Surat tersebut kemudian disiarkan di beberapa stasiun radio AS dan beberapa media di Indonesia saat itu diantaranya Surat Kabar Abadi, Indonesia Raya, dan Keng Po. Pembentukan GAM tidak terlepas dari peran Tengku Malik Mahmud yang merupakan kawan pergerakan sekalgus politik dari Hasan Tiro.Â
Bahkan selama Hasan Tiro menjalani masa pengasingan Tengku Malik lah yang berusaha untuk melakukan lobby politik kepada Pemerinahan Indonesia dan Hasan Tiro pernah berkunjung ke Indonesia secara resmi dan bertemu langsung dengan Presiden Soeharto.Â
Hubungan antara Malik Mahmud dan Hasan Tiro semakin erat ketika mereka selalu membahas mengenai politik di Aceh dan nasib rakyatnya kedepannya. Kepulangan Hasan Tiro ke Aceh saat itu ialah dalam rangka bisnis, ia datang ke Indonesia melalui bantuan dari Hadi Thayeb (Tokoh Aceh) dan Ramlan Ramli (Dubes Indonesia untuk AS).Â
Meskipun Hasan Tiro sering berkunjung ke Indonesia melalui cara illegal karena sebelumnya Pemerintah Indonesia mencabut status WNI pada dirinya.Â
Selama tinggal di AS Hasan Tiro juga pernah ditangkap oleh aparat kepolisian AS karena masalah visa izin tinggal di Amerika, namun ia kemudian sukses hidup di Amerika dan menjalani profesi barunya sebagai pebisnis. Hal itulah juga yang menyebabkan GAM terus mendapatkan bantuan dana yang berasal dari dirinya.
GAM terbentuk pada 4 Desember 1976, ketika Hasan Tiro sedang berada di Pidie. Pasca pendeklarasian GAM, Hasan Tiro kemudian membentuk kabinet yang terdiri dari Muchtar Hasbi, Zaini Abdullah, Husaini Hasan, Zubir Mahmud, Amir Ishak, Tengku Ilyas Leub, Tengku Muhammad Usman Lampoih Awe, Malik Mahmud, Amir Rasyid Mahmud, dan komandan tentara Daud Husin alias Daud Paneuk serta Keuchik Umar. Â
Malik Mahmud kemudian ditugaskan untuk menjadi wali Nanggroe di yang bermakas di Singapura dengan terus mengirimkan supplai berupa dana dan persenjataan bagi para geriliyawan GAM dikutip dari Kumparan.com.Â
Tidak sampai disitu saja, Hasan Tiro juga mendirikan kamp militer khusus GAM di Libya sebagai 'pasukan cadangan' apabila dibutuhkan para pejuang GAM di Aceh. Selama masa pemberontakan GAM, tercatat ada sebuah peristiwa memilukan bagi masyarakat Aceh yang terjadi di Simpang KKA, di Lhokseumawe pada 3 Mei 1999 yang menewaskan puluhan warga sipil. Â
Dikutip dari Serambinews.com dengan judul artikel Mengenang 21 Tahun Tragedi Simpang KKA, Begini Kronologis Versi Catatan Serambi Hingga Rekaman Video pada (3/5) lalu dalam artikel tersebut dijelaskan eristiwa tersebut bermula karena adanya rumor bahwa GAM akan melakukan rapat di Desa Cot Murong, Kabupaten Aceh Utara, salah seorang tentara yakni Sersan Aditia dari Satuan Artileri Pertahanan Udara (Arhanud) datang ke lokasi tersebut dengan membawa handy talky di tangannya dan menyusup ditengah kerumunan warga. Karena telah dicurigai sersan tersebut kemudian sempat ditangkap oleh massa dan menginterogasinya.Â
Puluhan anggota Arhanud sudah mendengar kabar bahwa Sersan Aditia ditahan maka langsung bergegas untuk mencari sersan tesebut dan insidenpun terjadi. Kini peristiwa it uterus dikenang oleh Masyarakat Lhokseumawe sebagai peristiwa berdarah.
Adapun respon dari Hasan Tiro saat itu tentunya marah besar dan lagi-lagi menyatakan sikap perlawanannya terhadap Pemerintah Indonesia. Ketika terjadnya Tsunami Aceh 2004 lalu yang banyak menewaskan warga Banda Aceh maupun Lhokseumawe, GAM terpaksa membuka akses bagi semua pihak tersmasuk diantaranya adalah Pemerintah Indonesia agar membantu dalam pencarian korban di Aceh. Tentunya, ini menjadi jalan dalam menuju perdamaian antara GAM dengan RI.Â