Mohon tunggu...
PARTIKEL
PARTIKEL Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengolah Kata

Masih berusaha untuk mengolah kata yang tak bisa untuk di cerna.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Hikmat Seorang Pemalas

29 Oktober 2018   01:22 Diperbarui: 29 Oktober 2018   01:57 576
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupanku terlalu pahit untuk aku jalani, seakan semua itu tak pernah berpihak kepadaku, sejak kecil aku selalu mengalami hal yang sama, hingga saat ini pun kepahitan itu tidak pernah berubah. selalu aja ada yang pahit terjadi padaku, entah harus bagaimana aku menjalani kehidupan ini, yang pasti sampai saat ini aku masih mensyukuri setiap langkah kehidupanku dan setiap detik kesempatan yang telah di berikan kepadaku.

Namaku setro gombing, setidaknya itulah namaku  di kehidupan nyata, hanya saja aku sering berganti nama ketika berkenalan dengan seorang gadis dan teman baru, bahkan di media sosialpun tidak pernah memakai nama itu. jujur  aku orang pemalas, bahkan untuk kebaikan diriku saja aku malas untuk melakukannya, kisah ini menceritakan bagaimana aku bisa merubah kemalasan yang kumiliki, sehingga berpengaruh besar pada kehidupan ku yang sangat pahit.

Awal mula perubahan ini terjadi ketika aku pergi bekerja pada suatu pulau yang sangat amat jauh dari rumahku, pulau tersebut sering di sebut pulau dewata, kalian pasti tau dimana tempatnya. Aku mengalami banyak sekali perubahan pada kehidupanku, mulai dari sifatku, pribadiku, dan masih banyak yang lainnya, bahkan ketika aku pulang keluargaku sangat terkejut dengan diriku yang sekarang.

Ketika aku merantau ke pulau dewata aku bekerja pada sebuah catering, dan di tempat itulah aku memulai semua kisahku, aku bekerja pada pukul 9 pagi hingga 11 malam tanpa ada pergantian. bisa jadi untuk pemula haruslah begitu, menjalani keseharianku secara terpaksa! seakan aku memang dalam posisi terjepit, karna inginku keluar dan mau pulang ke rumahku terhalang oleh kondisiku yang tidak punya cukup uang untuk perjalanan pulang, maka dari itu aku terpaksa menjalani pekerjaan yang sama sekali tidak aku inginkan, suatu keberuntungan jika di tempatku bekerja menyediakan mess untuk para karyawan, sehingga tidak lagi keluar uang untuk membayar sewa kos, makanpun tidak lagi harus memikirkannya karna bekerja pada sebuah catering.

Untuk bulan pertama aku tidak terlalu banyak menggunakan waktu istirahatku dengan baik, sehingga pulang kerja langsung tidur tanpa mandi dan begitulah kejadianku selama sebulan pertama, ketika upahku keluar aku membeli pakaian dan kebutuhanku untuk sebulan karna untuk pulang masih belum mencukupi.

Semua Pakaianku sudah kotor sehingga mengharuskanku untuk membeli yang baru, setengah bulan kemudian uangku sudah menipis dan pakaianku pun kotor semua karna aku sama sekali tidak pernah mencuci,  akupun menggunakan jasa laundry untuk semua pakaianku, ketika aku mengambilnya biaya untuk laundry tersebut lumayan besar, (mungkin terlalu banyak pakaian yang tak pernah aku cuci).

Uang pun semakin menipis dan frasatku tidak akan cukup sampai akhir bulan, ternyata benar apa yang aku perkirakan, aku memberanikan diri untuk meminjam pada temanku, dia sangat terkejut karna baru 2 minggu uangku sudah habis, padahal tidak membayar sewa kos dan makan pun sudah di tanggung,

Aku mendapatkan banyak pencerahan, dan aku memikirkan semua tentang kehidupanku, mungkin memang benar apa yang di katakan temanku, kehidupanku terlalu boros dan tidak mempunyai aturan, managemen keuanganku tidak teratur, sehingga berdampak pada diriku sendiri, akupun merenungkan setiap perkataan yang di ucapkan oleh temanku.

Aku akui dari kecil hingga aku merantau kehidupanku sangatlah tergantung orang tuaku, dari mencuci pakaianku, membersihkan kamarku, dan masih banyak yang lainnya. Aku sering di sebut pemalas dimanapun aku berada, karna memang itulah yang sudah menjadi ciri khasku, aku baru menyadari semua itu ketika merantau ke pulau dewata, disaat aku jauh dari orang tua.

Aku ingin merubah semua kemalasanku! semua aku lakukan untuk diriku sendiri bukan untuk orang lain,  ketika aku sedang merenungkan setiap perbuatanku temanku mengetuk pintu kamarku dan memberikan pinjaman tersebut, dan dia berkata "hanya satu kali ini saja, lain kali aku tidak akan memberinya".

Temanku melihat kamarku yang berantakan dan kembali menceramahiku, panas rasanya telingaku mendengar ceramah dari temanku ini. tapi, setelah aku pikir pikir semua memang benar dan aku sendiri yang salah, akupun berjanji pada diriku untuk merubah semua kebiasaan malasku, meskipun awalnya aku berpikir mungkin hanya di sini saja aku akan seperti ini, tapi ternyata kebiasaan itu merubah banyak hal dalam kehidupanku.

Setelah 4 bulan aku merubah segala kemalasanku aku mulai menyadari keindahan dari setiap langkahku, kini hidupku lebih berwarna, dan aku menyimpulkan perubahanku sendiri, yang tadinya hanya berniat berubah dalam hal kebersihan pakainku dan kamarku saja, tanpa di sadari aku mengalami banyak perubahan, mungkin setelah aku mulai mencuci pakaian sendiri dan membersihkan kamarku, dari situ secara perlahan aku menyadari setiap kemalasanku, dan sedikit demi sedikit semua berubah, bahkan sekarangpun aku merasa tidak nyaman apabila melihat sesuatu yang kotor pada kamarku, dan penampilanku pun ikut berubah, yang tadinya hanya memakai pakaian ala kadarnya tanpa ada sentuhan setrika dan parfum, kini aku mengenakan itu semua, bahkan untuk kebersihan diriku sendiri aku menjaganya.

Seiring berjalannya waktu dan proses memperbaiki semuanya, kehidupanku mulai sedikit ada kemajuan, dan setiap langkah yang aku jalani memiliki arti tersendiri, selama 1 tahun aku bekerja di pulau dewata dan tidak pernah pulang ke rumah sama sekali, aku memutuskan untuk libur selama 2 minggu untuk menjenguk orang tuaku. Sesampainya di rumah semua sangat pangling dengan diriku, mungkin karna perubahan yang terjadi padaku, dan pastinya mereka belum tahu perubahanku yang lain.

Selama 2 minggu berada di rumah, aku teringat akan semua yang pernah aku lakukan dan kemalasan kemalasan yang pernah aku perbuat, aku hanya tersenyum sendiri, karna semua itu telah aku tinggalkan.

Aku berencana kembali bekerja di pulau dewata, disana banyak pelajaran yang bisa aku ambil, aku sering membedakan ketika aku yang dulu dengan yang sekarang, cara orang lain memandang akupun sekarang jauh berbeda dengan aku yang dahulu. Dan kebiasaan baik itu aku jalani sampai sekarang, karna kini sudah menjadi kebiasaanku.

***

Thumbs Up

Denpasar, Bali

29/10/2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun