bila ke Semarang, menginap di hotel apa?. Aku dapat alamat penginapan mas Priyo. Bukan nama hotel, tapi alamat rumah. Mungkin milik cabang Semarang yang bisa ditinggali bila ada audit atau tamu dari pusat.

     Kemudian aku mencari kendaraan ke Semarang. Aku dapat kereta api. Sampai di stasiun Tawang, aku cari gojek untuk mengantar ke alamat yang sudah aku dapat itu.
Sesampainya di nama jalan yang dituju, aku minta turun di ujung jalan setelah melewati rumah dengan nomor yang sama. Aku lebih baik jalan kaki. Aku persiapkan mentalku, semua kemungkinan negatif sudah ada di benakku.
Aku mulai melangkah menuju rumah cukup besar dengan kondisi depan banyak tanaman di tamannya. Aku pelan pelan mulai menajamkan telingaku, tapi tidak ada suara sedikitpun.
Aku berdiri dipagar, aku melihat bagian kunci pagar ternyata tidak terkunci. Aku buka se pelan mungkin, sambil mataku tetap tertuju pada pintu utama.
Aku masuk dengan pelan dan mulai menuju pintu utama. Aku coba turunkan handel pintunya dan wow, terbuka. aku beranikan diri masuk ruang tamu, walau dengan jantung yang berdebar debar.
Aku celingukan mencari ruangan kamar yang kemungkinan terisi. Dengan langkah pelan, aku mengendap di depan pintu kamar.
Aku tempelkan telingaku dan mulai sedikit mendengar. Ada suara dan aku tau tipe suara itu, berarti sedang ada aktivitas dua insan. Setelah memberanikan diri, dan dengan pacuan jantung yang sangat kencang, aku buka pintu kamar dengan cepat.
Namun ternyata terkunci. Sehingga aku gagal masuk, aku kecewa juga terkejut.
Dari dalam ada suara perempuan dengan suara berat menanyakan, siapa itu?

Aku dengan gemetar mengatakan, aku istri sah mas Priyo Wardono. Priyo siapa? Tanyanya dari dalam, lalu lanjut wanita itu, ibu tidak berhak masuk kerumah orang dengan sembarangan. Aku katakan bahwa aku yakin mas Priyo ada didalam. Entah dengan nama samaran siapa. Aku semakin lantang mengatakannya. Lalu dari dalam mengatakan, sebentar akan kami buka. Aku merasa ini tipuan, pasti dengan jeda waktu mas Priyo dapat melarikan diri, entah lewat pintu lain atau jendela.

Aku semakin emosi dan beberapa kali aku gedor pintunya, perempuan yang didalam berteriak, ibu sabar sebentar, ndak perlu emosi kayak gitu bu. Aku mengatakan pasti mas Priyo melarikan diri, tolong buka cepat kataku penuh emosi.

Brak, pintu terbuka, wanita itu mengata ngatai aku, bahwa aku tidak sopan masuk tanpa permisi dan lainnya.
Namun aku tidak mau ambil pusing, aku berusaha menerobos masuk dan mencari mas Priyo, saat aku masuk wanita itu menghalangi dan memegang lenganku, aku kibaskan dan aku berhasil masuk. Aku melihat seorang laki laki duduk di ranjang dengan celana pendek dan telanjang dada. Aku yang ibu maksud? Kata lelaki itu.
Aku jadi lemes, semua sendiku seperti lepas.
Perempuan itu menarikku dan berusaha mendorongku keluar. Katanya kalo ibu tidak segera pergi, aku laporkan polisi, masuk rumah orang tanpa permisi, dan mengganggu suami istri yang ibu sendiri tidak kenal kami.

     Aku merasa malu, 

Gambar Dian Kusumawati oleh Sam Junus
Gambar Dian Kusumawati oleh Sam Junus
baru kali ini terjadi hal yang memalukan.Ternyata setelah aku cek. Nomor rumahnya betul, tapi nama jalannya yang salah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun