Pemimpin Ideal: Manusia dengan Karakter Tertinggi, Bukan Jenis Berbeda
Imam Al-Ghazali, filsuf dan teolog Islam terkemuka, memberikan pandangan yang menarik tentang kepemimpinan. Beliau menekankan pentingnya karakter tertentu pada seorang pemimpin, namun tidak  secara harfiah menganggap mereka sebagai "manusia jenis pertama." Mari kita telusuri konsep kepemimpinan menurut Al-Ghazali.
Pengetahuan dan Kesadaran Diri: Fondasi Pemimpin Ideal
Al-Ghazali menggunakan konsep "mu'amalah" (hubungan sosial) untuk menjelaskan tingkatan manusia.  Puncak dalam tingkatan ini adalah dia yang  "tahu dan dia tahu bahwa dia tahu" (al-ra jul al-ladzi ya'lamu wa ya'lamu annahu ya'lamu). Minimal, pemimpin itu, orang yang tidak tahu, dan dia tahu secara sadar bahwa dia tidak tahu. Tipe seperti ini harus menjadi pembelajar. Ada juga kategori orang yang tahu tapi dia tidak tahu kalau dia tahu. Seperti layaknya orang tertidur maka harus di bangunkan agar dapat mengamalkan potensi ilmu yang dia miliki. Dan, yang terakhir adalah orang yang tidak tahu dan dia tidak tahu bahwa dia tidak tahu. Inilah tipe pemimpin yang berbahaya. Dalam hal ini merujuk pada seorang pemimpin yang memiliki pengetahuan (ilmu) yang luas serta kesadaran diri tentang kemampuan mereka tersebut. Pemimpin ideal tidak hanya cerdas, tetapi juga sadar akan tanggung jawab yang menyertai pengetahuannya.
Mengapa Pemimpin Memerlukan Karakter Tertinggi?
Pengetahuan yang luas memungkinkan pemimpin untuk  mengambil keputusan yang tepat dan adil  bagi masyarakat. Kesadaran diri menjaga mereka dari kesombongan dan memastikan mereka tetap rendah hati ketika menjalankan peran tersebut. Begitupun, pemimpin yang memahami keterbatasannya maka dia akan lebih terbuka untuk menerima masukan dan kritik membangun.
Semua Manusia Punya Potensi: Pemimpin Adalah Perwujudan Ideal
Konsep ini  tidak  mengurangi nilai manusia lainnya.  Menurut Al-Ghazali, semua manusia memiliki potensi untuk mencapai tingkatan tertinggi ini.  Para pemimpin hanyalah contoh nyata dari karakter yang seharusnya dimiliki setiap orang dalam menjalankan peran mereka di masyarakat. Seorang pedagang harus memiliki pengetahuan tentang perdagangan dan kesadaran diri untuk berlaku jujur. Seorang guru membutuhkan ilmu dan pemahaman tentang muridnya agar dapat mengajar dengan efektif.
Menjadi Pemimpin yang Lebih Baik: Mengembangkan Karakter Ideal
Pandangan Al-Ghazali mendorong kita untuk berusaha mengembangkan karakter pemimpin ideal dalam diri kita masing-masing. Ini dapat dilakukan dengan:
Mencari ilmu: Menambah pengetahuan di berbagai bidang.
Refleksi diri: Merenungkan kekuatan dan kelemahan kita.
Belajar dari orang lain: Mengamati dan menyerap pelajaran dari para pemimpin yang kita kagumi.
Dengan demikian, alih-alih melihat pemimpin sebagai "jenis manusia pertama," anggaplah mereka sebagai individu yang telah mengasah karakter yang semestinya dimiliki semua orang. Dengan terus belajar dan mengembangkan diri, kita semua bisa menjadi pemimpin yang lebih baik di lingkungan masing-masing.
Referensi:
Buku:
WAWASAN KEPEMIMPINAN POLITIK. Karya: M ALFAN ALFIAN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H