Mohon tunggu...
PARTIKEL
PARTIKEL Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengolah Kata

Masih berusaha untuk mengolah kata yang tak bisa untuk di cerna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Perkelahian yang Membuatku Sadar

31 Oktober 2018   05:15 Diperbarui: 31 Oktober 2018   05:41 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namaku Aep aku berasal desa terpencil di  sebuah kota subang, kisah ini menyadarkanku akan setiap perbuatan yang pernah aku lakukan semasa sekolah, waktu itu aku baru duduk di kelas 3 smk, aku memulai kisahku dengan membully banyak orang di sekolahku, hingga gurupun sudah tak ada yang memperdulikannya. Aku mengajak beberapa orang untuk menemaniku, dan aku membentuk geng yang bernama BUPATI ( Budak IPA Tilu) yang berarti kami anak ipa kelas 3,  dari meminta uang saku siswa lain, berkelahi sampai tawuranpun aku jalani, aku tidak pernah berpikir tentang resiko yang aku lakukan, beberapa siswa mulai membenciku. Tapi, lebih banyak siswa yang membenciku aku semakin menggila, kelakuanku pun mulai lebih parah, dan lebih brutal. Bahkan aku sudah tidak lagi memandang siapa yang aku bully, cewe maupun cowo aku sudah tak lagi memikirkan hal itu, sehingga kebrutalan nama Bupati sudah terdengar  hingga ke sekolah lain.

Banyak kejadian yang tak terduga setelah kejadian itu, suatu ketika ada temanku yang di siksa oleh sekolahan lain hingga patah kaki, akupun mendatangi sekolahan itu dengan di temani beberapa temanku yang lain, aku mencari siapa pelakunya, hingga mencarinya di seluruh kelas yang ada, tapi tidak menemukannya. sampai akhirnya ada yang mengatakan bahwa dia menungguku di luar sekolahan, aku segera berlari menghampirinya, dia sudah siap dengan beberapa orang di belakangnya, amarahku semakin membuat tubuh ini ingin segera membalas apa yang telah dilakukannya pada temanku. Kami akhirnya saling menyerang, kami saling mempertahankan kelompok masing masing, meskipun jumlah kami jauh lebih sedikit, aku dan teman temanku tidak takut menghadapinya. Ketika aku sedang berkelahi tiba tiba ada yang memukulku dengan balok kayu dari belakang dan aku tidak menyadarinya, aku terhenti sesaat, saat itu pandanganku mulai tidak jelas, aku berusaha memukul tapi tidak mengenai sasaran, aku terjatuh karna terkena pukulan mereka. Aku masih ingat saat itu mereka menyiksaku secara sadis, aku sudah tidak bisa melakukan apa apa.  Ketika aku terkapar kematian seakan dekat padaku, apakah aku akan mati disini? andaipun tidak adakah yang akan menolongku? hanya kematian yang aku harapkan saat itu.

Ketika aku bangun aku tidak tahu dimana posisiku berada, yang aku ingat aku terkapar di tengah perkelahian, aku melihat lihat sekitar ternyata aku di dalam sebuah gubuk yang terletak di pesawahan dekat dengan sekolahanku, bajuku masih berlumuran darah, aku masih merasa pusing dan merasakan sakit yang luar biasa ketika hendak mengangkatkan kepalaku. Seketika itu juga aku ingat bahwa terakhir kali aku sadar aku di pukul dengan sebuah kayu di kepalaku,  lalu memegang kepala ternyata masih ada darah dan masih terasa sakit, aku segera mencucinya di sungai, sehingga membuat air itu menjadi merah, setelah selesai aku kembali pada gubuk itu, dan masih bertanya siapa yang membawa aku ke dalam gubuk ini.

Aku berencana pulang kerumahku, ketika hendak keluar aku di kejutkan oleh seorang yang  memakai kacamata, dan dia mendorongku masuk, lalu menutup gubuk itu, dia memberikanku sepasang pakaian untuk mengganti seragamku, akupun melakukanya, karna bajuku terlalu banyak darah. Setelah selesai aku baru sadar bahwa dia adalah anak kelas satu yang sering aku bully,  akupun menanyakan apa yang terjadi? Dan bagaimana aku bisa sampai di sini, dia menceritakan semua kejadian ketika menemukanku yang di bawa oleh seorang tukang becak menuju sekolahanku. Dalam perjalanan pulang dia melihatku dan menyuruhnya membawa ke gubuk ini, karna dia pikir mungkin di bawa ke sekolah hanya akan memperburuk keadaan,  setelah membersihkan lukaku dia pulang ke rumahnya, dan mengambilkan pakaian kakaknya untuk aku pakai.

Keesokan harinya aku melakukan hal seperti biasanya, meminta jatah pada setiap siswa siswi yang akan masuk sekolah, tapi itu semua hanya dilakukan temanku, aku hanya duduk diam. Ketika seorang siswa yang masuk tanpa memberi jatah,  aku menghampirinya dan ternyata dia adalah siswa yang memberiku pakaian kemarin, kami melakukan sedikit pembicaraan, dan matanya menatapku tajam, akhirnya aku menyingkir, diapun masuk ke sekolah.

Aku merasa kesal padanya, karna aku berhutang kebaikan pada dirinya, teman teman menghampiriku dan menanyakan kenapa melepaskannya begitu saja,  aku hanya bisa terdiam tanpa bisa mengatakan apapun. Saat istirahat sekolah aku mencari pelampiasanku pada siswa lain dan memukulinya, sampai ketika dia datang dan mengacaukannya, dia menendang temanku hingga tersungkur, akupun berhenti dan menghampirinya,  dan hal itu terjadi lagi padaku, aku tidak bisa melakukan apa yang aku mau padanya ketika matanya menatap tajam padaku. Seakan aku melihat kejadian perkelahian tempo hari, aku lalu pergi meninggalkannya.

Entah apa yang terjadi diantara kami sehingga aku tidak bisa melakukan sesuatu padanya, sepulang sekolah aku menunggunya di depan pintu dan mengajaknya pergi bersamaku, tanpa ada siswa dan siswi lain yang tahu, aku mengajaknya ke sebuah gubuk yang pernah dipakai untuk menyembunyikanku dan bertanya apa maunya, kenapa dia terus mengingatkanku akan kejadian yang aku alami sehingga aku tidak bisa merasa bebas, dia hanya tertawa ringan.

" aku tahu kamu masih punya hati yang baik, dan aku tahu kamu bukan seorang yang seperti itu" katanya padaku

Setelah mendengar itu aku segera pergi dan meninggalkannya, dalam perjalanan aku kembali memikirkan apa yang dia katakan padaku dan mulai berpikir apa benar yang dia katakan, tapi aku tidak pernah memikirkannya terlalu dalam dan segera melupakannya. Setelah kejadian beberapa hari yang lalu itu, aku selalu di hantui dengan rasa takut, dan berpikir mungkin suatu saat nanti aku di penjara atas semua perbuatanku bahkan aku memikirkan tentang akhir yang sangat mengerikan yaitu kematian. Aku menyadari setiap perbuatanku, entah sudah berapa orang yang masuk rumah sakit gara-gara kelakuanku, bahkan dari pihak sekolahpun tidak perduli dengan apa yang aku lakukan selama di sekolah, aku mengancamnya jika bermacam macam denganku.

Hari hariku semakin gelap dan semakin kelam, aku tidak tahu harus bagaimana untuk menebus setiap perbuatanku, pernah terpikir untuk pindah sekolah agar aku bisa merubah perbuatanku, tapi semuanya sia sia, tidak ada sekolahan yang mau menerimaku. Akhirnya aku mencari rumah siswa yang pernah menolongku, aku mulai menanyakan kepada teman temanku siapa namanya dan dimana letak rumahnya. Setelah mengetahui nama dan alamat siswa tersebut aku langsung mendatangi rumah siswa yang pernah menolongku tempo hari,  dan kuketahui ternyata namanya Adit, rumahnya sangatlah besar dan pagarnya lumayan tinggi, sehingga tidak bisa untuk mengintipnya ke dalam, sekitar 5 menit aku menunggu, akhirnya adit keluar dan membawaku masuk. Adit mengajakku ke sebuah kolam ikan yang memiliki tempat yang nyaman untuk istirahat, aku langsung membicarakan masalahku pada adit, entah kenapa aku melakukannya, sedangkan kepada yang lain aku tidak bisa, dari pertama bertemu dengan adit aku tidak pernah melihat kebencian terhadapku, dia seolah menganggap biasa hal yang selalu aku lakukan di sekolah, aku tidak mengerti  bagaimana bisa mendapatkan sifat yang sangat tenang seperti adit. Bagaimana dia bisa sesabar itu, aku menanyakannya pada adit dan ingin belajar untuk melakukannya, adit memberiku banyak pencerahan, apa yang dia bilang tentang diriku semuanya benar dan dia memberi beberapa saran untukku. Aku minta adit untuk membimbingku, adit menyetujuinya, akupun kembali bersekolah di tempat tersebut, dan mulai menjalani hariku secara berbeda.

Aku sengaja tidak mendekati adit, dan aku hanya berusaha melakukan apa yang adit sarankan, tapi semua tak ada yang bisa aku rubah, semua sama seperti biasanya, hanya saja aku tidak memerintah temanku. Mereka melakukan seperti keinginan mereka bukan keinginanku, aku menjadi ketua karna aku yang paling kuat diantara mereka, aku sering memulai berkelahi dengan siapapun, bahkan dengan gurupun pernah aku melakukan duel, tapi hasil akhirnya aku yang masih bertahan. Dari situlah semua mengawali langkahku.  Waktu itu aku masih tidak memikirkan tentang apa akibat dari semuanya, aku hanya memikirkan kesenanganku semata. Perkelahianku terakhir yang membuat aku tersadar bahwa DIATAS LANGIT MASIH ADA LANGIT , di saat itu pula aku bertemu dengan adit, dan entah kenapa rasanya setiap bertatap mata dengan adit membuatku mengingat semua kesalahan yang dulu pernah aku lakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun